⋆♱✮♱⋆☽☾⋆♱✮♱⋆
PROFESOR Umbridge masih terengah-engah, seakan dia baru ikut lomba lari, ketika dia masuk ke kelas Pertahanan terhadap Ilmu Hitam sore itu, tampaknya dia sudah marah-marah kepada sesuatu yang tidak bisa ia limpahi kemarahannya sebelumnya.
Dari waktu ke waktu Umbridge melempar pandang berang ke arah Harry...ya, Harry Potter, bukan Rosette, yang tetap menunduk, menatap Teori Pertahanan Sihir, matanya tak terfokus. Rosette tidak tahu apa yang sedang lelak itu rencanakan, atau Ginny yang sejak kemarin berbicara dengannya berbisik-bisik, atau dua kembar Weasley yang selalu melakukan hal-hal di luar nalar. Namun sepertinya rencana mereka itu bukan hal yang baik.
Dan pada beberapa saat setelah mereka keluar dari kelas memuakkan itu, Rosette melihat Harry berjalan memisahkan diri dari Hermione yang menggeram penuh cemas agar dia tidak melakukan sesuatu yang berbahaya..., tapi, entahlah. Rosette sedang tidak mau berurusan dengan apapun yang dia kerjakan—mungkin menyusun rencana untuk membunuh Kau-Tahu-Siapa. Jadi dia memutuskan untuk pergi ke arah dapur dan mengambil sebanyak-banyaknya apel untuk makanan para Thestral.
Namun begitu ia sampai di aula depan dan menuruni tangga pualam, ia melihat sebagian besar murid telah berkumpul di sana. Suasananya seperti pada malam Trelawney dipecat. Anak-anak berdiri di sekeliling dinding dalam lingkaran besar (beberapa di antaranya, Rosette memperhatikan, berlumur sesuatu yang mirip sekali dengan Stinksap—cairan tidak beracun berwarna hijau gelap dan berbau seperti pupuk tengik); guru-guru dan para hantu juga ada dalam kerumunan. Tampak jelas di antara para penonton adalah para anggota Regu Inkuisitorial—regu yang diketuai Draco, yang semuanya tampak sangat berpuas diri, dan Peeves, yang melayang naik-turun di atas, memandang ke bawah ke arah Fred dan George yang berdiri di tengah aula dengan tampang orang yang baru saja disudutkan.
"Jadi!" kata Umbridge penuh kemenangan. "Jadi—kalian pikir lucu mengubah koridor sekolah menjadi rawa, begitu?"
"Cukup lucu, yeah," kata Fred, mendongak memandangnya tanpa takut sedikit pun.
Filch menyeruak mendekati Umbridge, nyaris menangis saking senangnya. "Ini formulirnya, Kepala Sekolah," ujarnya parau, melambaikan lembaran perkamen. "Formulirnya sudah saya dapat dan cambuknya sudah menunggu... oh, biar saya lakukan sekarang..."
"Bagus sekali, Argus," kata Umbridge. "Kalian berdua," dia melanjutkan, memandang Fred dan George, "akan segera tahu apa yang terjadi kepada para pengacau di sekolahku."
"Masa sih?" kata Fred. "Kurasa tidak." Dia menoleh kepada saudara kembarnya. "George," kata Fred, "kurasa kita sudah cukup mendapat pendidikan formal."
"Yeah, aku juga merasa begitu," ujar George ringan.
"Sudah waktunya menguji bakat kita di dunia yang sesungguhnya, bagaimana menurutmu?" tanya Fred.
"Benar sekali," kata George.
Dan sebelum Umbridge sempat mengucapkan sepatah kata pun, mereka berdua mengangkat tongkat sihir dan berkata bersamaan, "Accio sapu!"
Rosette mendengar benturan keras di suatu tempat di kejauhan. Menoleh ke kiri, dia merunduk tepat pada waktunya. Sapu Fred dan George, yang satu masih membawa rantai berat dan kait besi yang dipakai Umbridge untuk mengikatnya ke dinding, melesat sepanjang koridor ke arah pemilik mereka; mereka berbelok ke kiri, meluncur menuruni tangga dan berhenti tajam di depan si kembar, rantainya berkelontangan keras di lantai batu.
"Kami tak akan melihatmu lagi," Fred berkata kepada Profesor Umbridge, mengayunkan kakinya di atas sapunya.
"Yeah, jangan repot-repot menghubungi kami," kata George, menaiki sapunya.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐀 𝐒𝐨𝐮𝐥𝐦𝐚𝐭𝐞 𝐖𝐡𝐨 𝐖𝐚𝐬𝐧'𝐭 𝐌𝐞𝐚𝐧𝐭 𝐭𝐨 𝐁𝐞 | 𝐕𝐨𝐥 𝐈
Fanfiction𝓨𝓸𝓾'𝓻𝓮 𝓳𝓾𝓼𝓽 𝓪 𝓼𝓽𝓻𝓪𝓷𝓰𝓮𝓻 𝔀𝓱𝓸 𝓾𝓷𝓭𝓮𝓻𝓼𝓽𝓪𝓷𝓭 𝓶𝓮 𝓶𝓸𝓻𝓮 𝓽𝓱𝓪𝓷 𝓲 𝓾𝓷𝓭𝓮𝓻𝓼𝓽𝓪𝓷𝓭 𝓶𝔂𝓼𝓮𝓵𝓯, 𝓪𝓷𝓭 𝓮𝓿𝓮𝓷𝓽𝓸𝓾𝓰𝓱 𝔀𝓮'𝓻𝓮 𝓶𝓪𝓭𝓵𝔂 𝓲𝓷 𝓵𝓸𝓿𝓮, 𝔀𝓮 𝓷𝓮𝓿𝓮𝓻 𝓶𝓮𝓪𝓷𝓽 𝓽𝓸 𝓫𝓮 𝓽𝓸𝓰𝓮𝓽𝓱𝓮𝓻. Ro...