⋆♱✮♱⋆☽☾⋆♱✮♱⋆
"Jadi kita mau ke mana?" Rosette bertanya ketika mereka memasuki Hogsmeade. Jalan rayanya dipenuhi murid-murid yang berjalan santai, melongok ke dalam kaca etalase, dan bergerombol di trotoar.
"Bagaimana kalau kita melihat-lihat toko dulu?" kata Susan, mengeluarkan kantung beludru yang ia ikat di pinggang yang berisi beberapa galeon yang dihadiahi bibinya di hari Natal. "Siapa tahu ada yang menarik yang bisa kita beli."
"Kau berencana memborong dengan uang sebanyak itu?" tanya Justin sangsi. "Bagaimana kalau kau membelikan kami seluruh isi toko Honeydukes?"
Susan memukul lengan Justin dengan kepalan tangannya. "Minta ibumu sana!"
Mereka berjalan ke arah Dervish and Banges. Poster besar terpasang di etalasenya dan beberapa anak kelas tiga sedang memandang mereka. Anak-anak itu minggir ketika mereka berlima mendekat dan Rosette sekali lagi memandang foto-foto kesepuluh Pelahap Maut yang melarikan diri. Poster itu, "Atas Perintah Kementerian Sihir", menawarkan imbalan seribu Galleon kepada siapa saja, para penyihir, yang mempunyai informasi yang bisa digunakan untuk menangkap kembali salah satu narapidana yang fotonya terpampang di poster itu.
"Aneh, ya," kata Hannah pelan, memandang foto para Pelahap Maut, "ingat waktu Sirius Black kabur, dan banyak Dementor di seluruh Hogsmeade mencarinya? Dan sekarang sepuluh Pelahap Maut berkeliaran dan tak ada Dementor di mana pun...."
Rosette mengalihkan matanya dari wajah Bellatrix Lestrange untuk memandang ke kanan-kiri jalan. "Yeah, aneh memang." Dia tak menyesal tak ada Dementor di sekitarnya, tetapi setelah dipikir-pikir, absennya Dementor ini penting maknanya. Mereka tidak hanya membiarkan para Pelahap Maut kabur, para Dementor juga tak repot-repot mencari mereka... kelihatannya mereka sudah di luar kendali Kementerian sekarang. "Seakan kementrian sudah tidak terlalu peduli lagi, seperti yang Umbridge lakukan di sekolah ini. Dia hanya membual atas hal yang tidak dipercayainya."
Kesepuluh Pelahap Maut yang lari menatap mereka dari semua etalase toko yang dilewati. Hujan mulai turun ketika mereka melewati Scriven-shaft's; tetes-tetes air besar dan dingin menimpa wajah dan tengkuk, sehingga mereka harus berteduh dulu di toko dan kedai sambil mengisi perut dengan segala macam makanan.
Dan dua jam kemudian, hujan itu akhirnya reda, dan Rosette menghembuskan napas lega ketika akhirnya ia duduk sendirian di pagar halaman depan Shrieking Shack, memisahkan diri dari teman-temannya. Dia juga tidak tahu kenapa dia duduk menghadap rumah yang terkenal paling berhantu di daratan Inggris itu. Tapi tempat itu adalah tempat paling sepi yang bisa ia datangi. Setidaknya Umbridge tidak akan melihatnya kalau dia memukul orang di situ.
"Kau memang biasanya mengucilkan diri, ya?" Rosette menoleh ketika mendengar suara yang dikenalnya. Draco Malfoy tersenyum, berjalan ke arahnya dengan mantel beludru hitamnya yang mahal dan ikut duduk di pagar di samping gadis itu. "Ngapain kau disini? Kenapa tidak bersama dengan teman-teman sigung-mu?"
Rosette tertawa pelan, mengerti kenapa Draco memanggil mereka sigung. Hufflepuff punya hewan musang berwarna hitam putih di dalam logo asrama mereka. Seperti Slytherin yang membanggakan ular, Gryffindor berani seperti singa, dan Ravenclaw yang mencirikan Raven—burung gagak.
"Mereka sedang memborong permen di Honeydukes," kata Rosette. "Aku tidak tertarik makanan manis, dan kakiku pegal dari tadi berjalan-jalan terus." Gadis itu menggerak-gerakkan kakinya menendang angin.
"Kau tidak mencari tempat lain yang lebih baik? Yang tidak banyak hantunya?"
Rosette mengeryit tidak percaya. "Memangnya Shrieking Shack benar-benar berhantu? Tidak, kan?"
"Sesuatu pernah menarikku menuju ke sana saat kelas tiga," kata Draco ngeri. Dia melirik ke arah rumah tua di atas bukit itu dengan sangsi. "Kupikir itu hantu."
"Tapi kau belum ditarik hari ini, kan?"
Draco merengut, tetapi tetap menyisir rambut Rosette dengan tangannya. Kemudian senyumnya mengembang kembali dan pipinya merona. "Tapi aku tertarik untuk mencarimu di sepanjang Hogsmeade."
Rosette menyengir geli saat lelaki itu sudah masuk dalam mode menggodanya. "Bagaimana kalau aku sudah ke Hogwarts?"
"Aku akan mencarimu di sana juga. Kau mungkin ke tempat favoritmu, menara astronomi," kata Draco santai.
Rosette membalas tersenyum. Mereka bertatapan untuk beberapa di bawah langit abu-abu pucat di hari Valentine yang Rosette tidak pernah tahu akan datang kepadanya. Angin menderu pelan, membuat jendela dan pintu Shrieking Shack yang reyot berdecit-decit mengisi kesunyian disana. Hanya suara detak jantung dan napas mereka yang beradu.
Ketika Draco semakin mendekat, Rosette menahannya, dan tangannya yang menyentuh dada kiri Draco bisa merasakan degup jantung yang meninju keras dari dalam. "Bagaimana kalau ada yang lihat?" tanya Rosette. Wajahnya semakin merah padam.
"Tidak akan ada yang kemari." Draco menyelipkan rambut gadis itu ke telinga. Rosette cantik setiap saat, tapi bagian favoritnya adalah ketika ketika gadis itu memperlihatkan anting-antingnya, rasanya jauh lebih cantik lagi.
"Bagaimana kalau ada? Kalau teman-temanmu melihat?"
Draco tersenyum, napasnya semakin berat ketika dahi mereka menyatu. "Ya sudah," katanya dengan nada rendah. "Biarkan saja."
Rosette terkekeh, dan setelah itu dia tidak lagi bisa menghitung berapa lama ia mencium Draco, atau berapa lama Draco menciumnya. Lima menit, mungkin sepuluh. Mungkin lebih lama dari apa yang bisa ia bayangkan.
Semuanya terasa menakjubkan. Dalam kesadaran atas detak jantung yang mengamuk dari dalam dadanya, Draco berhasil membuatnya melupakan semua hal tentang dunia dan segala hal yang terjadi pada mereka, tentang status darah, tentang sakit kepalanya yang berujung pada mimpi-mimpi yang tidak masuk akal. Tentang bagaimana punggung tangannya yang sekarang dihiasi goresan abu-abu tidak lagi sakit dan malah mengalung di tengkuk lelaki itu.
Draco memperlakukannya begitu lembut, bahkan ketika napas mereka tak lagi teratur dan wajah mereka sehangat Butterbeer di kedai Three Broomstick. Rosette menyambut senyum Draco dengan kekehan dan perut yang tergelitik, lebih merasa geli lagi ketika lelaki itu menarik pinggangnya lebih dekat dan mendekapnya dengan gemas.
⋆♱✮♱⋆☽☾⋆♱✮♱⋆
original by IR. Sequoia
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐀 𝐒𝐨𝐮𝐥𝐦𝐚𝐭𝐞 𝐖𝐡𝐨 𝐖𝐚𝐬𝐧'𝐭 𝐌𝐞𝐚𝐧𝐭 𝐭𝐨 𝐁𝐞 | 𝐕𝐨𝐥 𝐈
Fanfiction𝓨𝓸𝓾'𝓻𝓮 𝓳𝓾𝓼𝓽 𝓪 𝓼𝓽𝓻𝓪𝓷𝓰𝓮𝓻 𝔀𝓱𝓸 𝓾𝓷𝓭𝓮𝓻𝓼𝓽𝓪𝓷𝓭 𝓶𝓮 𝓶𝓸𝓻𝓮 𝓽𝓱𝓪𝓷 𝓲 𝓾𝓷𝓭𝓮𝓻𝓼𝓽𝓪𝓷𝓭 𝓶𝔂𝓼𝓮𝓵𝓯, 𝓪𝓷𝓭 𝓮𝓿𝓮𝓷𝓽𝓸𝓾𝓰𝓱 𝔀𝓮'𝓻𝓮 𝓶𝓪𝓭𝓵𝔂 𝓲𝓷 𝓵𝓸𝓿𝓮, 𝔀𝓮 𝓷𝓮𝓿𝓮𝓻 𝓶𝓮𝓪𝓷𝓽 𝓽𝓸 𝓫𝓮 𝓽𝓸𝓰𝓮𝓽𝓱𝓮𝓻. Ro...