27.

234 43 0
                                    

⋆♱✮♱⋆☽☾⋆♱✮♱⋆


          ROSETTE bangun pagi sekali esoknya, perasannya cemas mengingat ia akan berhadapan dengan Snape untuk mendiskusikan kariernya di masa depan nanti. Dia tidak tahu pekerjaan apa yang dia inginkan, dan apakah dia harus memanfaatkan kesempatan itu untuk bertanya tentang mimpinya?

Snape, sementara itu, rupanya telah memutuskan untuk bersikap seakan Rosette tidak tampak seperti biasa, daripada harus menahan keterkejutan ketika melihat wajahnya. Rosette, tentu saja, sudah terbiasa dengan taktik ini, karena ini salah satu taktik favorit para ular Slytherin sebelum melemparkan makanan mereka padanya, dan secara keseluruhan dia bersyukur tidak harus mengalami yang lebih buruk. Sesungguhnya, dibandingkan penderitaan yang biasanya harus dipikulnya setiap kali berhadapan dengan para perundungnya, yakni berupa cemoohan dan hinaan, baginya pendekatan baru ini suatu perbaikan, dan Rosette senang karena kalau dibiarkan saja, ternyata dia bisa membuat Cairan Penyegar dengan cukup mudah. Pada akhir pelajaran dia memasukkan sebagian ramuannya ke dalam botol, menutupnya dengan gabus dan membawanya ke meja Snape untuk dinilai, merasa akhirnya dia mungkin berhasil mendapatkan nilai "E".

Dia kembali ke hadapan kualinya setelah menaruh botol itu di meja Snape, dan saking tidak mengantisipasinya, dia mengosongkan kuali tanpa mematikan sumber api, membuat bau gosong langsung menguar. Sehingga begitu dia sadar, dia langsung cepat-cepat mematikannya sebelum kepulan asap di dalam kualinya menyerbu ruangan itu.

"Apa yang kau pikirkan?" bisik Draco ketika mereka keluar. Rosette hanya mengedikkan bahu, dan buru-buru masuk ke dalam kantor Snape lagi ketika lelaki itu mengingatkannya tentang konsultasi karier.

"Duduklah, Miss Northwood," kata Profesor Snape dengan gaya dinginnya yang biasa begitu dia menyadari kehadiran Rosette. Dia memberhentikan kegiatan merapikan ramuan anak-anak yang tadi dikumpulkan. Ketika ia duduk di kursinya, dia sudah terbiasa, tidak lagi berjengit, tapi masih ada kegelisahan di manik mata hitamnya. "Tak apa jika kita bersama tamu hari ini?"

Rosette berbalik ketika mendengar dengusan kecil. Profesor Umbridge duduk di sana, dengan clipboard di atas pangkuannya, rimpel kecil di sekeliling lehernya, dan senyum kecil puas mengerikan di bibirnya. "Ya, sir," jawabnya sangsi.

Ia duduk memunggungi Umbridge dan berusaha sebisanya untuk berpura-pura tidak mendengar goresan pena-bulu di clipboard-nya.

"Miss Northwood, pertemuan ini untuk membicarakan karier yang mungkin kaumiliki, dan membantumu memutuskan pelajaran apa yang harus kaulanjutkan di kelas enam dan tujuh," kata Profesor Snape. "Apakah sudah ada bayangan tentang apa yang ingin kaulakukan setelah meninggalkan Hogwarts?"

Rosette terdiam, bingung dan berpikir—atau menurutnya lebih kepada melamun. Dia mengira tampangnya tidak jauh beda dengan Luna Lovegood sekarang. Bunyi goresan di belakangnya itu sangat mengganggunya.

"Ya?" Profesor Snape mendorongnya.

"Saya pikir Auror cukup keren," Rosette bergumam. "Atau sesuatu yang berhubungan dengan menggunakan mantra dengan bebas."

"Kau tidak bisa menggunakan mantra untuk melukai orang," desis Umbridge.

Namun tampaknya Snape pun tidak peduli. "Kau perlu angka-angka tinggi untuk itu," kata Profesor Snape, menarik selebaran kecil gelap dari bawah tumpukan di mejanya dan membukanya. "Mereka mensyaratkan minimum lima NEWT, dan nilainya tak boleh di bawah 'Exceeds Expectations'—Di Luar Dugaan. Selain itu kau juga dituntut mengikuti sederet tes bakat dan kepribadian yang ketat di kantor Auror. Ini jalur karier yang sulit, Miss Northwood, mereka hanya menerima yang terbaik. Kurasa tak ada yang diterima dalam tiga tahun terakhir ini."

𝐀 𝐒𝐨𝐮𝐥𝐦𝐚𝐭𝐞 𝐖𝐡𝐨 𝐖𝐚𝐬𝐧'𝐭 𝐌𝐞𝐚𝐧𝐭 𝐭𝐨 𝐁𝐞 | 𝐕𝐨𝐥 𝐈 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang