26.

233 42 0
                                    

⋆♱✮♱⋆☽☾⋆♱✮♱⋆


          SAAT itu hari pertama liburan Paskah, dan Rosette dan Draco seperti kebiasaan mereka, melewatkan waktu malam hari dimana mereka tidak bisa tidur untuk berbincang. Rosette duduk menghadap jendela danau di kamar privat prefek Draco sambil membelai kucing-kucing yang duduk di pangkuannya, sementara lelaki itu di kasur, membaca buku sejarah sihir untuk OWL.

"Rosette." Gadis itu menoleh saat namanya dipanggil. Draco telah menuntaskan bacaannya dan kini berjalan ke arahnya dengan bungkusan bertali. "Kakekku berkata aku harus menyerahkan ini padamu. Sudah lulus dari pemeriksaan Umbridge." Rosette menerima kotak terbungkus kertas cokelat itu; jelas sekali kotak itu telah dibuka dan dibungkus kembali dengan sembarangan. Ada tulisan merah di atasnya, bunyinya: Diperiksa dan Diloloskan oleh Inkuisitor Agung Hogwarts.

"Kakekmu?"

"Iya," Draco mengedikkan bahu dan itu duduk di tepi jendela bersama Rosette, "aneh, kan? Dia juga mengirimiku surat dan berkata bahwa dia tidak bermaksud untuk menjauhkan kita. Dia hanya syok berat saat itu."

Rosette mengeryit. "Aku tidak paham."

"Aku juga." Draco mengakui.

Rosette membuka bungkusan itu dengan penasaran, dan mendapati sebuah telur cokelat warna-warni yang menurut bungkusnya, berisi sekantong Fizzing Whizzbees—permen Kumbang Berdesing. Ada juga sebuah kartu ucapan merah muda terang yang berkilauan. Di sana tertulis:

Selamat Hari Paskah, Rosette. Maaf untuk sebelumnya. Semoga kau menyukai hadiah ini.

—Abraxas Malfoy.

Rosette mengeryit. Dia membaca nama itu berkali-kali, memandanginya, berusaha mencari di dalam kepalanya, dan betapa terkejutnya dia, rasanya tenggorokannya tersumbat. "Draco." Gadis itu menelan ludah kasar. "Nama kakekmu Abraxas?"

"Iya. Ada apa?"

Rosette beralih untuk menatap manik kelabu Draco. "Ada seseorang di dalam mimpiku yang bernama Abraxas. Dia mirip denganmu...mirip sekali." Saat itu ada setetes air mata yang berhasil jatuh ke pipi Rosette, dan Draco mengawasinya dengan tegang. "Dan aku...aku melihat kakekmu mengenaliku saat Natal kemarin."

"Kau tahu ini sesuatu yang tidak masuk akal, kan?" kata Draco, tapi semakin pupilnya bergetar, semakin dia mau mempercayai apapun yang terjadi. Mereka sama-sama ingin tahu.

"Aku tahu," lirih Rosette. "Dan kemarin saat aku menemui Hagrid, dia berkata bahwa aku mirip seseorang. Jika itu benar, dan—dan aku berteori apakah kakekmu dan Hagrid bersekolah di Hogwarts dalam tahun yang sama? Atau setidaknya mereka pernah bertemu di Hogwarts?"

Draco menelan ludahnya kasar, menyeka air mata yang tadi mengucur di pipi gadis di depannya. "Kita harus bertanya pada mereka, tapi," dia menarik napas panjang, menjeda kalimatnya selagi mengambil sebuah sapu tangan pemberian Rosette saat Natal di kantungnya dan menaruhnya di bawah hidung gadis itu, "kita lakukan perlahan. Aku tidak bisa melihatmu terus berdarah setiap kau bersamaku."

Udara menjadi lebih berangin, lebih cerah, dan lebih hangat seusai liburan Paskah, namun Rosette, bersama teman-teman kelas lima dan kelas tujuh, terperangkap di dalam, belajar, bolak-balik ke perpustakaan. Rosette berpura-pura penyebab buruknya suasana hatinya tak lain hanyalah ujian yang semakin dekat, dan karena teman-temannya juga sudah bosan belajar, alasannya tak ditentang. Dia tidak bisa terus memikirkan Abraxas Malfoy atau Hagrid atau mimpi-mimpinya selama dia membaca buku ramuan yang membuatnya lebih pusing dari sekedar menghirup parfum Madam Pince saat mencap setumpuk buku bersama Hannah yang akhir-akhir ini terus bertampang panik.

Seakan menggarisbawahi pentingnya ujian yang akan datang, setumpuk pamflet, selebaran, dan pengumuman mengenai berbagai karier sihir muncul di meja-meja di setiap asrama menjelang akhir liburan, bersama dengan pengumuman baru di papan, yang berbunyi:

KONSULTASI KARIER

Semua murid kelas lima diharuskan menghadiri pertemuan singkat dengan Kepala Asrama mereka selama minggu pertama semester musim panas untuk mendiskusikan karier masa depan mereka.
Waktu pertemuan masing-masing murid terdaftar di bawah ini.

Rosette membaca daftar itu dan mendapati dirinya diharapkan hadir di kantor Profesor Snape pukul setengah tiga hari Senin, yang berarti dia cuma bisa ikut Ramalan sebentar. Bersama anak-anak kelas lima lainnya, Rosette melewatkan sebagian besar akhir pekan terakhir liburan Paskah untuk membaca semua informasi karier yang ditinggalkan di sana untuk mereka baca.

"Wah, aku tak mau jadi Penyembuh," kata Ernie pada malam terakhir liburan. Dia asyik membaca selebaran yang di bagian depannya terpampang lambang St Mungo, tulang-dan-tongkat-sihir bersilang. "Di sini disebutkan kau memerlukan paling tidak 'E' di level NEWT untuk Ramuan, Herbologi, Transfigurasi, Mantra, dan Pertahanan terhadap Ilmu Hitam. Maksudku... astaga... tinggi amat tuntutannya, kan?"

"Aku agak tertarik sebenarnya," gumam Hannah, membaca pamflet yang sama seperti yang dipegang Ernie.

"Yah, itu kan pekerjaan yang membutuhkan tanggung jawab besar," kata Justin sambil lalu. Dia sedang membaca selebaran berwarna merah jambu-jingga manyala yang berjudul, "JADI KAUPIKIR KAU INGIN BEKERJA DALAM HUBUNGAN MUGGLE? Kau tidak memerlukan banyak kualifikasi untuk berhubungan dengan Muggle, yang mereka inginkan hanyalah lulus OWL dalam Telaah Muggle: Yang jauh lebih penting adalah antusiasme, kesabaran, dan keceriaan yang baik."

"Kau perlu lebih dari sekadar keceriaan yang baik untuk berhubungan dengan pengurus pantiku," kata Rosette suram. "Tahu-kapan-merunduk yang baik, lebih cocok." Dia sudah setengah membaca pamflet tentang perbankan sihir. "Dengar ini: Apakah kau mencari karier menantang yang berkaitan dengan perjalanan, petualangan, dan bonus menggiurkan yang ada-hubungannya-dengan-bahaya-besar? Kalau begitu pertimbangkan bekerja di Bank Sihir Gringotts, yang saat ini sedang merekrut Pemunah-Kutukan untuk kesempatan-kesempatan menggairahkan di luar negeri... Tapi harus bisa Arithmanchy."

"Dan kau tidak ambil Arithmanchy," kata Susan, dan Rosette merengek lesu. "Padahal kau sudah cukup berpengalaman menghadapi orang-orang Slytherin."

"Kukira itu lebih kepada memukuli mereka," sahut Justin.

"Bagaimana dengan ini: APAKAH KAU MEMENUHI SYARAT UNTUK MELATIH SATPAM TROLL? Atau BUAT SENSASI DI DEPARTEMEN KECELAKAAN DAN MALAPETAKA SIHIR," kata Ernie. "Aku tidak tahu, tapi kedengarannya aku tidak cocok di semua pekerjaan berbahaya ini. Bagaimana menurutmu Hannah?"

"Kita akan pingsan dalam detik pertama ujian." Hannah menyengir mengakui. "Bagaimana dengan menjadi editor di Daily Phrophet? Itu juga pekerjaan bagus, kan?"

Rosette mengangguk. "Oh, iya. Dan kita bisa membasmi mulut sampah Rita Skeeter."


⋆♱✮♱⋆☽☾⋆♱✮♱⋆

original by IR. Sequoia

𝐀 𝐒𝐨𝐮𝐥𝐦𝐚𝐭𝐞 𝐖𝐡𝐨 𝐖𝐚𝐬𝐧'𝐭 𝐌𝐞𝐚𝐧𝐭 𝐭𝐨 𝐁𝐞 | 𝐕𝐨𝐥 𝐈 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang