⋆♱✮♱⋆☽☾⋆♱✮♱⋆
ROSETTE akhirnya bisa keluar dari kamar prefek Slytherin Malfoy bersamaan dengan anak-anak yang akhirnya pergi untuk mengikuti pelajaran sore. Malfoy memintanya untuk tetap di asrama selama gadis itu masih merasakan tubuhnya belum kembali normal, dan dia berjanji akan membawakan seluruh materi yang Rosette tinggalkan beberapa hari belakangan, berhubung mereka menggambil kelas yang sama untuk OWL.
Jujur Rosette tidak tahu apa yang sedang terjadi pada lelaki itu. Malfoy jadi agak menakutkan karena bersikap terlalu baik untuk beberapa kesempatan. Namun bisa kembali menjadi Malfoy yang menyebalkan dan tukang mengejek, terutama pada Gryffindor, di detik berikutnya.
Rosette menghabiskan waktunya di kamar—kali ini kamarnya sendiri—untuk mengerjakan beberapa PR yang belum sempat ia kerjakan dan membaca sedikit materi yang sudah pernah dipelajari. Waktu terasa berputar cepat sekali dan tahu-tahu sudah malam lagi, ketika akhirnya ia menemukan Malfoy duduk di dekat perapian dengan tumpukan buku dan perkamen.
Ruang rekreasi sudah sepi lagi. Anak-anak sudah masuk ke kamar menjelang jam sebelas. Malfoy tersenyum menyambutnya. Wajahnya kelihatan jauh lebih lelah dari tadi siang, tapi dia tetap terjaga untuk memberikan gadis itu materi dan beberapa catatannya. Rosette menarik kursi di hadapan lelaki itu dan mulai menyalin satu persatu materi ke bukunya sendiri.
Beberapa waktu berlalu hingga Rosette mendengar denting jam tengah malam berbunyi. Dia bisa melihat peri rumah membereskan ruang rekreasi tanpa terganggu kehadiran mereka selagi mencatat—mungkin sudah sangat terbiasa dengan kelakuan anak-anak yang tak tahu waktu—, dan Malfoy yang tampak kelelahan akhirnya terlelap dengan kepala di meja. Rosette bisa mendengar dia mendengkur kecil dari balik tangannya yang terlipat.
Ruangan menjadi sunyi senyap setelahnya, dan selama Rosette membaca baris demi baris catatan lelaki itu, ia akhirnya menyadari bahwa tulisan Malfoy rapih sekali, bahkan lebih rapih dari tulisan Hermione Granger yang sering ia baca catatannya. Huruf-hurufnya ramping, ditulis bersambung di beberapa bagian, tapi sangat mudah dibaca. Sangat terlihat seperti karakter angkuh dan pecicilan khas Draco Lucius Malfoy. Ia bahkan bisa membayangkan pemandangan lelaki itu saat sedang menulis dengan pena bulu.
Pandangan Rosette akhirnya beralih pada Malfoy lagi. Ia tidak lagi bisa melihat wajahnya sekarang, melainkan rambut putih platina yang bersinar agak hijau saat terkena lentera dan cahaya bulan yang membias di air danau dan masuk lewat jendela.
Rosette memandangnya sendu untuk beberapa alasan. Berpikir apakah ia terlalu keras padanya akhir-akhir ini? Padahal Malfoy orang yang cukup baik. Lelaki itu agak berubah menjadi lebih baik sejak kelas tiga dan banyak membantunya, walau kadang masih suka iseng meledeknya di beberapa kesempatan. Namun dendam yang menumpuk di hati gadis itu rasanya belum sirna sepenuhnya, mengingat dulu dia sangat menderita sampai terus terbangun ketakutan ketika tidur, karena mereka—anak-anak Slytherin pembenci Muggleborn, bisa menyerangnya kapan saja.
Rosette mengeryit, memegangi kepalanya ketika rasa sakit kembali melanda. Tidak sesakit kemarin, tapi ia masih bisa merasakan kepalanya berputar dan pandangannya mulai berbayang. Ia meletakkan pena bulunya di atas perkamen sebelum menyandarkan kepalanya di atas meja dan memejamkan mata. Mungkin dia terlalu memaksakan diri untuk belajar. Tidur sebentar pasti membantu.
"Kau bisa menjadi penyihir terhebat, Tom."
Rosette mendengar dirinya sendiri berbicara. Pemandangan yang ia ingat terakhir kali ketika ia berada di ruang rekreasi Slytherin, berubah menjadi halaman Hogwarts yang luas. Banyak anak-anak berseragam yang tidak pernah ia lihat wajahnya berkeliaran. Bahkan ia akhirnya menyadari bahwa seragam mereka mempunyai desain yang sedikit berbeda dengan seragam yang biasanya ia pakai.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐀 𝐒𝐨𝐮𝐥𝐦𝐚𝐭𝐞 𝐖𝐡𝐨 𝐖𝐚𝐬𝐧'𝐭 𝐌𝐞𝐚𝐧𝐭 𝐭𝐨 𝐁𝐞 | 𝐕𝐨𝐥 𝐈
Fanfiction𝓨𝓸𝓾'𝓻𝓮 𝓳𝓾𝓼𝓽 𝓪 𝓼𝓽𝓻𝓪𝓷𝓰𝓮𝓻 𝔀𝓱𝓸 𝓾𝓷𝓭𝓮𝓻𝓼𝓽𝓪𝓷𝓭 𝓶𝓮 𝓶𝓸𝓻𝓮 𝓽𝓱𝓪𝓷 𝓲 𝓾𝓷𝓭𝓮𝓻𝓼𝓽𝓪𝓷𝓭 𝓶𝔂𝓼𝓮𝓵𝓯, 𝓪𝓷𝓭 𝓮𝓿𝓮𝓷𝓽𝓸𝓾𝓰𝓱 𝔀𝓮'𝓻𝓮 𝓶𝓪𝓭𝓵𝔂 𝓲𝓷 𝓵𝓸𝓿𝓮, 𝔀𝓮 𝓷𝓮𝓿𝓮𝓻 𝓶𝓮𝓪𝓷𝓽 𝓽𝓸 𝓫𝓮 𝓽𝓸𝓰𝓮𝓽𝓱𝓮𝓻. Ro...