⋆♱✮♱⋆☽☾⋆♱✮♱⋆
"Kau mendengarku, Miss Northwood?" Rosette menggeleng pelan, masih menatap kosong sela-sela lemari bahan ramuan kantor Snape tanpa berniat menoleh sedikit pun pada mereka yang terus mengoceh. Kepalanya pening dan berdenyut, tepat di bawah perban yang baru saja Madam Pomfrey bebat. Dia masih memikirkan bagaimana dirinya lepas kendali tanpa seizin otaknya tadi, bahkan hatinya, seperti ia dirasuki sesuatu. "Dekrit nomor..."
Persetan dengan dekrit kementrian, Reosette bahkan sudah melanggar banyak sebelum ada wanita kodok itu di Hogwarts dan tidak ada yang pernah mengomentarinya.
Gadis itu bisa mendengar Parkinson, Greengrass, Davis, dan Bulstrode terus-terusan melakukan pembelaan, padahal Rosette bahkan tidak mengatakan apa-apa sejak Umbridge membawa mereka ke kantor Snape, kepala asrama Slytherin, tidak berniat mengelak atau bercerita bagaimana kejadian sesungguhnya. Rosette yakin sekeras apapun ia membela diri, pasti tidak akan ada efeknya.
"Detensi dua kali untukmu, Miss Northwood," kata nenek tua itu. "Datang ke kantorku saat aku mengabarkan tanggalnya."
"Baik, profesor," jawab Rosette malas, akhirnya menoleh pada mereka. Para ular Slytherin itu menyeringai penuh kemenangan. Ada bekas-bekas air mata palsu di wajah mereka, tapi sisanya baik-baik saja. Berbeda dengan Rosette yang sudah babak belur. Ia menyesal tidak melayangkan mantra Cruciatus tadi. Rosette bahkan sempat mengira Umbridge buta karena masih tersenyum sok suci seperti biasa. "Kalian akan rasakan karmanya nanti," gumam gadis itu pelan sekali sampai mereka tidak menyadari.
Namun reaksi Snape berbeda. Dia mendengarnya, berjengit sebentar dan lebih pucat dari biasanya. Ia memandang Rosette dengan matanya yang hitam legam, tapi Rosette sama sekali tidak takut.
Bukan rahasia lagi baginya kalau beberapa guru seperti Snape, McGonagall, dan Hagrid, selalu berjengit ketika berhadapan dengannya, bahkan sejak pertama kali gadis itu menginjakkan kaki di Hogwarts. Ia tidak tahu apa alasannya mereka bersikap seperti itu. Profesor Dumbledore yang membawakan surat langsung ke panti asuhan juga tidak bercerita apapun, malah diam-diam memasang ekspresi mengganjal saat pertama kali bertemu.
Umbridge dan anak-anak Slytherin langsung keluar setelah merasa tidak ada lagi yang harus dibicarakan. Sementara Rosette masih terdiam di tempat duduknya, sibuk dengan pikirannya sendiri.
"Miss Northwood, apa kau mau aku kunci di sini?" kata Snape dingin, seperti biasa.
Rosette akhirnya berdiri, memandang Snape dengan kepala penuh pertanyaan. "Apakah Anda akan membiarkan dia bersikap begitu meski Anda tahu bahwa saya yang selama ini dirundung, sir?" tanya gadis itu. Perasaan terluka kembali memenuhi dadanya dan matanya terasa memanas lagi.
"Aku tidak punya kuasa," kata Snape, terdengar tidak peduli.
"Sejak dulu Anda juga tidak berbuat apa-apa walau tahu mereka berbuat seenaknya," balas Rosette kesal. Gadis itu menyentak kursinya, berjalan menuju pintu dan keluar, meninggalkan Snape yang masih berdiri di tempatnya menelan ludah.
Seperti waktu, Oktober berlalu dengan cepat bersama angin yang melolong dan hujan lebat, dan November tiba, sedingin besi beku, dengan embun yang mengeras setiap pagi dan angin sedingin es yang menggigit tangan serta wajah yang terbuka. Langit dan langit-langit Aula Besar berubah kelabu pucat, berkilau bagai mutiara; puncak gunung-gunung di sekeliling Hogwarts berselimut salju lebih tebal dari bulan lalu dan temperatur di kastil turun rendah sekali, sampai banyak anak memakai sarung tangan kulit naga yang tebal kalau melewati koridor di antara dua pelajaran.
Namun di hari-hari yang berlalu cepat itu, di hari-hari Rosette bingung sendiri karena dia bahkan tidak menangisi apa yang terjadi di koridor—bahkan juga menyuruh Justin, Ernie, Hannah, dan Susan untuk tidak membahasnya, Umbridge belum juga memberikannya jadwal detensi. Dia berharap bahwa wanita itu benar-benar lupa. Toh, Rosette yakin dia jauh lebih mementingkan memberi detensi pada Harry Potter yang terkenal dibanding pada anak yang cuma kebetulan semua orang tahu sebagai Muggleborn di Slytherin.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐀 𝐒𝐨𝐮𝐥𝐦𝐚𝐭𝐞 𝐖𝐡𝐨 𝐖𝐚𝐬𝐧'𝐭 𝐌𝐞𝐚𝐧𝐭 𝐭𝐨 𝐁𝐞 | 𝐕𝐨𝐥 𝐈
Fanfiction𝓨𝓸𝓾'𝓻𝓮 𝓳𝓾𝓼𝓽 𝓪 𝓼𝓽𝓻𝓪𝓷𝓰𝓮𝓻 𝔀𝓱𝓸 𝓾𝓷𝓭𝓮𝓻𝓼𝓽𝓪𝓷𝓭 𝓶𝓮 𝓶𝓸𝓻𝓮 𝓽𝓱𝓪𝓷 𝓲 𝓾𝓷𝓭𝓮𝓻𝓼𝓽𝓪𝓷𝓭 𝓶𝔂𝓼𝓮𝓵𝓯, 𝓪𝓷𝓭 𝓮𝓿𝓮𝓷𝓽𝓸𝓾𝓰𝓱 𝔀𝓮'𝓻𝓮 𝓶𝓪𝓭𝓵𝔂 𝓲𝓷 𝓵𝓸𝓿𝓮, 𝔀𝓮 𝓷𝓮𝓿𝓮𝓻 𝓶𝓮𝓪𝓷𝓽 𝓽𝓸 𝓫𝓮 𝓽𝓸𝓰𝓮𝓽𝓱𝓮𝓻. Ro...