31.

240 41 0
                                    

⋆♱✮♱⋆☽☾⋆♱✮♱⋆


          MALAM itu suasananya tak nyaman. Semua anak mencoba belajar pada detik-detik terakhir, namun tak seorang pun yang bisa belajar banyak. Rosette memutuskan untuk kembali ke asrama Slytherin setelahnya dan pergi tidur lebih awal, tetapi kemudian berbaring tak bisa tidur selama berjam-jam. Dia tahu dia bukan satu-satunya yang tak bisa tidur, tetapi tak ada seorang pun di ruang rekreasi dan dia tidak mau mengganggu Draco, walaupun lelaki itu tidak akan keberatan dan senang-senang saja kalau Rosette mengunjunginya.

Saat sarapan esok paginya pun tak ada anak kelas lima yang banyak bicara: Rosette berlatih mantra berbisik-bisik, sementara tempat garam di depannya bergerak-gerak; Hannah membaca ulang Prestasi dalam Mantra begitu cepatnya sehingga matanya tampak buram, dan Ernie berulang-ulang menjatuhkan pisau dan garpunya dan menyenggol jatuh botol selai.

Begitu sarapan usai, murid-murid kelas lima dan tujuh berkerumun di Aula Depan sementara anak-anak kelas lain ke kelas masing-masing untuk belajar. Kemudian, pukul setengah sepuluh, mereka dipanggil per kelas untuk masuk lagi ke Aula Besar, yang sudah diatur; keempat meja telah disingkirkan dan digantikan oleh banyak meja untuk perorangan, semuanya menghadap ke meja guru di ujung Aula, tempat Profesor McGonagall berdiri menghadap mereka. Setelah mereka semua duduk dan diam, dia berkata, "Kalian boleh mulai," dan membalik jam-pasir besar di atas meja di sebelahnya. Di meja itu ada juga persediaan pena-bulu, botol-botol tinta, dan gulungan perkamen.

Rosette membalik kertasnya, jantungnya berdegup kencang—tiga deret di sebelah kanannya dan empat tempat duduk di depan, Hannah sudah mulai menulis—dan menundukkan matanya membaca pertanyaan pertama: a) Sebutkan mantranya dan b) jelaskan gerakan tongkat sihir yang diperlukan untuk membuat benda-benda terbang.

Gadis itu menghembuskan napas kasar, berusaha membuat narasi di kepalanya untuk menjabarkan apa yang pernah diajarkan Profesor Flitwick dulu sebelum menulis.

"Tidak terlalu parah, kan?" kata Hannah gelisah di Aula Depan dua jam kemudian, masih mencengkeram kertas ujiannya. "Aku tak tahu apakah aku menjelaskan secara terperinci Jampi Jenaka, soalnya sudah kehabisan waktu. Apakah kalian menuliskan mantra-penangkal untuk cegukan? Aku tak tahu apakah harusnya kutulis, rasanya sudah kebanyakan—dan soal nomor 23..."

"Hannah," kata Ernie tegas, "kita sudah mengalaminya... kita tidak mengulangi semua ujian, mengerjakannya sekali saja sudah cukup berat."

Anak-anak kelas lima makan siang bersama anak-anak lain (keempat meja asrama telah muncul lagi untuk jam makan siang), kemudian mereka beramai-ramai masuk ke ruang kecil di samping Aula Besar, tempat mereka menunggu dipanggil untuk ujian praktek. Sementara sekelompok kecil dipanggil maju sesuai abjad, mereka yang tinggal menggumamkan mantra dan berlatih gerakan tongkat sihir, kadang-kadang tak sengaja saling sodok di punggung atau mata.

Nama Hannah dipanggil paling pertama. Gemetar, dia meninggalkan ruangan bersama Susan, Terry Boot, dan Mandy Brocklehurst. Murid-murid yang sudah diuji tidak kembali ke tempat menunggu, jadi Rosette tidak tahu bagaimana jalannya ujian mereka. Tidak lama kemudian Justin dipanggil. Rosette merasa semakin lama dia dipanggil semakin perutnya mulas.

"Macmillan—Ernest, Malfoy—Draco, Nott—Theodore, Northwood—Rosette." Profesor Flitwick memanggil mereka lima belas menit kemudian, dan Rosette bisa merasakan hatinya jatuh ke perut. Rosette berjalan memasuki Aula Besar, mencengkeram tongkat sihirnya begitu kencang sampai tangannya gemetar.

"Profesor Tofty kosong, Northwood ," nyaring kata Profesor Flitwick, yang berdiri tepat di balik pintu. Dia menunjuk ke arah penguji yang tampaknya paling tua dan paling botak, yang duduk di belakang meja kecil di sudut yang jauh, tak jauh dari Profesor Marchbanks, yang sudah sedang akan menguji Draco Malfoy.

𝐀 𝐒𝐨𝐮𝐥𝐦𝐚𝐭𝐞 𝐖𝐡𝐨 𝐖𝐚𝐬𝐧'𝐭 𝐌𝐞𝐚𝐧𝐭 𝐭𝐨 𝐁𝐞 | 𝐕𝐨𝐥 𝐈 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang