⋆♱✮♱⋆☽☾⋆♱✮♱⋆
ROSETTE membuka matanya di bangsal rumah sakit pagi itu. Ia telah menceritakan tentang mimpinya pada Draco semalam, dimana rasa sakit tiba-tiba menyerang kepalanya dan membuat darah segar kembali mengucur dari hidungnya, bahkan menodai piyama mahal lelaki itu ketika membawanya ke rumah sakit.
Justin dan Hannah menyambutnya ketika bangun, menatapnya dengan cemas dan penuh pertanyaan. Sementara Ernie dan Susan muncul beberapa menit kemudian, membawakan jus labu, sup jagung, dan Croissant penuh gula untuk sarapannya.
"Sebenarnya kau sakit apa, sih?" tanya Justin, mengepang rambut Rosette agar tidak masuk ke dalam sup ketika makan.
"Madam Pomfrey bilang kalau aku kadang-kadang punya serangan panik," kata Rosette santai.
Entah kenapa dia merasa belum siap menceritakan apa yang sebenarnya terjadi pada teman-temannya. Bukan karena dia tidak percaya pada mereka, tapi lebih kepada ia tidak ingin teman-temannya terlibat lebih jauh sebelum ia bisa mengatasinya sendiri. Lagipula ia berpikir beban mereka sudah banyak, dan kejadian saat Draco tahu lebih dulu bukan karena ia memberitahunya secara blak-blakan.
"Tapi kau sering sekali begini," cerca Justin lagi. "Kelas dua. Lalu kelas empat saat Cedric—"
"Justin," geram Hannah, membuat Rosette menghembuskan napas lega karena telah memotong percakapan mereka. "Kau bisa membuatnya mimisan lagi kalau ditekan begitu. Biarkan dia istirahat."
Hari-hari berikutnya dalam minggu itu keadaan tubuhnya belum cukup membaik untuk memohon pada Madam Pomfrey bahwa dia ingin sekali makan kalkun panggang di aula besar bersama teman-temannya. Sehingga dia tidak lagi peduli pada nilai pelajaran dan OWL-nya nanti. Barangkali setelah lulus dengan nilai buruk rupa dia bisa bekerja bersama Fred dan George—yang terlihat dari jendela rumah sakit, tanpa kepala dan sedang menjual topi ajaib mereka dari balik mantel di halaman—menjual alat-alat sihir konyol.
Namun jeritan seorang perempuan dari luar rumah sakit membuat para pasien dan Madam Pomfrey bergegas keluar, dan Rosette juga memanfaatkan momen itu untuk menghirup udara segar.
Jeritan itu memang berasal dari Aula Depan; makin lama makin keras sementara Rosette berlari mendekat. Ketika tiba, Aula Depan sudah penuh sesak; anak-anak telah datang membanjir dari Aula Besar, tempat makan malam masih berlangsung, untuk melihat apa yang terjadi; yang lain berdesakan di tangga pualam. Rosette menyeruak di antara kerumunan anak-anak Hufflepuff yang jangkung-jangkung dan melihat para penonton telah membentuk lingkaran besar. Profesor McGonagall persis di hadapannya, di sisi lain Aula; tampaknya yang disaksikannya membuatnya mual.
Profesor Trelawney berdiri di tengah Aula Depan dengan tongkat sihir di satu tangan dan botol sherry kosong di tangan yang lain, tampak benar-benar seperti orang gila. Rambutnya mencuat ke mana-mana, kacamatanya miring, sehingga satu mata tampak lebih besar daripada yang lain; syal dan selendangnya yang tak terhitung melorot dan menjuntai dari bahunya, memberi kesan dia benar-benar kacau-balau.
Dua koper besar tergeletak di lantai di sebelahnya, salah satunya terbalik; kelihatannya koper itu dilempar begitu saja dari tangga, menyusulnya. Profesor Trelawney terbeliak ketakutan memandang sesuatu yang tak terlihat oleh Rosette tapi tampaknya berdiri di kaki tangga.
"Tidak!" jeritnya. "TIDAK! Tak mungkin ini terjadi... tak mungkin... aku menolak menerimanya!"
"Kau tidak menyadari ini akan terjadi?" pekik suara nyaring kekanak-kanakan, kedengarannya geli, tanpa perasaan, dan Rosette, bergerak sedikit ke kanan, melihat bahwa yang membuat Trelawney ngeri tak lain dan tak bukan adalah Profesor Umbridge. "Kalaupun kau tak sanggup sekadar meramalkan cuaca besok pagi, mestinya kau sadar bahwa penampilanmu yang parah selama masa inspeksiku dan tidak adanya perbaikan, tak bisa dihindarkan lagi akan membuatmu dipecat?"
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐀 𝐒𝐨𝐮𝐥𝐦𝐚𝐭𝐞 𝐖𝐡𝐨 𝐖𝐚𝐬𝐧'𝐭 𝐌𝐞𝐚𝐧𝐭 𝐭𝐨 𝐁𝐞 | 𝐕𝐨𝐥 𝐈
Fanfiction𝓨𝓸𝓾'𝓻𝓮 𝓳𝓾𝓼𝓽 𝓪 𝓼𝓽𝓻𝓪𝓷𝓰𝓮𝓻 𝔀𝓱𝓸 𝓾𝓷𝓭𝓮𝓻𝓼𝓽𝓪𝓷𝓭 𝓶𝓮 𝓶𝓸𝓻𝓮 𝓽𝓱𝓪𝓷 𝓲 𝓾𝓷𝓭𝓮𝓻𝓼𝓽𝓪𝓷𝓭 𝓶𝔂𝓼𝓮𝓵𝓯, 𝓪𝓷𝓭 𝓮𝓿𝓮𝓷𝓽𝓸𝓾𝓰𝓱 𝔀𝓮'𝓻𝓮 𝓶𝓪𝓭𝓵𝔂 𝓲𝓷 𝓵𝓸𝓿𝓮, 𝔀𝓮 𝓷𝓮𝓿𝓮𝓻 𝓶𝓮𝓪𝓷𝓽 𝓽𝓸 𝓫𝓮 𝓽𝓸𝓰𝓮𝓽𝓱𝓮𝓻. Ro...