⋆♱✮♱⋆☽☾⋆♱✮♱⋆
ROSETTE tidak tahu apa yang terjadi malam itu ketika Draco berhasil menjemputnya dan Blaise tanpa ketahuan dan menceritakan bahwa Umbridge membawa Harry ke kantor kepala sekolah, dan seseorang yang telah membocorkan berita itu adalah Marietta Edgecombe, teman Cho Chang yang suka terkikik.
Namun paginya, ketika dekrit selanjutnya muncul, Rosette langsung tahu bahwa mereka tidak ketahuan sepenuhnya, dan Harry tidak dikeluarkan dari sekolah. Namun menjadi agak lebih parah ketika gadis itu menyadari bahwa...
—Atas Perintah—
Kementerian Sihir
Dolores Jane Umbridge (Inkuisitor Agung) telah menggantikan Albus Dumbledore sebagai kepala sekolah Sekolah Sihir Hogwarts. Keputusan di atas sesuai dengan Dekrit Pendidikan Nomor Dua Puluh Delapan.
Tertanda: Cornelius Oswald Fudge
Menteri SihirPengumuman itu telah ditempel di mana-mana di sekolah dalam semalam, tetapi pengumuman-pengumuman itu tidak menjelaskan bagaimana setiap anak dalam kastil bisa yakin bahwa Dumbledore telah menanggulangi dua Auror, Inkuisitor Agung, Menteri Sihir, dan Asisten Junior-nya untuk meloloskan diri. Tak peduli ke mana pun Rosette pergi dalam kastil, satu-satunya topik pembicaraan adalah lolosnya Dumbledore, dan meskipun beberapa detailnya mungkin jadi menyimpang dalam penceritaan kembali (Rosette tak sengaja mendengar seorang anak perempuan kelas dua meyakinkan temannya bahwa Fudge sekarang terbaring di St Mungo dengan kepala berubah menjadi labu kuning), mengherankan sekali betapa masuk akalnya sisa informasi yang beredar. Misalnya, semua anak percaya bahwa hanya Harry dan Marietta-lah murid yang menyaksikan kejadian dalam kantor Dumbledore, dan karena Marietta sekarang di rumah sakit, Harry-lah yang dibombardir permintaan untuk memberikan laporan tangan pertama."
"Dumbledore akan kembali tak lama lagi," kata Ernie yakin sepulangnya mereka dari kelas Herbologi, setelah mendengarkan cerita Harry dengan tekun. "Mereka tak bisa menyingkirkannya waktu kita kelas dua, dan kali ini pun mereka tak akan bisa. Si Rahib Gemuk memberitahuku—" dia menurunkan suaranya dalam nada rahasia, sehingga Rosette harus mendekat kepadanya agar bisa mendengar "—bahwa Umbridge berusaha masuk lagi ke kantor Dumbledore semalam, setelah mereka memeriksa kastil dan halaman sekolah untuk mencari Dumbledore. Tapi dia tak bisa melewati si gargoyle. Kantor Kepala Sekolah telah menutup diri terhadapnya." Ernie menyeringai. "Terang saja dia marah-marah."
"Oh, kurasa dia membayangkan dirinya duduk di kantor Kepala Sekolah," kata Rosette sengit, ketika mereka menaiki undakan menuju Aula Depan. "Memerintah semua guru lainnya. Dasar perempuan bego, gendut, haus kekuasaan..."
Ernie berjengit ketika Rosette mulai mendelik tajam. Tapi Justin tertawa puas sekali sampai Rosette bisa melihat pangkal tenggorokannya. Mereka makan di aula besar yang penuh siang itu, mengobrolkan tentang teori-teori bagaimana Dumbledore berhasil kabur...sampai...
DUAAAR!
Lantai aula besar bergetar dan anak-anak yang terkejut perpegangan pada meja agar tidak jatuh. Setelahnya mereka berbondong-bondong keluar, dan tidak sulit untuk melihat apa sumber huru-hara ini. Terjadi hiruk-pikuk luar biasa. Ada orang (dan Rosette menebak pasti dua kembar Weasley) yang menyalakan satu peti besar kembang api sihir.
Naga-naga yang terdiri atas bunga api hijau dan keemasan melesat di koridor-koridor sambil menyemburkan api dan letusan-letusan keras; kembang api berbentuk roda, dengan garis tengah satu setengah meter, berputar-putar berbahaya di udara seperti barisan piring terbang; roket-roket dengan ekor bintang-bintang perak cemerlang memantul-mantul pada dinding; kembang api yang mengeluarkan percikan api, menulis sendiri kata-kata makian di udara; mercon-mercon meledak keras seperti ledakan tambang ke mana pun Rosette memandang, dan alih-alih terbakar habis, memudar dari pandangan, atau mendesis padam, kembang api ajaib ini tampaknya semakin lama semakin bertambah kuat dan cepat.
Filch dan Umbridge berdiri terpaku ketakutan di tengah tangga. Selagi Rosette mengawasi, salah satu roda api yang besar agaknya memutuskan dirinya membutuhkan ruang lebih luas untuk bergerak bebas. Dia berpusar ke arah Umbridge dan Filch diiringi bunyi "whiiiiiiiiiis" mengerikan. Mereka berdua menjerit ketakutan dan menunduk, dan roda api itu melesat keluar dari jendela di belakang mereka, meluncur ke halaman. Sementara itu beberapa naga dan seekor kelelawar ungu besar yang berasap menyeramkan, menggunakan pintu terbuka di ujung koridor untuk lolos ke lantai dua.
"Cepat, Filch, cepat!" jerit Umbridge. "Mereka akan menyebar di seluruh sekolah kalau kita tidak cepat bertindak—Stupefy!"
Kilatan cahaya merah meluncur dari ujung tongkat sihirnya dan menghantam salah satu roket. Alih-alih membeku di udara, roket itu meledak luar biasa kerasnya sampai melubangi lukisan penyihir wanita bertampang basah di tengah padang rumput; untung si penyihir masih sempat lari, dia muncul beberapa detik kemudian di lukisan di sebelahnya; dua penyihir pria yang sedang bermain kartu buru-buru berdiri memberi tempat untuknya.
"Jangan pakai Mantra Bius, Filch!" teriak Umbridge gusar, seolah Filch yang tadi memantrainya.
"Betul, Kepala Sekolah!" decit Filch, yang sebagai Squib tak mungkin bisa memantrai kembang-kembang api itu, sama tak mungkinnya dengan kalau dia disuruh menelan mereka. Filch berlari ke lemari terdekat, menarik keluar sapu dan mulai memukul-mukul kembang api di udara; dalam sekejap saja ujung sapu sudah menyala.
Rosette tidak bisa tidak begitu senang bahkan ketika salah satu kembang api meledak tepat di atas kepalanya, membuat teman-temannya menjerit terkejut. Kembang api itu menjatuhkan kelap-kelip yang kini menghiasi rambut dan wajah Rosette, membuatnya berkilau-kilau mengherankan.
"Rosette," lirih Hannah, membantu menepuk-nepuk jubah Rosette bersama Susan. "Setelah ini pokoknya kau harus kukeramasi."
Kembang api terus menyala dan menyebar ke seluruh sekolah sore itu. Meskipun menimbulkan kehebohan besar, terutama petasannya, guru-guru yang lain kelihatannya tidak terlalu keberatan.
"Wah, wah," kata Profesor McGonagall tajam, ketika salah satu naga terbang mengelilingi kelasnya, mengeluarkan ledakan-ledakan keras dan menyemburkan api. "Miss Brown, tolong beritahu Kepala Sekolah bahwa ada kembang api yang lolos masuk kelas kita."
Hasil dari semua itu adalah Profesor Umbridge melewatkan sore pertamanya sebagai kepala sekolah dengan berlarian ke seluruh sekolah, menjawab panggilan guru-guru lain; tampaknya tak satu pun guru-guru itu bisa membebaskan kelas mereka dari kembang api tanpa bantuan Umbridge. Ketika bel terakhir berbunyi dan mereka kembali ke asrama masing-masing, dengan kepuasan luar biasa Rosette melihat Umbridge yang berantakan dan hitam kena jelaga terhuyung dengan wajah berkeringat dari dalam kelas Profesor Flitwick.
"Terima kasih banyak, Profesor!" seru Profesor Flitwick dengan suara nyaringnya. "Aku bisa mengusir kembang api itu sendiri, tentu saja, tapi aku tak yakin apakah aku berhak melakukannya." Dengan wajah berseri dia menutup pintu kelas di depan wajah geram Umbridge.
Fred dan George menjadi pahlawan malam itu di ruang rekreasi manapun selain Slytherin, yang ketika Rosette masuki, suasananya sangat suram seperti kuburan. Mereka mendelik ke arah Rosette untuk beberapa saat, tapi gadis itu bersikap seperti biasa, tidak terlalu memedulikan mereka dan langsung menuju ke kamarnya walaupun harus melewati lemparan limpa tikus atau bangkai katak dulu. Toh, dia akan mandi juga, dan tidak akan keluar kamarnya sampai tengah malam kalau tidak bisa tidur.
⋆♱✮♱⋆☽☾⋆♱✮♱⋆
original by IR. Sequoia
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐀 𝐒𝐨𝐮𝐥𝐦𝐚𝐭𝐞 𝐖𝐡𝐨 𝐖𝐚𝐬𝐧'𝐭 𝐌𝐞𝐚𝐧𝐭 𝐭𝐨 𝐁𝐞 | 𝐕𝐨𝐥 𝐈
Fanfiction𝓨𝓸𝓾'𝓻𝓮 𝓳𝓾𝓼𝓽 𝓪 𝓼𝓽𝓻𝓪𝓷𝓰𝓮𝓻 𝔀𝓱𝓸 𝓾𝓷𝓭𝓮𝓻𝓼𝓽𝓪𝓷𝓭 𝓶𝓮 𝓶𝓸𝓻𝓮 𝓽𝓱𝓪𝓷 𝓲 𝓾𝓷𝓭𝓮𝓻𝓼𝓽𝓪𝓷𝓭 𝓶𝔂𝓼𝓮𝓵𝓯, 𝓪𝓷𝓭 𝓮𝓿𝓮𝓷𝓽𝓸𝓾𝓰𝓱 𝔀𝓮'𝓻𝓮 𝓶𝓪𝓭𝓵𝔂 𝓲𝓷 𝓵𝓸𝓿𝓮, 𝔀𝓮 𝓷𝓮𝓿𝓮𝓻 𝓶𝓮𝓪𝓷𝓽 𝓽𝓸 𝓫𝓮 𝓽𝓸𝓰𝓮𝓽𝓱𝓮𝓻. Ro...