Cluster 13

2K 151 4
                                    

Bismillahirrahmaanirrahiim,,

***

"Sen, ada titipan dari Shakira!" seorang pemuda berambut ikal dengan brewok yang memenuhi hampir setengah bagian wajahnya melempar bingkisan kresek berwarna putih itu kepadaku. Dia adalah Ibnu. Mahasiswa yang juga berasal dari Indonesia, tepatnya berasal dari daerah Muara Teweh Kalimantan tengah.

"Apa ini?" tanyaku heran, mengamati benda persegi berukuran sekitar 5˟5 senti.

"Itu namanya kotak musik, Sen! Katrok banget kamu ya!" Ibnu kembali fokus membenahi ponselnya yang telah mati selama beberapa hari.

"Mengapa Shakira memberikannya kepadaku?" aku membuka perlahan kotak musik pemberian Shakira, sedetik kemudian, memunculkan bunyi-bunyi instrumen musik romantis lagu barat seperti Eternal Flame dan and i love her.

"Sen, kamu ini pura-pura nggak tau atau bego beneran?"Ibnu menatapku jengah.

"Maksudmu?"

"Shakira mencintaimu sejak lama Sen! Sudah lebih dari setahun, kamu tidak tau?"

Aku menggeleng. Benar-benar tidak tau.

"Bahkan, gadis itu rela meninggalkan agamanya dan masuk islam demi kamu!"

Aku mengerutkan kening. Shakira memang telah memeluk islam sejak 2 bulan terakhir. Dan aku mengetahui itu. Shakira memang gadis Eropa, namun ibunya merupakan keturunan asli Indonesia. Jadi, tidak heran jika gadis itu bisa berbahasa Indonesia, meskipun terlihat gagap.

"Kenapa demi aku? Harusnya dia memeluk islam memang karena demi Allah dan kecintaannya terhadap Islam. Mengapa jadi demi aku? Apa hubungannya?"

"Astaghfirullah, Sena! Ya mana aku tau. Memang begitulah fakta yang beredar."

Aku menghembuskan napas berat. Antara aku dan Shakira hanyalah sebatas teman satu jurusan, tidak lebih dan tidak kurang. Jadi, mana pernah aku berpikiran bahwa ia memiliki perasaan lebih terhadapku selain teman?

"Oh iya lupa. Hati kamu sudah dipenuhi dengan bayang-bayang putri dari Kiaimu itu ya? Sampai-sampai cinta lain yang datang tidak bisa kamu rasakan."

"Ibnu!"

"Lah itu juga fakta. Jangan mengelak kamu! Aku jadi penasaran seperti apa wajah Ning-Mu itu yang bisa menguatkan benteng di hatimu dari pesona-pesona gadis Eropa yang mencoba memikatmu!"

Aku terdiam, tidak menanggapi celotehan Ibnu.

"Apakah dia secantik Cleopatra? Atau semenarik Cate Middlaton istri Pangeran William?"

Aku terdiam lagi, sebab, mau kujaleskan bagaimana pun Ibnu tidak akan mengerti.

***

Aku duduk kaku di hadapan Buya Ja'far. Ditemani Abah dan beberapa saudara serta disaksikan puluhan Kiai dan ratusan santri Darur Rohmah, aku menjabat tangan dingin beliau, kemudian dengan segenap keberanian dan tekat yang kuat, kutarik napas dalam-dalam sebelum beberapa detik kemudian mengiqrarkan janji dan kesedian menikahi dan menerima beban tanggung jawab untuk menjaga dan menjadi suami putri beliau, Ning Hasna Arumi Ruwayda.

"Qobiltu Nikahaha Wa Tazwijaha BilMahril Madzkur Halan!"jawabku hanya dengan satu tarikan napas.

Aku bersyukur dalam hati.

Bersyukur karena nama itulah yang kuharapkan sejak lama, nama yang kuharap bisa kusebut dalam janji suci pernikahan. Nama indah Ning Hasna Arumi Ruwayda.

Terpikat Pesona Ning RumTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang