Cluster 52

1.9K 131 22
                                    

Bismillahirrahmanirrahiim,,


Seperti biasa gais, No Cut No Edit wkkwkwkw


Awas baperrrr!!

***

Kedua kelopak mataku tak ada hentinya bolak-balik menatap layar ponsel, menunggu panggilan masuk dari Gus Sena. Janjinya, Gus Sena hanya pergi selama dua hari saja. Namun pada kenyataannya, ini sudah menginjak hari keempat sejak kepergian Gus Sena. Hingga detik ini, masih belum ada tanda-tanda kepulangannya.

Wajahku tampak sangat masam.

"Omongan laki-laki emang gabisa dipercaya ya?" Aku menggerutu kesal. Kemudian melempar ponselku secara asal. Sepertinya satu minggu lagi haidku datang, terbukti dengan emosi yang terus meluap hebat akhir-akhir ini. Tersulut sedikit spontan akan meledak seketika.

Belum juga satu menit, ponselku berdering nyaring. Membuatku gelagapan dan mencari letak keberadaan yang sebelumnya kulempar entah kearah mana.

Keningku mengerut, senyum yang sempat mengembang kembali menipis.

Aku kembali dibuat kecewa setelah mengetahui panggilan yang kuterima bukan dari Gus Sena, melainkan Sarah.

"Iya Assalamu'akum Sarah, ada apa?"

"Idih Rum jutek amat, kenapa? Eh Wa'alaikumsalam."

"Lagi males sama orang."

"Hahaha siapa?"

"Siapa lagi kalau bukan Gus Sena."

"Belum pulang sampai sekarang?"

"Belum. Belum telpon juga tau!"

"Lagi sibuk Rum, coba kamu duluan yang menghubungi Gus Sena."

Aku menggeleng kuat. Hal yang tak akan kulakukan.

"Gamau."

"Lah kenapa?"

"Ya ga kenapa-kenapa, males aja."

"Gengsi?"

"Hahah gengsi? Nggaklah."

"Yaudah telpon aja Rum, siapa tau Gus Sena kehabisan kuota."

"Mustahil banget kehabisan kuota."

"Ya kali aja ga sempet atau lupa gitu Rum, coba aja ih." Sarah tampak gemas.

"Jahat banget lupain aku. Semudah itu kah?"

"Astaghfirullah Rum! Serius lama-lama bisa aku bisa kena darah tinggi deh!"

Aku tertawa sumbang.

"Ngomong-ngomong kamu nelpon aku ada tujuannya ngga? Kalau ngga ada ya aku cukupkan sampai sini."

"Idih, sok seleb banget dasar! Jadi gini Rum, kamu ingat Mas Anwar yang pernah aku ceritain ngga?"

"Mas Anwar tetanggamu itu? Yang melamarmu tahun lalu?"

"Iya, yang walaupun udah kutolak masih suka ngejar-ngejar terus."

"WKWK ingat-ingat. Kenapa memangnya?"

"Akhirnya dia menikah tau Rum, istrinya tetanggaku juga, Cuma beda gang. Seneng banget aku tuh."

Aku tersenyum, masih ia ingat dengan jelas bagaimana setresnya Sarah menghadapi keambisiusan Mas Anwar tetangganya itu, sampai-sampai ia tak berani pulang rumah setiap akhir bulan hanya karena takut bersitatap dengan Mas Anwar yang katanya jarak rumah keduanya hanya terpaut 10 langkah saja.

Terpikat Pesona Ning RumTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang