Bismillahirrahmaanirrahiim,,
Banyak Typo nih, mon dimaafkeun ye!
***
"Jangan pulang dulu Ning, bahaya. Bareng saya saja gimana? Nanti motor Ning Rum biar dibawakan Cak Salim."
Aku menunjukkan pesan yang Gus Sena kirim kepada Sarah.
"Loh ya enak dong Rum, terima aja gapapa, daripada pulang sendirian hayolo?" bisik Sarah lirih.
"Ga sendirian kok, rumah kalian kan searah semua denganku."
"Ih udah udah udah, pokoknya kamu harus pulang bareng suamimu aja."
"Ya ampun Sar, apa kata temen-temen kita nantinya."
"Aku yang urus, tenang, sekarang kamu balas aja pesan Gus Sena."
"Balas gimana?"
"Duh, sini deh aku aja." Sarah merampas ponselku tanpa aba-aba.
"Jangan sembarangan loh!"
"Nggak akan, santai aja kali."
Aku melirik tajam jemari Sarah yang mengetik balasan pesan untuk Gus Sena.
"Jenengan pulangnya kapan Mas?"
Spontanitas aku mencubit lengan Sarah setelah membaca pesan yang berhasil ia kirimkan kepada Gus Sena.
"Aku tidak memanggilnya Mas loh Sar! Ngawur banget kamu." Kurebut lagi ponselku dari tangannya. Sarah hanya cengengesan tanpa dosa.
Tak butuh waktu lama, Gus Sena kembali mengirimkan balasan.
"Setelah ini Ning, mungkin 20 menit lagi."
"Lama banget sih Gus?" Kali ini jariku sendiri yang membalasnya. Enggan percaya lagi terhadap Sarah.
"Atau saya juga pulang sekarang saja? Pripun?"
"Gausah gausah, nanti aja gapapa. Tapi Rum tungguin Gus Sena di perempatan depan ya."
Lama tak ada balasan, kulihat Gus Sena sedang berbincang serius dengan salah satu staf Panti asuhan. Sedangkan Rafif dan beberapa temabku yang lain tengah sibuk berbenah barang-barang bawaan.
"Kalain berdua sudah siap bukan? Tidak ada barang yang tertinggal?"
"Siap kok Raf. Tapi kalian pulang duluan aja gapapa." Sarah yang berucap. Rafif rampak keheranan.
"Kenapa?"
"Besok hari libur bukan? Aku berniat menginap ke rumah tanteku di Daearh Gajayana."
"Terus, Rum gimana?"
"Rum bareng aku."
"Bareng kamu?"
Sarah mengangguk, aku juga.
"Emangnya orang tua kamu ga nyariin ya Rum?" Rafif beralih menatapku. Dan aku merasa sedikit tersinggung dengan ucapannya. Kalimat 'emang orang tua kamu ga nyariin ya Rum?' yang dilontarkan Rafif seakan menyimpan makna tersirat bahwa aku ini termasuk golongan anak-anak strict parent. Ya maeskipun memang agak iya, tapi males banget tau!
"Tenang Raf, aman-aman. Lagipula nanti aku ada janji ketemu dengan salah seorang keluarga. Jadi aku nanti pulang bersama dia juga."
"Keluarga bagaimana maksudmu?" tanya Rafif penasaran.
"Ya keluarga deh pokoknya. Eh ya udah si, kalian pulang aja duluan gih."
Rafif terdiam, tampak ragu.
"Kalian berdua serius?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Terpikat Pesona Ning Rum
EspiritualIni kisah tentang Ning Rum, seorang putri kiai pondok pesantren besar namun berkepribadian milenial dan bersosialisasi bebas. Kuliah di universitas umum swasta, berteman dengan ragam manusia dari berbagai kalangan, sekaligus menjadi salah seorang a...