Bismillahirrahmanirrahim,
Halooooooo sayang-sayangkuuu, cerita Ning Rum dan Gus Sena hadir lagi nih, untuk kali ini, aku janji akan update tiap hari sampeee tamat (InsyaAllah kalau masih diberi kesempatan sehat hihi)
Alur ceritanya tidak berubah, tapi ada tambahan beberapa polesan supaya lebih fresh eheehe,
Makanya, ayoooo dibaca rek!
Katanya kangen ihihi.
***
POV Ning Rum
Namaku Hasna Arumi Rumayda. Orang-orang biasa mengenalku Rum atau Ning Rum. Aku merupakan anak perempuan satu-satunya Buya dan Ummah. Aku lahir dan dibesarkan di Pondok Pesantren Darur Rohmah. Pondok pesantren yang dirintis kakek dan dikembangkan olah Abuya. Sejak kecil, aku tidak mau menimba ilmu di pesantren lain mana pun sebagaimana Mas Salman yang nyantri di Kediri kemudian kuliah di Lebanon, Mas Adam yang nyantri di Demak lalu kuliah di Madinah, maupun seperti Dik Fais yang nyantri di Jombang. Tidak, aku tidak suka jika seperti mereka. Tinggal dan mengaji di rumah serta menimba ilmu di sekolah umum negeri merupakan pilihan terbaikku.
"Rum! Ada yang nyari kamu tuh!" kepalaku menoleh, kemudian menyipitkan mata. Memastikan siapa yang berdiri di ambang pintu mencariku.
"Rafif? Gimana?" Lelaki jawa berparas bule itu mendekat. Gaya rambutnya yang Textured Crop selalu tampak klimis dan rapi. Menambahkan poin plus pada tingkat kerupawanannya. Dia adalah Rafif Yanuar Idris, teman cukup dekatku sejak masa orientasi mahasiswa baru dua tahun lalu. Kepribadiannya penuh wibawa, tegas, kritis, namun humoris. Terbukti dengan terpilihnya ia menjadi ketua Dema universitas (Dewan Eksekutif Mahasiswa). Selain itu, Rafif juga merupakan seorang selebram kondang. Jumlah followers instagramnya melebihi angka 800k, maka tak heran jika story dan postingan feed-nya selalu ramai tentang berbagai produk dari barang endorsment.
"Motor kamu sudah sampai bengkel Rum, tapi kata mas montirnya nggak bisa beres hari ini juga."
"Yah? Serius?"
"Iya Rum, serius!"
"Ya sudah, nanti aku antar sampai rumah deh!" timpal Sarah. Salah satu teman dekatku juga. Sarah merupakan muslimah keturunan tionghoa. Nenek Sarah menjadi muallaf setelah menikah dengan kakeknya.
"Beneran Sar?"
"Bener, tapi anterin aku dulu ke salon ya Rum. Rambut aku udah kusut banget nih, minta di creambath!" Sarah memainkan ujung rambutnya yang memang terlihat lebih kering dan kusut dari biasanya.
"Oke nggak papa. Nggak lama 'kan?"
"Nggak kok, nggak sampai satu jam Rum!"
"Eh, tapi nanti Dema ada rapat bulanan loh Rum, kamu lupa ya?"
"Astaghfirullah, iya Raf. Aku lupa maaf!" Kupukul jidatku pelan.
"Gagal pulang bareng aku dong?" suara Sarah terdengar sedikit kecewa.
"Hehehe, maaf banget deh Sar!" Aku menyentuh lembut pundak Sarah. Temen terdekat selama kuliah sekaligus temen curhat suka maupun duka.
"Oke gapapa Rum, santai. Nanti aku ke salon biar diantar my beib aja deh."
"Hehe maaf ya Sar, jadi gaenak!" Aku menyentuh lembut pundak Sarah. My beib yang dia maksud adalah kekasihnya. Namanya Anggara, anak Fakultas pertanian. Mereka berdua telah menjalin hubungan sejak lama. Mulai dari jaman Maba.
"Ya udah gais, aku kesana dulu ya!" pamit Rafif, sepertinya merasa sedikit kami abaikan.
"Baiklah Fif, makasih banyak loh ya!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Terpikat Pesona Ning Rum
EspiritualIni kisah tentang Ning Rum, seorang putri kiai pondok pesantren besar namun berkepribadian milenial dan bersosialisasi bebas. Kuliah di universitas umum swasta, berteman dengan ragam manusia dari berbagai kalangan, sekaligus menjadi salah seorang a...