Cluster 56

1.4K 112 26
                                    

Bismillahirrahmanirrahiim,,


parahhh bangetttttt, akhirnya update lagi  setelah 6 bulan kemudian dari cluster sebelumnya huhuhuhu.

Mon maaf gais, Semoga Ning Rum dan Gus Sena tetep memiliki ruang kecil di hati kalian.

InsyaAllah istiqomah setelah ini hehehe


Love you.


***

Aku duduk termenung di bale-bale depan rumah Pakde Kasin yang menjadi tempat tinggal sementara kami selama kkn di desa. Kutatap lekat-lekat bulan sabit yang menjadi pertanda awal bulan menurut perhitungan penanggalan jawa. Bunyi jangkrik yang saling bertautan tetap menjadi backsound kehidupan malam selama tinggal di pedesaan. Aku menghela napas panjang. Memikirkan laki-lakiku yang entah mengapa beberapa hari terakhir menjadi sok seleb saja.

"Gus Sena sadar ga sih? Rum rindu berat tau!"

"Atau jangan-jangan Ning Anin membuatnya sangat sibuk hingga melupakanku?"

Pikiran macam-macam selalu memenuhi isi kepala. Membuat hidupku menjadi sangat tidakk tenang.

"Bu, pripun nggeh kabar Mas Sena? Akhir-akhir ini susah sekali dihubungi." Tanyaku kepada ibu mertua sore tadi melalui panggilan telepon.

"Sena tampak sangat sibuk Nduk, berangkat pagi pulangnya larut. Ibu bertanya kepada Anin jawabnya memang mereka sedang mengejar deadline proyek yang waktunya tidak lama."

Wajahku kembali masam mendengar nama Ning Anin. Perempuan itu pasti mencuri-curi kesempatan diantara kesempitan. Andai saja perempuan itu bukan Ning Anin, mungkin overthingking ku tidak akan separah ini.

Tiba-tiba Rafif duduk di sebelahku, namun dengan jarak yang cukup jauh.

"Are you oke Rum?"

Aku menoleh sekilas kearahhnya, kemudian tersenyum tipis. "Apakah aku terlihat tidak baik-baik saja?"

Kedua bola mataku kembali menatap rembulan.

"Kamu beda sekarang Rum."

Aku terdiam. Mau bagaimanapun, berduaan dengan lelaki bukan mahrom adalah dilarang. Apalagi dengan statusku yang telah menjadi istri orang.

"Iya kah? Perasaanku sama saja. Rum tetap Rum yang dulu Fif?"

"Apakah pernikahanmu tidak bahagia?"

Jleb! Pertanyaan Rafif bagai menghujamiku. Dia tidak berhak bertanya akan hal itu.

"Rum! Ternyata kamu disini! Kirain kemana!" Nancy mendekatiku, kemudian duduk dianrtara aku dengan Rafif.

Aku menarik napas lega. Kehadiran Nancy bagaikan angin segar di tengah gurun. Kedatanganya mampu mengusir kecanggungan yang terjadi antara aku dengan Rafif.

"Eh, ada Rafif juga. Gimana Raf? Acara penutupan KKN jadinya di kantor balaidesa ya? Udah dapat acc dari kepala desa?"

Aku tersenyum dalam hati. Nancy memang memiliki banyak cara untuk mendekati.

"Sore tadi proposalnya kutitipkan, Pak Kades katanya tengah pergi dinas ke kabupaten. Mungkin besok sore beliau datang."

"Waduh, mana hari udah mepet ya, mudah-mudahan pak kades fast respon si. Kalau nggak bisa keundur agenda kita. Tunda pulang de, padahal udah kangen banget sayur asyem buatan mamim."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 20 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Terpikat Pesona Ning RumTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang