Cluster 47

1.6K 90 6
                                    

Bismillah,

Cluster ini bikin dag dig dug ser loohhh

hati-hati!

***

Aku bersenandung mengikuti instrumen yang keluar dari kotak musik Gus Sena, Eternal Flame

dan and i love her. Bunyinya sangat merdu, membuatku terlena. Astaghfirullah Rum!

"Gus, beli dimana? Bagus banget loh!" tanya ketika Gus Sena tengah keluar dari kamar mandi. "Nggeh Ning?"

"Kotak musiknya beli dimana? Rum jadi ingin beli juga buat Sarah." Aku meletakkan kembali kotak music Gus Sena di tempat semua, diatas Koran dekat dengan jajaran kitab miliknya.

"Kotak musik itu saya dapatkan dari seseorang. Waktu di Kediri kemarin, saya melihatnya tergeletak tak terurus, akhirnya saya bawa ke Malang saja."

Aku mengernyitkan kening, heran! Mengingat lagu yang diputar dari kotak musik merupakan lagu-lagu romance, membuatku berprasangka bahwa bukan orang biasa yang telah memberikannya kepada Gus Sena. Pasti orang spesial.

"Seseorang? Siapa?"

"Teman semasa kuliah di Rusia."

"Teman? Atau mantan?"

"Astaghfirullah, Ning! Bagaimana mungkin saya memiliki mantan sementara tidak pernah sekalipun menjalin hubungan dekat dengan perempuan manapun." Gus Sena menjelaskan.

Aku tersenyum dalam hati. Ada perasaan lega yang tidak terdefinisikan.

"Teman Gus Sena so sweet banget ya, sampai-sampai ngasih kotak musik dengan pilihan lagu paling romantis."

"Memangnnya kenapa Ning?"

"Ya nggak kenapa-kenapa sih, Cuma heran saja."

"Bagi saya, dia memang teman biasa. Sedangkan baginya, mungkin saya lebih dari sekedar teman biasa." Aku tersentak mendengar jawaban Gus Sena. Pernyataan macam apa itu?

"Namanya Shakira, gadis muallaf yang berasal dari benua Eropa."

"Wah, cantik banget pastinya." Gus Sena tersenyum tipis.

"Bule mana yang tidak cantik Ning? Semuanya cantik loh, putih mengkis-mengkis!" Gus Sena menjawab tanpa beban, membuat telingaku memanas. Gus Sena peka ga sih. Perempuan mana yang kuat mendengar suaminya memuji kecantikan perempuan lain di hadapannya? Ya meskipun belum ada cinta, tetap saja hal demikian sangat menyebalkan.

"Kok ga dinikahi saja Gus? Sayang bgt loh! Mereka putih-putih, seksi-seksi, mengkis-mengkis, bening-bening sekali bukan? Daripada perempuan modelan Rum yang bodynya saja lurus dan tepos!" Aku menutup mulutku secara spontan. Ucapan yang kulontarkan barusan sungguh diluar kendaliku.

Gus Sena tersenyum.

"Tapi modelan Ning Rum lebih menarik daripada bule yang bening mengkis-mengkis itu Ning!"

Aku buang muka. Terlanjur kesal.

"Kalau Ning Rum mau, ambil saja kotak musiknya."

"Lah ngapain? Rum masih bisa beli sendiri kok!"

"Tapi itu limited edition Ning, jarang dijual di pasaran, apalagi di Indonesia!"

"Gus Sena jangan meremahkan Indonesia loh ya!"

"Astagfirullah Ning, saya tidak meremehkan negara tercinta kita ini."

"Indonesia juga bisa kok memproduksi kotak musik yang jauh lebih bagus dari milik Gus Sena itu." Aku menunjuk kotak musik Gus Sena yang berada diatas meja dengan menggunakan dagu. Beberapa jam yang lalu, aku memang sangat takjub akan kkeindahan dari bunyi yang dihasilkan, tapi entah mengapa sekarang berubah menjadi sebaliknya. Melihat wujudnya pun malas.

Terpikat Pesona Ning RumTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang