Bab 21

960 95 10
                                    

APA INI ADICK2 TRIPLE UP?!?! Berterima kasihlah kepada saya heheh


Tangis Porsche sudah pecah sejak ia sampai dikediaman Teerapanyakun.

Ia berjalan cepat sambil mengusap kantung matanya yang sudah memerah, dengan harapan bahwa tidak ada orang yang mengetahui akan wajahnya yang nahas itu.

Air matanya sudah berlinang deras seperti sungai. Ia sudah tidak kuasa menahannya lagi.

Namun sayang, para bodyguard menyadari akan wajahnya dengan cepat setelah mereka melintas dengannya.

Mereka mulai berbisik satu sama lain. Mulai melontarkan teori-teori cocoklogi

Tapi disisi lain, mereka juga merasa sedih dengannya.

Salah satu pasangan bodyguard, Tay dan Time juga menangkapnya, "Apa apa dengannya, sayang?" tanya Time bingung.

Tay menangkat bahunya, "Entahlah, apa karena Kinn lagi?" Timd terdiam.

Memang masalah antara Porsche dan Kinn sudah terdengar ditelinga para bodyguard.

Namun suara itu tidak sampai ke boss besar alias Khun Korn.

"Mungkin saja.." jawab Time dengan memasang raut wajah sedih karena ia merasa iba dengan temannya itu.

---

Porsche dengan cepat masuk ke dorm dan menutup pintu asramanya itu dengan keras.

Ia langsung menangis kencang dan duduk disofa.

Ia menutup matanya dengan telapak tangannya.

Rasa bersalah itu terus menusuk hatinya dalam-dalam. Ia sungguh menyesal atas perbuatannya yang hampir membutakannya.

Bukan hanya itu saja, Porsche juga bersalah karena ia telah membohongi sahabat satu-satunya yang ia percaya.

Rasa kesal dengan Vegas juga hinggap didalam pikirannya.

Ia berpikir bahwa Vegas tega menyuruhnya untuk membunuh bayi yang ada difalamnya perutnya itu

Segala iming-iming yang ia berikan kepada Porsche membuatnya hampir jatuh kelubang jarum.

Untung saja sang anak segera menyelamatkan papanya dari cengrakaman pengaruhnya.

Tepat pada waktunya, Pete sampai di dorm. Betapa terkejutnya ia ketika mendapati Porsche yang sedang menangis.

Tanpa berpikir dua kali, ia langsung berlari menghampiri Porsche dan menenangkannya.

"Porsche??? Ada apa???" tanyanya sambil menepuk punggungnya berulang kali.

Apakah ia khawatir? Tentu saja. Apakah ia ikut merasa sedih? Itupun juga sama hasilnya.

Porsche nangis sesunguk-kan. Segala energi ia habiskan demi meratapi kesalahannya, "Pete, maafkan aku.. Aku sangat bersalah.."

Pete awalnya bingung. Ia berusaha untuk mencerna perkataannya  dan memikirkan apakah ada riwayat kesalahan yang Porsche buat selama mereka bersama, "Lho, memangnya apa, Porsche?? Ceritakan saja kepadaku. Aku akan selalu disini mendengarkanmu, yah?" ia memegang bahu Porsche, berusaha untuk menenangkannya.

Untung saja Porsche merasakan kedamaian didalam diri Pete. Hal itu menbuatnya tangisnya mulai berhenti.

Namun tidak dengan rasa cemasnya, sebab ia ingin mengakui bahwa ia berbohong kepadanya, juga tentang kehamilannya, "Pete..." panggilnya, "Sebelum aku mengatakan hal ini kepadamu, bisakah kau berjanji bahwa kau akan memaafkanku?

Jika kau merasa tidak nyaman maka aku tidak apa-apa dengan itu.." Porsche dalam keadaan ini pasrah.

Ia tidak tahu harus melakukan apa lagi jika Pete tidak mau lagi berteman dengannya setelah ia melontarkan semuanya kepadanya.

Ia sudah kehilangan arah. Tidak tahu akan tujuannya kemana lagi, dengan sebuah kehidupan yang ia bawa didalam tubuhnya.

Pete yang mendengar akan permintaannya langsung menaikan alisnya. Ia bingung mengapa temannya menanyakan hal itu, bahkan sampai janji-janji pula, "Kenapa, Porsche? Janganlah takut Sebab aku tidak akan menggigitmu."

Ia menyelipkan lelucon didalam pembicaraannya sebagai objek penghibur temannya.

Porsche terdiam. Mula-mula ia mengontrol pernafasannya dulu.

Setelah itu ia baru mengucapkan kata-katanya dengan jujur," Pete, sebenarnya aku telah berbohong denganmu.."

Pete terkejut, dahinya mengkerut seolah ia tidak menyangka akan menjadi seperti ini.

"Lha, bohong apa, Porsche?!" tanyanya. Ia menghela nafas, "Aku berbohong bahwa tadi aku ingin pergi sebentar. Namun sebenarnya aku pergi ke rumah sakit dengan Vegas..."

Pete menjadi semakin kaget mendengar kebenaran yang Porsche lontarkan, bahkan matanya sampai membelak, "PORSCHE?! APA?!" tanyanya dengan nada tinggi, "Jika Kinn tahu akan hal ini, tamatlah riwayatmu!"

"Yeah, aku tahu. Tapi aku sudah masa bodoh dengan hal itu. Jika Kinn tahu, maka sudahlah.. Apa gunanya untuk membela diriku?"

Pete bukannya merasa kesal dengannya, ia malah menjadi semakin sedih dengan nasib Porsche, "Lalu, mengapa kau pergi ke rumah sakit?? Apakah kau masih merasa malu jika keluarga Teerapanyakun memanggil mereka?"

Porsche menggeleng pelan, "Sebenarnya, aku hamil anak Kinn, Pete...."

Tak disangka, Pete hampir jatuh dari sofa sangking kagetnya ia, "HAH??? KAU HAMIL??"

Porsche mengganguk, "Maaf jika ini membuatmu tidak-"

"Porsche, Porsche, Porsche!!!" Pete tahu kemana arah pembicaraannya itu, maka ia memotongnya, "Hei kawan, bisakah kau tidak merasa tidak enak?" tanyanya, "Kau terbuka denganku pun sudah membuatku senang, karena itulah arti seorang sahabat yang sesungguhnya!"

Porsche terkejut. Selama ini apa yang ia pikirkan bahwa Pete akan marah kepadanya, ia malah sebaliknya, "B-Benarkah?..."

"Tentu saja, Porsche! Kau pikir aku marah? Tidak! Sebab kau mengakui kesalahanmu dan berkata jujur kepadaku!"

Porsche yang mendengar akan hal itu menjadi pecah tangisnya. Air matanya kembali tumpah.

Ia segera memeluk Pete dengan erat seperti memeluk boneka beruang kesayangannya.

Pete membalasnya dan tersenyum kepadanya," Porsche, sudahlah.. Aku memaafkanmu, yang penting kau sudah jujur kepadaku."

Porsche membenamkan kepalanya kebahunya sambil mengucapkan terima kasih kepadanya berkali-kali.

Sungguh, ia sangat bersyukur mempunyai sahabat yang baik dan pengertian kepadanya. Pete seperti sebuah hadiah yang diturunkan sang mahakuasa kepada Porsche.

Setelah itu, Porsche memutuskan untuk istirahat karena emosinya masih agak terganggu dan merasa tidak enak dengan perutnya.

Lumayan dibalik waktu kosongnya itu, ia bisa menceritakan semua unek-unek dan rencananya kepada Pete, menjadikannya sebagai orang pertama yang memancarkan energi positif yang tahu akan kehamilannya.

Heaven Knows How I Love You (KINNPORSCHE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang