Bab 11

818 82 2
                                    

Hari baru bukannya hari yang membuat Porsche makin baik, ia malah disambut oleh rasa mual diperutnya. Sehingga ia muntah-muntah dipagi itu.

Ia berjongkok dilantai kamar mandinya yang dingin, dengan berpegangan pada toiletnya dengan erat, seakan hidupnya sedang berada diujung tanduk.

Mukanya begitu lesu. Nafasnya terengah-engah karena ia telah mengunakan energinya untuk mengeluarkan cairan yang tidak berguna itu. "Sialan.. Penyakit semalam kembali lagi.." batinnya.

Suara Porsche mengundang Pete. Betapa terkejutnya ia ketika menyadari akan keadaan Prosche. Tanpa berpikir panjang, Pete segera berlari dengan rasa khawatir menyelimutinya. "Astaga, Porsche! Apa yang terjadi denganmu?!"

Ia membantu Porsche dengan menepuk punggungnya. "A-aku tidak tahu..." Tiba-tiba ia kembali muntah kebelasan kalinya.

Sahabatnya semakin cemas dan takut. Ia berharap Porsche hanya mual-mual biasa saja. Namun ia berpikir bahwa penyakitnya belum tentu sama apa yang ia pikirkan, "Porsche, aku panggil dokter saja! " katanya dan segera berdiri.

Namun belum saja Pete melangkah, Porsche sudah mengambil lengan Pete dengan menggengamnya erat. "T-Tidak, tidak usah.. Ini hanya penyakit biasa. Nanti juga sembuh..."

Pete awalnya ingin menolak. Namun karena ia tidak mau membebani temannya itu, juga ingin berusaha untuk berpikir positif, maka ia tidak jadi melakukan hal itu.

Pete menghela nafas, "Yasudah, kau istirahat saja. Aku akan bilang ini ke Khun Kinn.." Porsche yang mendengar akan hal itu langsung kaget. Ia menjadi cemas.

"Bagaimana jika Khun Kinn memaksaku bekerja walaupun keadaanku sedang tidak memungkinkan?.. Bagaimana jika aku diperlakukan seperti itu lagi seperti biasanya?" itulah pertanyaan yang terbesit dipikirannya.

Porsche menjadi gemetar. Ia sudah  trauma untuk melihat mukanya karena semalam, bahkan mendengar namanya pun sudah membuatnya lemas," T-tolong, jangan.." katanya,"Bilang saja ke Khun Korn.." Pete yang melihat bahasa tubuh Porsche yang tidak enak membuatnya berpikir.

Walaupun ia tahu bahwa Porsche sering diperlakukan semema-mena oleh atasannya, namun ia tidak pernah melihat Porsche sampai separah ini.

Menurutnya, Porsche adalah manusia berhati baja.

Mau seberapa kali Khun Kinn atau masalah lain menimpanya, ia tetap bekerja mencari uang untuk keluarganya. Seakan ia terus menerobos badai tanpa mengeluh.

Jika Porsche merasa sedih, ia akan langsung mengeluarkan unek-uneknya ke Pete. Setelah itu ia menjalani kehidupannya seperti biasa.

Tapi melihat Porsche seperti itu, membuatnya berpikir, "Apa yang telah terjadi kepadanya?..."

Karena keadaannya sedang urgent, ia memutuskan untuk menyimpannya, "Baiklah, aku akan bilang hal ini ke Khun Korn.." prihatinnya, "Sudahlah, istirahat saja.. Aku merasa kasihan dengamu.." Porsche menjadi lega dan menurutin apa yang ia perintahkan.

Ia menidurkan dirinya ke kasur dan Pete memberikan selimut untuknya.

Kemudian, Pete pergi menjalankan tugasnya, meninggalkan Porsche sendirian yang sedang berpikir,

"Sebenarnya apa yang terjadi denganku, sih?..." sambil mengelus perutnya dengan lembut.

Heaven Knows How I Love You (KINNPORSCHE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang