II

11K 938 39
                                    

MARCO menyunggingkan senyumnya saat melirik ke meja di sudut ruangan yang masih kosong. Matanya beralih pada smartwatch di pergelangan kirinya.

"Belum datang ternyata." Gumamnya sambil berjalan lurus menuju meja kerjanya.

Pria itu menghela nafasnya kasar saat melihat tumpukan dokumen approval yang menumpuk di rak besi di atas meja kerjanya. Baru mau dia buka laptop, ponselnya berdenting tanda adanya pesan masuk. Keningnya mengerut saat membaca isi pesan itu.

"Pak saya Clarissa. Saya cuti sehari ya, tolong acc di sistem pak biar saya gak dikira bolos sama hrd." Tanpa ba-bi-bu Marco langsung menekan tombol telepon pada nomor asing yang menghubunginya. Pada dering ketiga teleponnya diangkat.

"Apa alasannya cuti?" Tanya Marco begitu dengar hembusan nafas di telinganya.

"Mau urus barang hilang pak, prosesnya bakalan lama. Ini aja saya masih antri di polsek, penuh pak. Ya udah deh mohon pengertiannya ya pak?"

"Emang kamu darimana sampai barangnya hilang semua?" Helaan nafas kasar di ujung telepon membuat Marco tersenyum sinis.

"Ya ada lah pokoknya, saya habis kena musibah jadi jangan ditanya mulu pak. Masih sedih."

"Makanya kalo minum itu tahu batasan." Kena kan dari tadi yang ditahan keluar juga. Marco jadi makin tak sabar bertemu Clarissa.

"H-hah apaan sih Pak. Saya matiin dulu ya pak takutnya makin lama gak beres-beres nanti. Kan cuma dikasih cuti sehari, itu aja susah banget." Sindir Clarissa.

"Saya belum acc Clarissa." Jawab Marco dengan suara rendahnya.

"Tolong acc dong Pak. Cuti itu hak saya lo, jangan sampai bapak saya aduin sama kementrian ketenagakerjaan ya pak."

"Silahkan aja kalo kamu mau dapat SP." Suara dengusan terdengar jelas di telinga Marco dan itu buatnya makin senang.

"Ih bapak! Namanya menyalahgunakan kekuasaan."

"Setengah hari aja cutinya, kerjaan kamu masih banyak. Saya belum terima bukti invoice yang dari cabang. Bu Dewi udah nelponin saya mulu karena tagihannya gak kamu bayar-bayar. Kamu masih punya hutang ya di finance, belum beres itu invoice proyek cabang baru di Bandung."

"Iyaa bapak, besok saya kerjain."

"Kok besok? Ya hari ini dong, saya acc setengah hari cutinya. Beres dari sana langsung ke kantor."

"Ish iyaa pak nanti saya ke kantor."

"Oke buruan saya tung—"

Nada panjang tanda berakhirnya panggilan berbunyi keras. Marco menjauhkan ponselnya dari telinganya, sudut bibirnya terangkat lagi. Sejak menemukan salah satu karyawannya di sudut bar semalam dia jadi lebih banyak senyum hari itu. Kenapa dia baru sadar sih kalo bodynya Clarissa itu menarik? Apalagi kalau hanya memakai pakaian dalam.

Marco tersenyum lagi seperti lelaki mesum yang mengingat-ingat adegan dewasa di film biru yang ia tonton. Bedanya ini live action. Semoga Clarissa tak ingat, mabuknya dia itu gila. Sexy dance di depan mata Marco yang notabene pria normal. Untung Marco masih punya kendali atas dirinya. Cuma Clarissa sudah membangkitkan singa tidur dalam diri Marco.

"Shit!" Makinya sambil berusaha menutupi bagian tegang dalam celananya. Ah Marco sekarang malah seperti pria mesum.

"Marco anjing! Ini mah namanya gue ijin berangkat siang bukannya cuti!" Maki Clarissa sesaat setelah panggilannya bersama atasan ia matikan. Nina yang menyetir di sampingnya cuma bisa menyimak, sebab berkomentar hanya akan buat sahabatnya makin kesal.

A Night To RememberTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang