XXIV

7.9K 777 100
                                    

SEORANG pria bertubuh kekar dengan pakaian rapi berjalan melewati para karyawan yang tengah bercengkerama untuk hilangkan kekesalan akibat Senin pagi. Pria itu terus-terusan melempar senyum manisnya, alisnya yang tebal buat kedua matanya tampak hidup seirama dengan senyumannya yang mampu pikat hati para wanita. Wajah asing itu berbelok memasuki ruangan HRD. 

"Selamat pagi Pak Arjuna." Sapa seorang wanita. Pria yang dipanggil Arjuna itu tersenyum ramah.

"Pagi Bu, saya gak telat kan?" Wanita itu tersenyum.

"Nggak kok Pak, setelah tanda tangan kontrak kita ke ruangan General Affairs. Divisi bapak ada disana." Arjuna tersenyum lagi. Sepertinya pria itu memang murah senyum.

Prosedur sebagai karyawan sudah beres ia lakukan. Sebelum diantar ke ruang GA, pria itu dikenalkan berbagai macam ruang divisi. Lalu sebuah pintu kaca besar dengan tulisan GA jadi pemberhentian terakhirnya. Wanita itu membukanya lebar-lebar, persilahkan Arjuna masuk terlebih dahulu. Tampang rupawannya jelas mengundang berbagai komentar serta tatapan kagum. Tak terkecuali Clarissa, gadis itu sampai menutup teleponnya melupakan seseorang yang tengah berbicara di seberang.

Bola mata Clarissa bergerak ikuti pergerakan pria  tampan itu hingga langkah besar itu berhenti di meja kekasihnya. Marco meliriknya sinis. Clarissa buang muka, menghela nafasnya kasar sebab kedapatan melirik pria lain.

"Selamat pagi Pak Marco, ini Pak Arjuna SPV pengganti Bu Bian." Marco menatap pria itu datar. Sejak interview Marco tahu bahwa pria ini akan membawa sedikit permasalahan untuknya. Kekasih kecilnya yang sejak tadi menatap lapar pada Arjuna jelas tak luput dari perhatian Marco.

"Pagi Pak Marco." Sapa pria itu ramah. Marco mengangguk lalu mempersilahkan pria itu berdiri di tengah ruangan untuk sesi perkenalan.

"Selamat pagi teman-teman, saya minta waktunya sebentar." Para karyawan menghentikan pekerjaannya lalu fokuskan segala atensi pada dua pria tampan yang berdiri tegak di depan mata mereka. Clarissa berdecak tak sangka kalau dilihat-lihat kekasihnya gagah juga di samping pria asing itu. Ia tersenyum tipis pada Marco namun pria itu melengos. 

"Seperti yang kita ketahui Bu Bian sudah tidak bersama Tim Procurement lagi, oleh karena itu beliau ini yang akan menggantikan tugas-tugas Bu Bian. Silahkan Pak perkenalkan diri." Arjuna mengangguk.

"Selamat pagi teman-teman." Sapa pria itu ramah. Sahutan keras didominasi para wanita menyambut sapaan Arjuna. Marco terus menatap Clarissa tajam, ia tersenyum sinis saat Clarissa tak menjawab dan malab terus tersenyum menatapnya.

"Saya Arjuna, kalian boleh panggil saya Juna atau Arjuna bebas. Saya harap kita bisa bekerja sama dengan baik. Saya bantu kalian dan kalian bantu saya." Berbagai ucapan selamat datang bersahutan. 

"Oke Pak, silahkan ini meja bapak. Pak Marco saya balik ke ruang HRD." Marco tersenyum manis buat wanita itu tersipu.

"Oke makasih ya Nir. Baju kamu bagus." Marco melirik Clarissa sekilas ingin tahu reaksi gadis itu. Clarissa sudah menatapnya datar sambil menatap pakaiannya sendiri.

"Sialan Marco, pacarnya sendiri gak dipuji." batin Clarissa. Sepertinya hari itu akan terasa sangat panjang dengan perang dingin akibat kecemburuan tak berarti. Kita lihat kata maaf keluar dari bibir siapa dulu.

Sesuatu yang asing dan baru akan selalu menarik perhatian. Termasuk pria berwajah tegas yang sejak tadi fokus menatap layar laptopnya. Para gadis banyak yang diam-diam melirik ke arahnya. Kalau dulu tatapan itu cuma ditujukan untuk Marco, kali ini agak beda.

"Kak, kalo menurut lo Pak Juna udah nikah belum?" Bisik Sasa.

"Belum kali Sa, jarinya masih kosong gak ada cincin." Jawab Rini yang sejak tadi memang mengintai keberadaan cincin di jari-jari pria itu. Sasa tersenyum lebar.

A Night To RememberTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang