XLVI

6.1K 569 68
                                    

LIUS menghela nafasnya berkali-kali. Tangannya mengerat pada kemudi mobil yang belum sanggup ia lepas setelah berhenti pada sebuah gedung apartemen. Sudah 2 hari dia tak menginjakkan kaki disana sebab kekasihnya bilang tak mau menemuinya dulu. Pria itu mengecek ponselnya sebentar, bibirnya tersenyum miris mendapati pesan yang tak kunjung dibaca.

"Sha kamu kenapa sih?" Lius meraup wajahnya kasar. Ia berdehem singkat merapikan rambutnya yang beberapa hari ini pula tak ia jamah. Jelas bukan Lius sekali-si gila rapi jadi berantakan.

"Life must go on Yus, lo harus bisa dapatin hidup lo lagi. Sharena sayang sama lo, jadi gak mungkin dia berubah begitu aja." Ucapnya pada diri sendiri. Dengan sedikit semangat, Lius menoleh ke jok belakang. Meraih buket bunga mawar merah yang selalu jadi kesukaan Sharena.

Pria itu merapikan setelan kantornya sekali lagi, baru membanting pintu mobilnya keras-keras sebagai tanda hati yang tak tenang. Kaki jenjangnya melangkah ingin cepat-cepat sampai menemui wanita cantik yang belakangan melukainya. Tidak, harusnya mereka sama-sama terluka.

Sebuah pintu polos ia ketuk pelan sambil sesekali menekan belnya, menanti jawaban dari penghuninya. Lius bergeser menghindari kamera dari intercom. Sharena harus keluar dan jika dia tahu Lius yang ada disana wanita itu pasti tak akan keluar.

"Who's there?" Lius tersenyum tipis, suara itu begitu ia rindukan. Ia meringis ketika suara Sharena menghilang. Apakah wanita itu akan membuka pintunya? Seharusnya dia tak perlu setakut ini untuk pulang, lagipula ini juga apartemennya.

Suara decitan pelan dari pintu yang terbuka buat jantung Lius makin berdetak cepat. Ia sampai menahan nafasnya sedikit.

"Siapa ya?" Kepala Sharena menyembul menoleh mencari keberadaan yang menekan bel unitnya. Kemudian mata mereka bertemu. Sharena jelas tampak sangat terkejut, buru-buru ia menutup pintu namun segera Lius tahan. Buket bunganya jatuh berhamburan. Dengan tenaganya ia paksa pintu itu untuk dibuka lebar.

"Jangan Lius!" Bentak Sharena nyaring. Lius tak peduli, dia tak mau bersikap lunak lagi. Dia harus mengikat wanita itu saat ini juga.

Namun ketika pintu dibuka makin lebar, Lius terhenyak. Matanya melebar pada beberapa pasang mata yang ikut terkejut menatapnya.

"Sha? Mind to explain something?" Sharena tertunduk lesu. Nafasnya memberat dengan bahu yang bergetar hebat.

Lius terbelalak saat isakan pelan terdengar nyata. Sharena benar-benar menangis. Wanita itu menutupi wajahnya dengan telapak tangan, sedangkan Lius mulai merutuki kebodohannya. Segera ia tarik wanita itu menyalurkan rindu selama berminggu-minggu sebab diam yang selalu diberikan.

"Harusnya kamu sabar sedikit lagi." Ucap Sharena disela tangisannya. Lius meringis matanya beralih pada apartemennya yang tampak lebih berwarna.

"Sedikit lagi berhasil Lius!" Pekiknya kesal. Lius tertawa pelan, air matanya ikut luruh. Kemudian satu persatu orang di belakangnya hampiri keduanya, ikut tertawa pada skenario singkat yang gagal dipersembahkan.

"I miss you Sha." Ucap Lius lirih di telinga wanita itu. Hatinya menghangat ketika pelukan di tubuhnya mengerat. Sudah selesai kan penderitaannya?

Clarissa mengernyit menatap status pembaharuan milik Lius yang muncul di beranda sosial media Marco. Mulutnya terus mengunyah keripik kentang dalam toples. Matanya masih tak percaya pada apa yang dia lihat. Kemudian Marco muncul dengan tubuh setengah telanjangnya sambil mengusap rambutnya yang basah. Wanita itu menghentikan kegiatannya sebentar, melirik Marco sinis.

"Kamu pake shampoku lagi ya?" Marco menyengir kuda.

"Abis baunya enak." Ia memilih kembali fokus menonton foto-foto yang Lius pamerkan di halaman sosial medianya.

A Night To RememberTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang