XLIV

6.7K 657 90
                                    

SUARA nyaring Clarissa terus menggema di dalam kamar pribadinya bersama sang suami. Marco terus berdecak meminta istrinya itu untuk memelankan suaranya sebab terlampau nyaring.

"Babe jangan keras-keras, mami papi tidur." Clarissa menolak permintaan pria itu. Ia tetap mendesah keras saat Marco kembali memainkan lidahnya di sekitar payudara terbukanya. Lenguhannya makin nyaring.

"Babe~ udah ah aku jadi takut mereka bangun." Protesnya lagi. Ia menjauhkan kepalanya, kemudian beralih meraih celana yang sudah tergeletak di lantai. Clarissa cemberut, ia ikut bangun menutupi setengah tubuhnya dengan selimut.

"Ihh kok gitu sih?" Marco menghela nafasnya kasar.

"Ya kamu teriaknya kenceng banget, gak enak sayang." Wanita itu menarik tangan Marco, menahan pria itu untuk kembali memakai celananya.

"Kok pake celana?"

"Kan udah selesai, aku terusin sendiri dulu di toilet." Kedua mata bulat itu berkaca-kaca tak terima dengan ucapan Marco.

"Gak mau loh, aku mau ikutt!" Marco terbelalak.

"Ini jam 1 pagi kamu besok kerja, sekarang tidur aja." Clarissa menekuk bibirnya kebawah.

"Kamu pasti di kamar mandi mau video call Mita ya? Makanya aku gak dibolehin ikut. Kamu mau minta tolong dia buat bantuin kan?" Tuduhnya.

"Astaga babe, handphoneku aja kamu sita tuh dibawah bantal." Clarissa berdecak sebal, dia lupa kalau dia sendiri yang menyimpannya tadi.

"Tetep mau ikut Marcoo~ ih pelit banget sih. Biasanya juga kamu suka!" Jeritnya keras. Buru-buru Marco membungkamnya dengan sebelah tangan.

"Iya, iya nih disini aja gak jadi di toilet. Nih terserah kamu apain juga asal jangan lama-lama."

"Kenapa gak boleh lama-lama?" Marco meringis. Dia itu sedang puasa tapi masih saja dirayu-rayu Clarissa sampai akhirnya mau buka celana tadi.

"Babe, kata dokter kan kita belum boleh berhubungan badan. Makanya sebisa mungkin aku gak apa-apain kamu biar gak pengen. Kamu malah godain aku mulu."

"Kamu gak paham gimana takutnya aku kalo kamu jajan diluar. Makanya aku tetap berusaha untuk bisa melayani kamu. Aku masih punya mulut, tangan jadi ya jangan ditahan dong!" Marco menggaruk kepalanya kasar.

"Aku gak akan jajan diluar babe, sumpah demi Tuhan." Clarissa berdecih pelan.

"Gak boleh tahu sumpah bawa-bawa Tuhan."

"Ya gimana dong biar kamu percaya?" Wanita itu menarik tangan Marco makin mendekat, lalu mengusap lembut area intim suaminya.

"Buka sayang, mau inii." Marco menahan desahannya ketika jari lentik itu terus mengusap kejantanannya dari luar.

"Ya? Boleh gak?"

"Shit, buruan jongkok!" Wajah cantik itu sumringah. Buru-buru ia mendudukkan suaminya dan dia jongkok diantara kedua paha kokoh itu.

Urusan mertua terbangun ia pikir belakangan. Ya masa mertuanya gak paham bagaimana pengantin baru, kan?

"Semalam sampai jam berapa Clar?" Ledek maminya yang tengah menata piring di atas meja makan. Clarissa dengan tak tahu malunya tersenyum lebar, sambil memamerkan jari membentuk angka 3.

"Beneran sampai jam segitu?" Wanita itu mengangguk pelan.

"Kok kamu udah bangun jam segini?"

A Night To RememberTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang