III

9.8K 876 33
                                    

CLARISSA bisa sedikit bernafas lega ketika mengecek barang-barangnya masih utuh tak kurang suatu apapun. Rasa kesalnya kembali datang. Kenapa Marco gak bilang sih, tahu gitu dia gak akan repot-repot ke polsek untuk mengurus.

Gadis itu meregangkan tubuhnya setelah seharian diperbudak Marco. Senyumnya muncul saat menatap botol-botol kaca yang berjejer rapi di atas meja riasnya.

"Mami pulang, ah mending kita perawatan aja ya daripada mikirin bos sialan itu." Ucapnya bermonolog sambil menatap koleksi skincarenya.

Clarissa berjalan menuju lemari, melepas kemeja dan juga rok span yang seharian membuatnya tak bebas bergerak. Tangannya meraih remote TV memutar video musik penyanyi favoritnya dan menaikkan volumenya sekencang mungkin. Gadis itu tersenyum senang saat suara dari Charlie Puth memenuhi ruang di apartemen kecilnya. Ia menari kecil pada lagu Marvin Gaye bayangkan dirinya berduet dengan penyanyi tampan itu. Tangannya meraih bathrobe, menyampirkannya di pundak lalu berjalan menuju kamar mandi.

Pencapaian yang sangat Clarissa syukuri adalah dia mampu menyewa sebuah apartemen mini untuknya sendiri yang dilengkapi bath tub. Pengalihan stress apabila akhir bulan dikejar laporan oleh Marco.

Ia gantungkan baju mandi berwarna pink neon, lalu menyalakan air ke dalam tubnya. Ia biarkan air panas memenuhi bak berukuran besar itu sebentar sebelum ia beralih menyalakan yang dingin.

"You've got to give it up to me~" Ia bersenandung sambil membersihkan wajahnya. Bibirnya menyungging menatap cermin.

"Bagus juga nih moisturizer yang baru." Gumamnya sambil terus mengagumi wajah cantiknya.

"I'm screaming mercy mercy please~" Clarissa terdiam pada bait yang ia nyanyikan. Pikirannya mendadak melayang pada kejadian yang baru menimpanya.

"Ish! Marco sialan bikin gue kepikiran aja." Raut wajahnya kesal tak sesumringah tadi saat pandangi dirinya di cermin.

Sebuah bath bomb berwarna biru dia lemparkan ke dalam bath tub, lalu dengan anggun Clarissa masuk ke dalamnya.

"Ada wine enak kali ya." Gumamnya disertai kekehan pelan, namun segera ia menggeleng. Tidak, dia tak akan menyentuh alkohol lagi selama sisa hidupnya. Tidak selama dia masih satu bumi dengan Marco.

"Hihh Marco sialan!" Makian yang tak berkesudahan.

"Fokus Clar ayo relaks lupain bos gila lo sebentar."

Pertama ia basahi rambutnya dulu baru ia istirahatkan kepalanya pada sandaran bath tub. Kepalanya menengadah menikmati kehangatan yang memeluk tubuhnya.

"Ahh enak banget." Sayangnya kenikmatan itu harus rusak kala otaknya kembali menampilkan adegan dewasa. Gambaran dia bersama Marco mendesah semalaman buatnya tersentak.

Kacau, pikirannya benar-benar kacau kenapa segala sesuatu mengingatkannya pada kejadian semalam? Sebenarnya apa yang terjadi? Clarissa memukuli kepalanya pelan sebab tak ingat apapun. Acara berendamnya sudah rusak. Tidak ada orangnya saja masih bisa mengganggu Clarissa. Gadis itu bangkit dari duduknya, sudah kehilangan minat pada bath tub air hangat itu. Segera dia bersihkan dirinya, melupakan rutinitas yang biasa dia lakukan yaitu menggosok setiap anggota tubuhnya sebanyak 15 kali. Begitu besar pengaruh seorang Marco untuknya.

Clarissa berjalan gontai menuju lemari pakaiannya, meraih pakaian tidur berbahan tipis dan berpotongan rendah. Setidaknya dia masih belum kehilangan minat untuk tetap tampil cantik meski akan tidur. Gadis itu lalu beralih pada meja riasnya, mengoleskan setiap krim yang  setiap tetesnya selalu ia sayangi.

"Clarissa ayo bisa lupain kejadian itu. Marco bohong dia cuma ngerjain lo." Ucapnya bermonolog sebelum menyemprotkan parfum sebagai sentuhan akhir.

Gadis itu menatap layar televisinya bibirnya cemberut saat suara Charlie Puth tak lagi terdengar. Sebuah bulatan terus berputar-putar menandakan kecepatan internet miliknya sedang terganggu.

A Night To RememberTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang