XL

7.6K 607 57
                                    

KENYATAANNYA hubungan Clarissa dan Marco sudah mulai tak mampu disembunyikan lagi. Jangan kira Arjuna percaya begitu saja pada opera sabun yang dimainkan pasangan itu. Dia sangat tahu bahwa ada sesuatu diantara keduanya. Seperti kala tempo hari dimana Clarissa ijin pulang dengan alasan sakit, lalu Marco yang ijin keluar menemui client. Apakah suatu kebetulan? Jelas bukan. Kini pasangan itu kembali tak menampakkan batang hidungnya di kantor dengan alasan ada acara keluarga. Tak bisa dikatakan bohong juga sebab keduanya memang tengah menghadiri acara keluarga. 

Clarissa tersenyum menatap gaun bermotif floral yang berhasil ia rahasiakan dari Marco sampai hari h pernikahannya. Gadis itu terus berputar di depan cermin memastikan lekukan di tubuhnya terlihat luar biasa. Maminya sampai geleng-geleng, tak percaya gadis itu berhasil memakai gaun impiannya. Wajahnya sudah dirias, rambutnya digulung tinggi membuat wajah ayunya terlihat jelas. Sepertinya Marco akan makin kesal dengan gaya rambut gadis itu.

"Mami takut Marco ngamuk tahu kamu pakai gaun begini." komentar wanita dengan mermaid dress keemasan. Clarissa tersenyum bangga.

"Marco akan senang punya istri cantik Mi." Nina yang berada disana menggelengkan kepala, tak paham lagi dengan cara berpikir sahabatnya. 

"Tante boleh aku pukul anaknya?" Christa meringis.

"Jangan, acaranya sebentar lagi." Sebuah ledekan dengan lidah yang dijulurkan buat Nina mau tak mau menahan kesalnya.

"Mami ke Papi dulu, kamu duduk yang anggun. Ini hari pernikahanmu jangan sampai kacau." Clarissa melengos, memangnya dia segilla itu sampai akan mengacaukan pernikahannya sendiri?

"Clar, abang lo mana?" Tanya Nina. Gadis itu tersenyum.

"Di rumahnya dong." Jawabnya riang. Nina menaikkan sebelah alisnya.

"Lo beneran anak kandung mereka gak sih? Masa nikah, acara sepenting ini cuma bokap nyokap lo doang yang datang? Abang lo sendiri gak datang?" Clarissa terkekeh.

"Gue gak suka banyak yang dateng, ribet pasti minta ongkos. Mending gue bawa bokap nyokap gue ke Jakarta pakai first class." 

"Ya tapi ini nikah lo Clar, sekali seumur hidup." debat Nina lagi.

"Siapa bilang gue mau nikah sekali seumur hidup?" ucapnya sambil menaik turunkan kedua alisnya.

"Gelo! ditampol Marco tahu rasa!" Tawa renyah Clarissa pecah. 

"Aww, suka dong ditampol dimananya nih?" Nina mendelik lebar, memang otak Clarissa makin gesrek sejak akan diperistri Marco. 

"Clar serius deh, lo tuh deg-degan gak sih? Kok kayanya lebih keliatan gue yang gugup ya daripada lo."tuduh Nina tak tanggung-tanggung.

Anggukan pelan Clarissa buat Nina tak percaya. Ia menghela nafas panjang. Diantara persahabatan keduanya memang mereka tak ada yang berniat menikah cepat. Bahkan masih ada agenda berlibur ke luar negeri yang ingin mereka lakukan berdua. Nina jadi merasa kehilangan ketika sahabatnya itu benar-benar menikah.

"Clar, lo yakin ya ini mau nikah? Gak bisa mundur lagi loh ini." ucap Nina. 

"Lo kenapa sih Nin? Lo beneran mau deketin Marco biar dijajanin mulu?" Nina terbelalak atas tuduhan gila itu.

"Ya nggak lah! Dibilang punya Marco kecil."Clarissa berdecih.

"Sotoy! Gue yang lebih tahu." Gadis itu mencibirnya, obrolan ini sudah sepatutnya tak mereka teruskan. Terlebih Papi Clarissa sudah memanggilnya untuk segera dibawa ke altar.

"Nin, doain gue gak nyebut nama Charlie Puth ya." Bisik Clarissa sebelum mengecup pipi Nina cepat.

"Dasar gelo!" Kerlingan nakal mata berias emas itu sanggup membuat Nina merinding sebadan-badan. Sedihnya lenyap, memang waktunya Clarissa menikah.

A Night To RememberTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang