XXXIII

6.6K 605 40
                                    

SIAPA bilang punya uang semua urusan beres? Nyatanya Marco tetap pening ketika diminta mengurus tetek bengek pernikahan. Seketika ia menyesal telah membohongi kakeknya, sebab pria tua itu dengan tegas melarang seluruh anggota keluarganya untuk ikut andil dalam persiapan pernikahan. Marco dan Clarissa pontang-panting sendiri. Bahkan jatah cuti Clarissa yang sengaja ia tabung untuk akhir tahun sudah habis setengahnya. Kekasihnya tak bisa kalau terus cuti sebab pria itu sedang dalam masa pengawasan demi kenaikan gaji. Untungnya dia diberi pasangan yang super pengertian, dengan senang hati Clarissa membayar Nina untuk menemaninya. Demi masa depan bergelimang harta.

Seperti siang ini, gadis itu lagi-lagi cuti untuk fitting baju. Sejak malam Clarissa terus menelepon Nina agar gadis itu tak ingkar janji. Marco sudah berangkat kerja dari apartemen Clarissa 15 menit lalu, rencananya Nina baru akan datang pukul 8. Masih ada waktu untuk Clarissa mengirim semua tanggungan pekerjaannya ke Arjuna.

Omong-omong soal Arjuna, pria itu tampak kehilangan sekali ketika Clarissa selalu cuti. Marco bahkan sampai turun tangan membalas pesan-pesan pria itu. Tapi ya namanya sudah mentok cintanya ya tak semudah itu menyerah, ujungnya Marco ngambek. Gak ada lagi tuh Marco yang pendiam, pengertian dan gak cemburuan sebab pria itu memilih jadi apa adanya. Jadi bawel, cemburuan, suka mempermasalahkan hal sepele, tukang atur. Segala hal yang buat Clarissa tobat menghadapi tingkah lelaki itu.

Clarissa banyak bersyukur dianugerahi hati sekuat baja dengan kesabaran yang tak ada habisnya. Punya pasangan seperti Marco harus tangguh, selain tingkahnya yang bikin mengelus dada tapi juga dengan kehidupan pria itu yang gak jauh-jauh dari didekati wanita lain. Untung yang cemburuan gak jelas itu Marco bukan Clarissa.

Pukul 9 Clarissa dan Nina berhenti di salah satu butik dengan citra baik. Gadis itu dapat rekomendasi dari Nina, katanya waktu abangnya menikah pakai jasa desainer disana. Kedua gadis muda itu masuk ke dalam bangunan berukuran sedang itu. Matanya terpana menatap patung-patung yang dipakaikan gaun dan terusan yang sangat indah. Mendadak keduanya jadi udik, mulutnya tak bisa menutup sebab dibuat kagum pada kain-kain yang disusun dengan sangat cantik. Maklum mereka belanja biasa ke mall, gak pernah tuh sengaja datang ke butik untuk membeli pakaian biasa. Antara takut miskin dan norak.

"Clar gaji gue cuma cukup bayar DP doang kali ya kalo jajan disini?" Clarissa mengangguk singkat, matanya tertuju pada gaun bergaya putri negeri dongeng dengan rok yang menggembung besar dan lengan balon berwarna biru muda. 

"Cinderella custom disini kali ya Nin?" Nina berdecak, tak sanggup lagi hadapi kenorakan sahabatnya.

"Bagus Ninaaa! Kalo gue minta gaun 3 Marco ngamuk gak ya?" Nina menatap sinis sahabatnya.

"Gak sih, cuma kalo jadi Marco lo gue jambak sampe botak. Buat apa gaun banyak-banyak, resepsia aja gak dikasih." Sindir Nina. Clarissa menoleh menajamkan matanya pada Nina.

"Sialan lo! Daripada gak direstuin!" 

"Anjing!" Clarissa tertawa geli. Sejak pertemuan keluarga Marco, Clarissa jadi punya bahan olokan baru untuk Nina. Ternyata hubungan Nina tak semulus yang ia lihat. 

Seorang wanita dengan gaya modis dan anggun hampiri kedua sahabat yang tengah beradu mulut. Wanita itu tersenyum tipis menyambut pelanggannya. Deheman singkat sadarkan si cantik dari keributan kecil.

"E-eh maaf mbak." Wanita itu senyum manis layaknya ibu peri yang siap membantu Clarissa untuk wujudkan gaun impiannya.

"Mbak Clarissa yang sudah buat appointment jam 10 kan?" Gadis itu mengangguk heboh.

Tawa pelan meluncur dari bibir berpoles gincu maroon. "Masih jam 9 mbak." Clarissa dan Nina meringis. Sengaja mereka datang lebih awal untuk melihat-lihat terlebih dahulu.

A Night To RememberTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang