XLIII

6.5K 660 55
                                    

HARI pertama Clarissa kembali ke kantor, pagi-pagi wanita itu sudah sibuk. Setelah menjadi istri ternyata rutinitas paginya makin panjang. Mandi, memasak, dandan, mengurus pakaian suaminya, belum lagi kalau Marco susah bangun. Seperti pagi ini, Clarissa bahkan sudah siap dengan setelan kerjanya sedangkan si bos masih meringkuk dibawah selimut tebalnya.

Pelan-pelan Clarissa merangkak naik ke atas ranjang, menarik turun selimut yang menutupi seluruh tubuh Marco. "Bapak, bangun ngantor gak?"

Pria itu tak bergeming. "Sayang, bangun ih." Kedua mata pria itu langsung terbuka lebar. Senyum mengembang di bibirnya.

"Gitu dong, masa suaminya dipanggil bapak mulu." Clarissa terkekeh.

"Ya kebiasaan, nanti kalo di kantor keceplosan manggil sayang malah ribet." Pria itu terkekeh. Lucu juga nanti kalau dia sedang memanggil wanita itu dan Clarissa memanggilnya sayang, bisa makin gempar grup chat tim mereka.

Marco menarik tangan Clarissa memeluk gadis itu erat sambil mengelus-elus punggungnya. "Peluk dulu dong, dingin." Wanita itu mendengus kesal.

"Udah jam berapa ini? Telat nanti. Kalo aku telat nanti bosku ngamuk." Sindirnya sambil berusaha melepaskan dirinya dari Marco.

"Siapa sih bosnya? Bilang kalo suamimu masih manja." Clarissa berdecih.

"Ngomong tuh di depan kaca." Tawa Marco pecah. Perlahan ia lepas pelukannya, lalu beralih mengecup bibir sang istri beberapa kali.

"Mandiin dong~" rengeknya disela ciumannya. Clarissa mendorong dada bidang Marco ketika ciuman itu mulai berdurasi lama.

"Ih belum sikat gigi!" Marco tertawa lagi.

"Makanya temenin mandi, yuk?" Wanita itu tampak berpikir sejenak, dia itu sejak hamil mau diajak Marco untuk apapun asal gak jauh-jauh dari suaminya. Bahkan semalam Marco mau mandi saja pintunya harus dibuka lebar supaya tetap bisa melihat Marco.

"Tapi aku udah mandi tadi." Ucapnya ragu. Marco terkekeh pelan.

"Ya mandi lagi dong, kan sama suami belum." Clarissa cemberut.

"Gak mau ah, dingin." Putusnya.

"Nanti dipeluk."

"Ih udah ah mandi sana, aku siapin bajumu dulu." Wanita itu berdiri dari ranjang, lalu bergerak masuk ke walk in closet kamar keduanya.

Marco tersenyum simpul menatap punggung sempit itu dari belakang. Padahal beberapa bulan lalu dia masih sendiri, tanpa kekasih sebab nyalinya ciut untuk mendekati karyawan cantiknya itu. Bertemu Clarissa malam-malam di tengah hiruk pikuk club malam adalah jackpot besar untuknya, sampai kini Clarissa betulan jadi istrinya. Benar ternyata, jodoh tak tahu kapan bertemunya. Sedikit banyak Marco tak menyesali sisi nakalnya yang rajin nongkrong di club malam. Nyatanya 24/7 nongkrong di kantor hilalnya bersama Clarissa gak ada tuh kemajuannya, tapi begitu ketemunya di club langsung jadi.

"Aduh cakep banget bini gue." Gumamnya pelan.

"Sayang pake warna pink mau gak?" Teriak wanita itu dari dalam kamar pakaiannya. Marco tersenyum, dipakaikan baju badut juga dia rela. Asal cuma di kamar.

"Mau babe!" Balasnya. Pagi itu hatinya berbunga-bunga, padahal hanya sesederhana melihat Clarissa di kala bangun pagi.

Wanita cantik itu muncul membawa kemeja pink kalem dengan celana kain panjang yang masih rapi terlipat. "Nih pake ini ya? Mau kembaran aku."

Marco berhenti berjalan tak jadi masuk kamar mandi, dia baru sadar Clarissa memakai warna pakaian yang sama dengan miliknya. Begini kok katanya mau backstreet. Pria itu mengangguk pasrah, dia sih senang-senang aja kalo Clarissa sudah mulai terang-terangan begini. Lagian Marco itu suami sahnya, masa mau disembunyikan terus. Sayang wajah tampannya kalau dikira masih lajang.

A Night To RememberTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang