XIX

7.8K 775 75
                                    

CLARISSA terbangun di pelukan Marco. Pria itu masih pulas. Matanya beralih pada jam dinding di kamar Marco. Ia menyisir rambutnya dengan jari-jarinya kemudian mencepolnya asal.

"Pak bangun pak, udah jam 8 malem." Panggilnya sambil menggoyang-goyangkan tubuh Marco. Pria itu tak bergerak sama sekali membuat gadis itu kesal.

"Bapak!" Teriaknya di telinga Marco.

"Kenapa babe? Kalo laper go food aja." Ucapnya tanpa membuka mata.

"Bangun dong, aneh banget nih saya di tempat asing begini." Marco menghembuskan nafas kasar.

"Pakkk ayo bangun!" Teriaknya lagi sambil terus menggoyang-goyangkan tubuh Marco.

"Saya ngantuk tahu Clar." Clarissa mendengus ia lepaskan tangannya di tubuh Marco lalu beranjak dari tempat tidur pria itu. Marco mengerutkan keningnya saat merasakan pergerakan di ranjangnya.

"Bapak gak mau buka mata? Saya telanjang loh Pak." Marco tersenyum tipis.

"Bohong banget, gak mungkin kamu buka baju." Clarissa tersenyum jahil. Ia membalikkan tubuhnya pura-pura membuka kancing bajunya. Sementara Marco membuka matanya sedikit tapi tetap terjaga takut ketahuan Clarissa.

"Beneran gak mau lihat?" Pria itu terkekeh.

"Saya tahu kamu bohong." Ucap Marco. Perlahan-lahan ia berdiri dari ranjang lalu mengendap untuk berdiri di belakang Clarissa. Gadis itu belum sadar. Mengira dirinya akan berhasil mengelabuhi Marco, padahal dia yang sedang dalam bahaya.

"Bohong darimana kalo bapak aja gak buka mata." Jawabnya sambil terkikik geli, ia sudah bersiap meraih keset kaki untuk dilemparnya ke Marco biar dikira pakaiannya.

"Nih kalo gak percaya saya lempar bajunya ke bapak. Satu, dua—bapak!" Pekik Clarissa saat tubuhnya tiba-tiba melayang di udara. Marco dengan kurang ajarnya mengangkat kedua kakinya. Memeganginya di bagian betis, sangat bahaya. Kalau Clarissa banyak gerak bisa jatuh dia.

"Pak turuninnn! Saya takut jatuh pak!" Jeritnya ketakutan. Gila memang Marco, bisa-bisanya badan sebesar Clarissa diangkat seperti mengangkat anak kecil.

"Kamu jangan banyak gerak nanti jatuh!" Pekik Marco yang jadi ikutan panik sebab tubuh gadis itu tak seimbang. Clarissa menangis pelan, sangat takut wajahnya yang sudah ia biayai mahal-mahal nanti jatuh ke lantai.

"Pak! Ihh ke kasur cepetannn biar jatuhnya disanaa!" Pekiknya panik. Kaki Marco bergetar, tak sangka Clarissa seberat itu.

"Clar kamu nih nipu saya ya, di mata saya keliatan kurus tapi begitu diangkat berat banget. Dosa semua ya?" Clarissa masih menjaga keseimbangannya.

"Bapak diemm! Buruan gerak ke kasur, jatuhin saya disanaa." Marco tak menjawab, ia berjalan tertatih dengan lutut yang gemetar sementara kedua tangannya memegang betis gadis itu erat.

"Ya kamu jangan banyak gerak!" Clarissa menarik rambut Marco untuk berpegangan sebab hanya rambut pria itu yang bisa dia raih.

"Sakitt!" Pekik Marco. Ia sedikit oleng, kakinya mundur ke belakang sampai mentok dengan ranjang. Marco terduduk di atas ranjang sementara Clarissa terlepas dari genggaman pria itu dan terjatuh ke sisi kasur. Namun penderitaan Clarissa tak sampai disitu. Gadis itu menggelinding jatuh ke bawah lantai hingga menimbulkan suara keras. Marco menganga, tak percaya cuma dia yang selamat.

"Babe? Are you okay?" Tanya Marco lirih.

"MARCOOO ANJINGGG!!! HUEEEE MAMIII SAKITTT JIDATKUUU~" Suara tangisan nyaring terdengar menggema di kamar luas Marco. Pria itu meringis, buru-buru menolong kekasihnya yang masih terduduk di lantai sambil mengusap-usap keningnya yang terantuk lantai.

A Night To RememberTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang