Bab 9 : Hari Yang Panjang

3.6K 551 52
                                    

Lila menginjak gas mobilnya hingga kecepatan di atas rata-rata. Tak peduli pada suara klakson pengendara lain yang saling bersautan seolah memperingatkan agar tidak seenaknya sendiri di jalanan. Bahkan ada yang sampai melontarkan umpatan dengan keras ke arahnya.

Mereka pikir Lila peduli? Tidak sama sekali. Yang ada dipikirannya saat ini hanyalah bagaimana cara tercepat untuk sampai ke rumah mamanya.

Masih dengan emosi yang tak terbendung, Lila membelokkan mobilnya memasuki rumah Sang Mama. Tak peduli pada suara yang cukup nyaring hasil dari gesekan antara body mobilnya dengan pagar besi yang belum terbuka sempurna. Sesaat sebelum meninggalkan mobil, dia melihat body mobil yang lecet cukup panjang tapi tetap tak dia pedulikan.

"Sayang, kamu ke sini. Maaf, Mam—" Astrid berhenti menyapa saat menyadari tatapan penuh amarah dari anak gadisnya ini. Meski tidak tau apa yang sedang terjadi pada anaknya, Astrid tetap mengusap lengan Lila.

Astrid semakin merasa ada yang salah ketika Lila menolak untuk duduk dan memilih tetap berdiri dengan tatapan tajam ke arahnya. "Duduk dulu, Sayang!"

Tatapan Lila tak meredup, napasnya masih cepat mengisyaratkan bahwa dia benar-benar sedang tidak bisa dijangkau olehnya.

"Apa hubungan Mama sama Om Hilman?"

Tatapan Astrid ikut melebar, bibirnya tiba-tiba terasa kelu tak bisa menjawab pertanyaan Lila. Sedangkan Lila langsung tertawa hambar ketika mendapati ekspresi mamanya yang berubah drastis.

"Jadi benar, Mama punya hubungan khusus sama om Hilman, sehingga dia cerai sama tante Windu?"

Astrid terdiam sempurna, membuat Lila mengerang pasrah. Tadi dia berharap apa yang Kevin ceritakan hanyalah akal-akalan pria itu agar punya alasan putus dengannya, tapi ketika melihat mamanya yang diam seribu bahasa, rasanya cerita itu bukan hanya karangan Kevin.

"Mama yang membuat keluarga Kevin benci sama Lila?"

Lila terus mencecar mamanya, tak peduli tak pernah ada jawaban satu kata pun yang keluar dari mulut mamanya. Hingga akhirnya dia tak lagi mengucapkan apapun dan memilih meninggalkan rumah itu.

"Iya."

Satu kata yang akhirnya keluar dari mulut Astrid dan mampu menghentikan langkah Lila. Gadis itu berbalik dan tatapannya semakin nanar.

"Iya, Mama sama om Hilman punya hubungan, tapi tidak dengan membuat kamu dibenci keluarga Kevin. Mama tidak pernah merebut om Hilman dari istrinya, mereka sudah bermasalah sebelum om Hilman dekat dengan Mama." Astrid berkata jujur, berharap anaknya bisa menerima.

Napas Lila semakin memburu, tak ada yang ingin dia katakan lagi. Jawaban mamanya yang terakhir sudah cukup baginya untuk tahu kenyataan yang sebenarnya.

Dengan mata berkaca-kaca, Lila kembali berkata dengan lirih. "Di antara sekian banyak lelaki, kenapa harus om Hilman, Ma? Mama itu cantik, bahkan jauh lebih cantik dan muda dari Lila. Mama bisa mendapatkan lelaki manapun, tapi kenapa harus yang sudah beristri? Dan gilanya lagi, lelaki itu  omnya Kevin. Mama tau kan apa akibatnya?"

Lila mengusap matanya yang berkabut. "Kenapa sih Mama selalu merusak kebahagiaan, Lila? Apa nggak cukup Mama membuat Lila tidak bahagia karena kurang perhatian dari Mama?"

Astrid semakin tak bisa menjawab hingga dia terkejut ketika Lila berbalik arah meninggalkan dirinya.

"Lila!" Astrid memanggil tapi Lila tak menoleh sedikitpun, dia kembali kesetanan membawa mobilnya menjauh dari rumah mamanya.

Lila kembali membuat jalanan yang dia lewati menjadi penuh dengan umpatan pengendara lain. Sama sekali tak ia pedulikan karena saat ini pikirannya kembali dipenuhi dengan bayangan hubungannya dengan Kevin.

 Triage Of Life Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang