Lila menapakkan kaki keluar dari sebuah ruangan dengan senyum mengembang. Di tangannya terdapat beberapa tumpukkan berkas termasuk sebuah makalah yang baru saja dijadikan materi ujian oleh pembimbingnya.
Setelah hampir dua bulan memeras tenaga dan pikiran di dunia obgyn ditambah harus bolak-balik puskesmas, akhirnya sore menjelang malam itu dia dan keempat temannya berhasil mengantongi titel kelulusan dari dokter spesialis obgyn. Itu artinya juga mereka telah menyelesaikan proses di semua stase dan bisa mengikuti ujian akhir sebelum akhirnya mereka akan di sumpah.
Dengan menggenggam erat berkas di dada, Lila mengamati seluruh sudut yang ada di sekelilingnya. Sudut-sudut itulah yang menjadi saksi biksu perjuangannya. Betapa dia berusaha siang dan malam tanpa henti untuk bisa lulus di semua stase, meskipun pernah gagal sekali di stase penyakit dalam sehingga harus mengulang lagi. Tapi sekarang dia bisa bernapas dengan lega karena telah menyelesaikan semua dengan cukup baik.
"Selamat, Sayang!" seru seorang pria dengan bunga di tangannya, berjalan mendekat ke arah Lila berdiri.
Lila hanya menampakkan wajah datarnya seakan tak peduli dengan kehadiran pria itu.
"Selamat sudah selesai semua. Semangat untuk tahap berikutnya." ujar pria itu lagi.
Wajah Lila tak berubah, bahkan tak segan melirik sinis ke arah pria yang kini memeluk teman seperjuangannya. Hanin.
Ya. Pria itu memeluk Hanin. Bukan dirinya. Pria yang barusan datang dengan membawa bunga itu memang kekasih temannya, jadi sudah sewajarnya Lila tidak bereaksi karena memang bukan dia yang dikasih bunga apalagi dipanggil sayang.
"Keviiiiin!!!" seru Lila memelas karena melihat adegan manis antara Hanin dan kekasih lorengnya itu.
Merasa senasib dengan Lila, Joan dan Gea juga memasang wajah memelas. Mereka bertiga berlalu agar tak semakin panas melihat adegan menguras perasaan itu.
Maksud hati menjauh dari Hanin dan kekasihnya. Tiga serangkai itu justru menemui pasangan yang lebih manis lagi. Dua sejoli yang berjalan beriringan menuju sebuah mobil BMW yang terparkir tak jauh dari pintu keluar gedung.
"Nasib! Nasib! Menghindari Hanin malah lihat yang lebih unyu." ujar Gea mengagumi dua anak manusia yang berjalan di depan mereka.
"Dokter umum yang ganteng banyak! Tapi dokter umum yang ganteng, ramah, kaya, dermawan, plus punya pacar cantik ya cuma dr. Rafa! Beneran iri gue." Joan menambahkan.
Ketiga pasang mata yang lelah itu dipaksa tetap mengikuti gerak Rafa dan Yasmin yang terlihat serasi sampai mereka berdua masuk ke dalam mobil bahkan sampai mobil itu menjauh hingga tak terlihat lagi.
"Kenapa lo, Lil? Cemburu?" tanya Joan saat menyadari sejak tadi Lila tak bersuara.
Sambil memukul lengan Joan dengan berkas yang dia bawa, Lila menjawab, "Jangan ngada-ada deh! Udah yuk pulang!"
Joan dan Gea kompak mengangguk karen memang rasa lelah yang tak bisa di tolerir lagi. Ketiga dokter muda itu akhirnya berpisah karena parkir mobil yang tak berdekatan satu sama lain.
Langkah Lila melambat, efek badan lelah dan pikiran penat membuatnya sedikit kacau sampai-sampai kepikiran candaan Joan tentang Rafa tadi.
Sejujurnya, ada rasa aneh di dalam hatinya ketik melihat secara langsung kedekatan antara Rafa dan Yasmin. Semacam rasa cemburu adik pada kakaknya yang telah memiliki pasangan. Mungkin jika suatu saat nanti Saga juga memiliki pasangan, dia akan merasa seperti ini karena selama ini dia diperlakukan baik oleh Rafa dan Saga, layaknya adik bungsu.
"Happy graduation, darling!!"
Lila berjingkat karena tiba-tiba di tengah lamunannya dia dikagetkan oleh teriakan seseorang yang berdiri di samping mobilnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Triage Of Life
Ficción GeneralTriage adalah sistem penentuan untuk melakukan tindakan yang paling prioritas sesuai tingkat kegawatdaruratan. Ada empat warna untuk memberikan derajat penilaian, merah, kuning, hijau dan hitam. Warna merah adalah kasus yang harus didahulukan karen...