Bab 18 : Buaya Percobaan

3.2K 551 61
                                    

Lila menikmati waktu santai setelah berhasil menyelesaikan satu tahun magang. Begitu kembali ke rumahnya, dia meluangkan waktu untuk mengunjungi seseorang. Jangan dipikir seseorang itu adalah mamanya! Lila malah belum kepikiran sama sekali kapan akan mengunjung wanita itu lagi.

Selama tinggal di Jogja, banyak hal yang dia dapat, salah satunya adalah kenyataan bahwa dirinya memang bukan prioritas di hidup Sang Mama. Karena selama di sana, mamanya jarang sekali menghubungi. Hanya sekali waktu itu, datang ke rumahnya, itupun karena sekalian ada workshop, bukan semata ingin menemuinya.

Orang yang ingin Lila kunjungi sekarang adalah Jovita. Selama di Jogja dia hanya bisa memastikan keadaan sahabatnya itu melalui telepon, dan sekarang dia ingin memastikannya secara langsung.

Hatinya lega ketika mendapati keadaan Jovita yang sudah jauh lebih baik, meskipun hingga saat ini, orangtua terutama ayahnya belum bisa menerima kehadiran Jovita lagi sehingga membuat sahabatnya itu belum seratus persen bangkit.

Satu tahun yang berlalu dengan rasa bersalah karena membiarkan Jovita berjuang sendirian dari masalah kelamnya. Bukan dia sengaja, tapi dia sendiri juga sedang membutuhkan waktu untuk menyembuhkan hatinya sendiri.

Dari rumah Jovita, Lila membelah kemacetan jalan untuk kembali ke rumahnya. Kembali menikmati menjadi pengangguran yang masih tak jelas ke mana arah tujuan.

Di hari pertama selesai magang, dia begitu menikmati hari nganggurnya, tapi setelah beberapa waktu berlalu, rasa bosan mengelayuti pikirannya. Dia sudah rindu memeriksa pasien yang kadang menyelipkan curhatan, rindu menghadapi pasien yang rewel dan rindu segala hal yang membuat harinya cepat berlalu di rumah sakit.

"Apa gue terima aja ya, tawaran dari Rafa waktu itu? Tapi kan gue belum punya STR." Lila bermonolog sesaat sebelum keluar dari mobilnya. "Astaga, gue jadi orang kebanyakan mengeluh banget. Kerja ngeluh capek, tapi kalau nganggur gini tambah ngeluh capek lagi."

Dia keluar dari mobil, dan seperti biasa, hanya kesunyian yang menyambutnya. Papa masih sibuk di rumah sakit dan Saga juga belum berada di rumah.

Di dalam kepalanya, memancar sebuah ide untuk membunuh rasa sepi. Langkahnya riang menuju dapur untuk membuat rusuh di sana. Merepotkan perempuan paruh baya penguasa dapurnya selama ini. Sang Asisten rumah tangga hanya menggelengkan kepala ketika melihat Lila mengeluarkan semua alat masak sambil mengamati video tutorial yang sedang terputar di hp nya. Sesekali Lila bertanya pada wanita itu, mana bahan yang disebut ketumbar, mana bahan yang disebut lengkuas dan seterusnya.

Hampir satu jam berlalu dan dapur masih terlihat berantakan tapi belum ada sesuatu yang berarti yang berhasil Lila lakukan. Akhirnya, gadis itu mendekat ke ART nya. "Bik, Lila menyerah!" ucapnya.

Sang ART tertawa geli. "Memangnya tujuan Neng Lila mau masak apa sih?"

"Meat in turmeric and coconut milk soup." jawab Lila dengan kepercayaan diri penuh.

Sang ART berpikir sebentar sebelum akhirnya tertawa. Dia yang memang diambil dari sebuah yayasan, bisa mengerti ucapan Lila. "Astaga Neng! Bilang saja mau masak gule. Tidak perlu pakai youtube. Bibik juga jago."

Lila ikut tertawa karena merasa ironi, ngapain juga dia capek-capek memutar video tutorial, padahal di sampingnya ada seseorang yang jago segala jenis masakan.

Sang ART mengambil alih kekacauan dapur itu dan tak butuh waktu lama, sebuah panci yang berada di atas kompor sudah terisi dengan kuah berwarna kuning yang nampak belum sempurna tapi sudah menggoda.

 Triage Of Life Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang