"Tekwan yang biasa, yuk!"
Jovita mengajak sahabatnya, setelah lama tidak bisa menyamakan waktu luang karena kesibukan masing-masing, akhirnya sore ini mereka bisa pergi berdua.
"Halah! Giliran ditinggal pacar ke luar kota aja, baru inget aku." protes Lila.
Jovita hanya bisa menahan tawanya, antara lucu melihat ekspresi Lila dan merasa bersalah juga karena sudah lama sekali sibuk dengan kerjaan dan sibuk juga dengan Akmal sehingga waktu bersama Lila amat sangat berkurang.
"Makanya punca pacar dong!" canda Jovita.
Lila langsung mencebik. "Pacaran dosa. Apalagi sama suami orang. Mending langsung nikah aja!"
Kali ini Jovita hanya tertawa pelan membuat Lila langsung menyadari ucapannya.
"Eh, sorry, Vi." sesalnya. Tadi dia murni hanya ingin bercanda bukan ingin menyindir Ovi.
"Nggak apa-apa, emang bener dosa kok." balas Jovita sambil menggandeng lengan Lila agar sahabatnya itu tidak merasa bersalah karena ucapannya.
Keduanya berjalan kompak memasuki salah satu tempat makan favorit mereka yang ada di Mall, yang kebetulan sudah mulai aktif setelah sekian lama vacum karena pandemi.
"Kamu udah jadi jujur ke Akmal tentang masa lalu kamu?" tanya Lila ketika mereka selesai memesan.
Lila ikut senang karena setelah hitungan tahun berlalu, akhirnya Jovita kembali membuka hatinya. Tapi tak dipungkiri, dia juga ikut khawatir apa yang akan terjadi jika Akmal tau Ovi pernah punya masalah besar dengan rumah tangga orang.
"Udah." jawab Jovita pelan. "Dan dia belum kembali sampai sekarang."
"Maksudnya?"
Jovita mencoba tersenyum untuk menyamarkan rasa khawatirnya. "Aku udah coba jujur ke Akmal kalau aku pernah jadi selingkuhan orang. Reaksinya ya seperti yang udah aku bayangkan. Setelah itu dia tidak memutuskan hubungan kami, tapi minta waktu untuk berpikir. Kami belum bertemu lagi karena dia ada kerjaan di luar kota selama lebih dari sepuluh hari. Aku nggak tau Lil apa yang akan terjadi setelahnya. Cuma aku udah siap aja kalau Akmal emang nggak akan kembali."
Tangan Lila terulur untuk mengusap tangan Ovi. "Semua pasti ada resiko nya. Tapi aku selalu bantu doa, semoga akan ada jalan terbaik."
"Terus rencana liburan ke Jogja gimana? Aku udah nyiapin padahal." ujar Lila lagi ketika ingat rencana mereka akan liburan bersama setelah banyak hal yang dilalui selama pandemi ini.
"Lanjut aja! Nanti kan aku sama Jovan juga, kalau Akmal emang nggak jadi gabung, ya udah." jawab Jovita pelan.
Lila kembali memberi semangat pada sahabatnya itu. Entah kenapa seperti merasa senasib. Sama-sama mempunyai cerita cinta yang rumit.
"Lila!"
Dua gadis itu sama-sama menoleh ketika Intan berdiri tak jauh dari meja mereka. Keduanya berdiri untuk menyambut kedatangan Intan.
Berbeda dengan Lila, Jovita tidak begitu mengenal baik mamanya Rafa ini. Hanya sebatas kenal dan tau siapa Intan.
"Tante bisa ngobrol sebentar, Lila?" tanya Intan lalu pandangan nya teralih ke meja yang memperlihatkan makanan Lila belum banyak berkurang. "Selesaikan dulu makannya, Nak! Tante tunggu di sana ya!"
Lila hanya mengangguk kemudian kembali duduk setelah wanita itu menjauh.
"Si Ibu Suri bikin nggak enak makan aja!" gumam Lila yang tak rela meninggalkan makanannya cepat-cepat. Tapi merasa tidak nyaman juga jika membuat orang tua menunggu lama.
KAMU SEDANG MEMBACA
Triage Of Life
General FictionTriage adalah sistem penentuan untuk melakukan tindakan yang paling prioritas sesuai tingkat kegawatdaruratan. Ada empat warna untuk memberikan derajat penilaian, merah, kuning, hijau dan hitam. Warna merah adalah kasus yang harus didahulukan karen...