Bab 38 : Ke THT

4.1K 611 119
                                    

Aris baru pulang dari tugasnya dan dikejutkan oleh Rafa yang duduk di ruang tengah, menonton TV sendiri tanpa ada Saga ataupun Lila yang menemani.

"Kamu sendirian daritadi, Raf?" tanyanya.

Rafa langsung berdiri untuk mencium tangan Aris. "Maaf ya Om, Rafa duduk di sini. Sama Saga kok, tapi dia lagi ada telepon sebentar."

"Tidak apa-apa. Lila nggak ada?"

"Rafa juga sedang menunggunya, Om. Mau antar ke dokter. Tapi mungkin masih tidur dia."

Aris tidak jadi meneruskan langkah untuk ke kamarnya, memilih duduk untuk menemani calon menantunya ini. "Dokter? Siapa yang sakit?"

"Nggak sakit, Om. Lila Hanya ada sedikit gangguan di pendengarannya. Mau Rafa bawa ke THT."

Aris tertawa mendengarnya. "Kebanyakan teriak mungkin jadi telinganya terganggu."

Tak berselang lama, orang yang dinanti turun dari lantai dua dengan wajah bangun tidurnya. Ia hanya melirik sebentar lalu lanjut ke dapur.

Lila kembali dengan membawa botol jus lalu tanpa rasa malu duduk di samping papanya. Masa bodoh mau wajahnya sekucel apa. Menyapa Sang Papa, tapi tidak dengan pria yang duduk tak jauh darinya.

"Kamu kenapa telinganya? Ke dr. Vian aja, praktek kok sore sampai malam ini!" ujar Aris, merekomendasikan dokter THT yang merupakan salah satu layanan di rumah sakit miliknya.

Wajah bangun tidur itu tambah mengerut karena bingung. "Ngapain, Pa? Siapa yang sakit telinga?"

Aris ikut bingung lalu menatap Rafa untuk meminta penjelasan karena tadi pemuda itu yang memberi informasi tentang keluhan Lila.

"Bukannya kamu sedang ada masalah sama pendengaran?" ujar Rafa ke arah Lila.

Bukannya mendapat penjelasan, Aris malah semakin bingung. Tatapannya berubah heran dengan tingkah dua sejoli ini. Sedangkan Lila nampak tak ingin meminta penjelasan lebih meskipun juga tak mengerti apa yang Rafa inginkan. Memilih mencari film yang bagus di tayangan TV nya.

Aris yang mulai paham situasi hanya bisa tersenyum heran kemudian memberi ruang pada mereka untuk menyelesaikan masalah, jika memang sedang bermasalah. Aris tak ingin banyak ikut campur.

Merasa ada kesempatan, Rafa langsung menggeser duduknya lebih dekat dengan Lila. "Telinga kamu emang benar bermasalah kok."

"Otak kamu yang bermasalah. Telingaku baik-baik saja." balas Lila sebal.

"Enggak. Intinya telinga kamu memang harus bermasalah. Jadi semua yang kamu dengar hari ini tidak ada yang benar." jawab Rafa lagi.

Lila meliriknya dengan tajam. Mulai paham apa yang ingin dilakukan pria ini.

"Sebenarnya kita ini mau gimana? Belum terlambat kalau kamu mau narik permintaan kamu waktu itu." ucapnya, sengaja menirukan perkataan Rafa tadi sore di rumah sakit.

"Lil," panggil Rafa dengan nada merajuknya kemudian berubah posisi menjadi jongkok di depan Lila. Menempatkan tangannya di sisi kanan dan kiri tubuh Lila. "Maaf. Aku salah."

Rafa berharap penuh agar Lila memaafkan kemarahannya tadi sore. Melihat wajah Lila yang masih amat terlihat kesal, dia tidak berharap dimaafkan saat ini juga. Tapi minimal Lila tidak menanggapi ucapannya dengan serius.

Namun, hal yang terjadi berikutnya di luar dugaan Rafa. Lila maju untuk meletakkan kedua tangannya di pundak Rafa. "Karena aku dapat satu pelajaran penting di sini, jadi aku anggap impas." ucapnya.

"Maksudnya?"

Tangan Lila kembali bergerak dan kini memeluk leher Rafa, membuat tubuh pria itu menegang berada di jarak yang teramat dekat dengan gadis yang dicintainya.

 Triage Of Life Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang