Untuk Elias

47 6 0
                                    

POV 1: Sati

"Sekarang sudah tiba waktunya, semuanya akan terungkap.
Apapun yang akan terjadi, aku harap tidak akan mengubah takdir yang ada. Elias, maafkan Aku, yang sudah meninggalkanmu selama ini, dan membiarkan kamu diasuh oleh orang-orang itu. Aku harap kamu tidak pernah membenciku."

Kututup diary yang telah lama tidak kutulis. Dengan menuliskan selembar kertas lagi hatiku menjadi sedikit tenang untuk menyambut apa yang akan datang nantinya, ini menyangkut peristiwa dahulu dan aku yang tidak akan pernah melupakan semua itu, dendam di dalam hatiku masih haus akan pelampiasan.
Mereka membawa adikku satu-satunya yang seharusnya bersamaku, membiarkan aku hidup menyendiri menahan pedih selama ini.
Arwah-arwah yang telah aku kumpulkan dan persembahkan untukmu Elias, mereka adalah orang-orang yang tidak bersalah. Hanya aku satu-satunya orang bersalah di dunia ini, dan aku tidak akan berhenti begitu saja untuk membuat semua ini selesai.
Tidak ada yang bisa aku ampuni. Kematian kedua orang tua kita, atau apapun yang menyangkut hidup kita berdua selama ini, dan aku tidak akan mundur.

20 tahun sudah, saat itu keluargaku hidup damai dengan kelahiran anggota kami satu lagi, adikku, Elias. Dia adalah sumber kehidupan kami, sumber kebahagiaan dan kedamaian. Ayahku Santo kusumo adalah seorang pengrajin kayu, rumahku anggun dengan pahatan-pahatan di dindingnya. Aku sangat mengingat patung kepala rusa dan kepala serigala yang menyatu, ayahku bilang ia membuat patung itu tidak sembarangan, patung kepala rusa melambangkan Aku dan kepala serigala itu adalah adikku, lalu Aku bertanya padanya kenapa kami dilambangkan sebagai rusa dan serigala, ayahku tidak menjawab, dia bilang Aku akan tahu pada saatnya nanti.
Sedangkan ibuku, dia adalah wanita anggun, Sinden yang sekaligus bisa menari beriringan dengan nyanyian merdunya.
Aku selalu mengagumi sosok ibuku yang lemah lembut dan penuh kasih.
Diatas semua itu, keluarga kami adalah keluarga yang paling dijauhi banyak orang, namun ada beberapa orang berpakaian aneh yang sering datang dan membawakan kami makanan, merekalah sosok-sosok yang terus membantu kehidupan kami ber-empat.
Suatu hari, mereka datang tanpa membawa makanan tetapi membawa lebih banyak orang ayah dan ibu menyuruhku membawa adikku masuk dan mengunci pintu, Aku tidak tahu apa yang akan mereka lakukan dengan orang-orang itu, tetapi ketika Aku mengintip dari celah jendela, Aku melihat ayah dibawa oleh mereka dengan cara diseret.
Beberapa hari itu ayah tidak kembali, sampai satu Minggu lamanya, barulah ia menampakkan dirinya dengan diantar oleh satu orang berwajah buruk, ia membuatku takut dengan tatapannya, bahkan ia sempat menatap adikku yang sedang dalam pelukan ibu dan membuat ibuku menutupi mata adikku.
Itu adalah hari terakhir aku bisa melihat dengan mataku yang sempurna.
Pada malam itu, ayah menyuruh kami untuk bersiap pergi, aku tidak mengerti apa yang ayah dan ibu katakan, mereka bilang ada seseorang yang akan mengambil adikku, aku sangat takut dengan semua itu, kami terburu-buru masuk ke mobil dan langsung meninggalkan rumah.
Tetapi nyatanya yang akan pergi, yang akan ditinggalkan bukan rumah itu, tetapi kenangan kami di rumah itu, dan juga Aku yang sendirian yang akan selamanya kuingat. Karena setelah itu seseorang menabrak mobil kami, mobil itu terguling, ayahku dengan cepat membuka kaca dan menyuruhku melompat bersama adikku tapi mereka tidak sempat untuk menyelamatkan dirinya sendiri.
Rasa sakit di mataku yang amat pedih, sungguh! Aku tidak akan pernah melupakannya, meski Aku tak bisa melihat apapun saat itu, Aku tetap bisa merasakan jeritan kedua orang tuaku.
Aku tak peduli dengan serpihan kaca-kaca yang menancap pada mata dan wajahku, sakit hatiku lebih dari apapun.
Ketika aku mendengar langkah mereka dan membawa adikku jauh dariku.

SATI (Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang