insiden kecelakaan

863 46 3
                                    

- Kalo yang aku tabrak itu mba sati kenapa sekarang dia baik baik aja? Terus kenapa dia gk jadi pulang padahal mamah bilang dia udah Di terminal kalo dia gak berpikir untuk pulang kenapa dia ke terminal -

Pikiran ku benar benar kacau, berbagai teka teki muncul begitu saja tanpa di barengi clue Dan aku harus memecahkan sendiri?

DEG...

aku teringat ucapan nya,  "Apapun yang koko liat jangan pernah penasaran".
Mungkin kah karena aku penasaran? Arrgghhhttt...  Kepalaku pusing Di buatnya
Aku harus berhenti memikirkan hal hal ini agar dia tidak mengangguku.
Aku mencoba tenang, perlahan keadaan Pikiran ku yang ricuh kini lebih tenang namun tak lama, terdengar pelan gemericik air di kamar mandi awalnya suara itu kecil namun terdengar semakin keras dan berhasil membuatku penasaran
Aku menarik nafas dan mencoba menutup mata sebisa mungkin untuk mengabaikan nya tapi nihil.

"oh Tuhan, kapan dia lelah" gumamku berdoa, cukup aku sudah tidak bisa menahan nya lagi

"woy mau lu apa sih setan" teriak ku ke arah kamar mandi, untuk beberapa saat suara itu berhenti

Syukurlah aku sedikit tenang dia mau berhenti mengangguku malam ini tapi kenyataan nya tidak, sekarang aku melihatnya jelas bahkan sangat jelas berdiri di depan kamar mandi sambil memainkan pintu kamar mandi.
Seluruh tenagaku seakan terkuras aku lemas namun tubuhku kaku tak bergerak, itu dia persis seperti yang aku lihat dalam mimpi dia menatapku tajam, perlahan sebuah sinar kemerahan terlihat di pergelangan tanganku apa ini? Aku kenapa?.

Dari arah luar mba sati masuk terburu buru membuatku kaget, tubuhku kembali normal sinar itu juga perlahan meredup.

"mba sati" sapaku kaget, sekilas dia melihat pergelangan tanganku aku tidak tahu dia melihat cahaya itu atau tidak tapi juga terlihat kaget.

"koko gak papa? " tanya nya. Binar matanya, ada apa ini?

"ko" panggil nya lagi, aku terdiam melihat binar matanya aku tidak tahu kenapa tapi darah ku berdesir dan aarrghhtt...

Tanpa ku sadari mba sati sudah beranjak dari hadapanku menuju kamar mandi ia menyiram sesuatu lalu menutup pintu kamar mandi.
Mba sati kembali sambil menatapku tajam, itu bukan tatapan orang buta dia lalu menggenggam tanganku rasanya sangat berbeda aku membisu tak tahu mau bilang apa

"inget ini, dan jangan penasaran" ucapnya sambil terseyum membuyarkan lamunanku yang kian jauh tak menentu lalu ku buka tanganku, kalung ini

Mba sati pamit untuk keluar namun rasanya berat di tinggalkan nya dan aku tidak mau, ku panggil mba sati untuk menemaniku malam ini dan untungnya dia mau Syukurlah aku tidak sendirian.

Tok... .... Tok.......  Tok......   Malam malam begini siapa yang mengetuk pintu

Kruukkk....  Terdengar renyah suara cakaran pada pintu kamar..

Itu pintu kamar mandi, yang tadi di ketuk juga pintu kamar mandi.
Aku menajamkan pendengaranku namun suara itu kian hilang terbawa sayup angin malam   "syukurlah" ucapku lega
Ku lihat mba sati ketiduran di sampingku entah magnet apa yang menarik mataku sampai tidak mau mengalihkan pandangan darinya, jantungku berdebar nafasku memburu

"Tuhan perasaan apa ini" gumamku lirih, baru kali ini ketika berada di dekat mba sati perasaan ku menjadi tak karuan

Praakk...  Suara benda terjatuh membuat aku dan mba sati kaget, ia terbangun dari tidurnya dan langsung berlari menuju sumber suara, Kamar mandi. Sementara aku masih terdiam sampai akhirnya mba sati kembali

"ada apa mba" tanyaku penasaran

"gk ada ko, cuma kotak sabun jatuh kelantai" jawabnya sambil terseyum, tapi aku kurang yakin dengan jawaban nya seperti ada yang ia sembunyikan tapi aku teringat ucapan nya lagi 'jangan penasaran' ucapan itu membuatku diam dan kamipun lanjut tidur.

02:43. Aku terbangun ketika kurasakan ada seseorang yang menggerayangi tubuhku, perlahan ku buka mata terlihat gadis berambut panjang yang tepat berada di depan wajahku, rambutnya di gerai dengan indahnya menambah pesona kecantikan nya, mba sati.
Mataku terbelalak menyadari siapa gadis ini yang sekarang terseyum sambil menindih tubuhku

"apa yang mau mba lakuin" tanyaku setengah sadar meskipun sebenarnya aku menikmati hal ini sebagai lelaki namun aku masih bingung kenapa mba sati melakukan nya

"sudah, jalani saja aku tahu kamu menikmatinya" bisiknya pelan senyuman nya kini berubah menjadi seringaian
Mata indahnya kian menyala perasaan ku berubah tak karuan

"kamu bukan sati, pergi" usirku namun wanita itu kini mengelus rambutku, sekuat tenaga aku berusaha melepaskan dekapan nya namun tubuhku seolah tidak punya kekuatan.

"Koh, bangun koh" suara itu menyadarkanku

"mba" ucapku masih ketakutan, namun wajah menyeramkan itu kembali seperti mba sati yang aku kenal

"koko kenapa? " tanya nya heran, dan di tambah heran dengan ekspresiku yang ketakutan melihatnya

"ah, emm e-eengga mba gapapa" jawabku sambil celingukan, ia menyodorkan segelas air dan aku segera minimum nya

"koko tadi tidur sambil teriak teriak, koko mimpi buruk? " tanya nya serius

Bagaimana bisa aku jelaskan? Bagaimana caranya aku mengatakan bahwa dialah yang membuatku sampai berteriak untunglah jika semua ini hanya mimpi, tapi kenapa mahkluk itu menjadi mba sati bukan adelia? Pacarku itukan adelia 'aarrghhtt...  Persetan dengan mimpi.

-----'----'------

Aku sudah di perbolehkan pulang setelah dua minggu berada di rumah sakit, meskipun kaki ku masih terasa nyeri saat berjalan aku tidak ambil pusing, dokter dan keluarga ku sudah cukup baik merawatku sekarang aku harus mandiri aku tidak mau terus menerus menyusahkan mereka apalagi mba sati yang aku minta terus menemaniku ketika di sana.

"elias sayang" sapa nenek yang kemudian duduk dan membelai halus Kepalaku yang terbalut perban, rasanya aku ingin berdecih ketika mengingat kejadian malam itu namun sebelum aku dan mba sati menguak misteri ini aku tidak boleh membenci siapapun apalagi orang yang menjadi panutanku selama ini

"ayo ganti perban, sabar yah agak sakit nanti juga mendingan. Lagian kamu itu belum sembuh total kenapa buru buru keluar dari rumah sakit sih" oceh nenek sambil membuka perban yang terbalut di kepalaku

"udah bosen omah, elias kan harus mandiri masa nyusahin dokter mulu" jawabku terlalu cuek

"Yaudah, cucu omah yang paling mandiri sekarang tidur ya istirahat biar cepet sembuh" aku hanya diam tak merespon bahkan ketika ia mengecup keningku lalu terseyum dan kemudian pergi meninggalkan ruanganku

SATI (Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang