Mimpi aneh yang tidakku mengerti

269 23 6
                                    

Pov 1: Elias.

"La ... le ... la ... lelalela ... ledung.
La ... le ... la ... Lelalelala ... la ...."

Suara merdu itu membangunkanku, siapa yang menyanyi ditengah malam begini? Aku segera bangkit dari tempat tidur dan melihat keluar, namun diluar kamar aku tidak melihat rumahku, aku berada di rumah kayu dengan ukiran-ukiran indah di dinding kayunya, nuansa asri berbalut misterius, aku masih di rumah mba Sati? Aku ingat bahwa aku pergi dari desa ini karena adikku meninggal, lalu bagaimana aku masih disini? Kemudian aku melihat sebuah keluarga, seorang ibu yang tidak terlalu tua, pakaian itu! Aku ingat pernah melihat foto seseorang menggunakan pakaian itu, baju kurung dan kain jarik, rambutnya disanggul berbalut melati dan ada mahkota dari kelopak mawar dikepalanya, foto yang waktu itu disobek dan dibakar dibagian wajahnya, kini aku bisa melihat jelas seperti apa wajah wanita itu, ia terlihat bahagia bersama seorang bayi laki-laki yang ia timang-timang dengan menyanyikan lagu itu, Disampingnya ada seorang anak perempuan berambut ikal, senyumnya tipis memandangi ibu dan adiknya yang sepertinya baru lahir, tak begitu lama senyum itu terukir seorang lelaki yang terlihat seumuran dengan sang ibu berlari kearahnya, ia sambil nafasnya tersengal-sengal memberitahukan bahwa mereka harus segera pergi karena Mahkluk itu ingin meminta anaknya.

"Tidak, dia adalah anakku! Aku tidak akan menyerahkannya pada siapapun"

Sang ibu yang penuh kasih terisak mendengar anaknya akan di ambil oleh sesosok Mahkluk, kemudian bapak itu menenangkan dan memeluk wanita itu, rupanya mereka adalah sepasang suami istri, mereka segera lari menuju mobil sedan tua yang terparkir di halaman, tak lupa anak perempuan itu juga mereka bawa, namun hal tak terduga terjadi, sebuah mobil putih melaju kencang dan terjadi tabrakan hebat ketika mobil mereka baru saja keluar tak jauh dari rumah, sepasang suami istri itu terjebak dalam mobil sedangkan anak perempuan itu terlempar keluar bersama bayi laki-laki itu, namun posisi mereka terpisah, dari mobil putih yang menabrak mereka keluarlah seorang wanita paruh baya, umurnya tak terlalu tua ia tersenyum dan mengambil bayi itu kemudian mengeluarkan korek dan membakar sepasang suami istri yang terjebak di dalam.
Ketika itu, aku ingin menyelamatkan mereka, tapi tanganku tak bisa menyentuh apapun yang ada di sana, aku panik ada apa denganku? Apa yang salah, apakah aku mimpi atau aku sudah bukan siapa-siapa.

Kedua orang itu terus berteriak 'Sati'.
Ketika nama itu disebut, aku semakin heran, kemudian gadis itu bangun, kedua matanya berdarah, aku melihat pecahan kaca di sela-sela mata gadis kecil itu, ia sempat syok dan menangis namun ibunya menenangkan, ia terus berteriak

"Sati, tolong cari adikmu! Sati hanya kamu dan adikmu yang bisa mengalahkan Brajah, kalian harus bersatu dan memusnahkan Mahkluk itu."

Gadis kecil itu hanya bisa mendengarkan, aku melihat sang ibu melemparkan sebuah kalung sebelum mobil meledak dan memusnahkan mereka, gadis itu hanya bisa menangis dan berteriak nama ibunya, ia terjatuh hancur seakan mata yang penuh darah itu bisa melihat semua kejadian yang terjadi.

Gadis bernama Sati itu bangkit dan mengambil kalung yang letaknya cukup jauh dari tempatnya berada, aku kaget ketika gadis itu menoleh ke arahku setelah memakai kalung itu. Karena kaget aku seolah terbangun.

"Aaaaaa ...." Mataku terbuka lebar membuat kedua temanku bertanya-tanya

"Udah bangun bro, lu tidur ngigo mulu sih." ujar Chio yang saat ini memegang kemudi.

"Digigit vampir lagi, gak?" kata Roni, temanku satu lagi.

Keduanya tertawa, dalam hatiku mengumpat pada mereka, namun aku hanya tersenyum.

Perjalanan ini cukup jauh, mimpi itu masih teringat terus-menerus sampai kami di rumah, suasana haru memenuhi rumahku, bendera kuning, seragam hitam dan isakan tangis keluargaku, mba Karin juga sedih atas kepergian bayi yang diasuhnya sekaligus ia akan kehilangan pekerjaannya, kulihat tidak ada mba Sati di sekitar, aku duduk sejenak sambil mendoakan adikku, aku membuka kain penutup dan melihat wajahnya, namun semua orang kaget karena mendengar teriakkanku, wajah adikku berubah menjadi keriput seperti orang tua, dan ternyata hanya aku yang melihatnya. Namun sesaat kemudian aku tak pernah melihat wajah itu lagi, Omah bilang mungkin itu hanya halusinasiku karena terlalu lelah setelah Turing bersama Chio dan Roni, Omah menyuruhku istirahat. Beberapa saat kemudian semua orang mengantarkan adikku ke pemakaman, aku bersama Chio dan Roni duduk di ruang tamu, kemudian aku teringat bahwa setelah aku pulang aku tidak melihat mba Sati, aku pamit untuk ke kamar mba Sati,

"Ekhem... mau ngapain tuh ke kamar cewek pas rumah sepi," goda Roni

"Ngapain ya?," tambah Chio

"Berisik tau nggak." Tepisku lalu melangkah ke atas menaiki tangga untuk bertemu mba Sati

SATI (Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang