meski dia pergi "dia" tetap ada

954 71 7
                                    

"kamu yakin gak mau di sini lagi sati" tanya ibu ros pada pembantunya sati ketika ia memandanginya sedang membereskan pakaian nya ke dalam tas

Matanya masih mengeluarkan tetesan air namun tidak sederas tadi, sedangkan elias tetap tidak mau berbicara apa yang telah terjadi.
Sejak sang mama membentaknya elias diam tak berkata omahpun tetap duduk bersama elias karena omah nya tahu hanya dia yang bisa membuka mulut elias.

Sati telah selesai membereskan pakaian nya lalu menenteng tas yang cukup besar itu ke pintu depan, ia sempat menatap elias beberapa detik dan tatapan nya kali ini tidak terlihat seperti orang buta sehingga elias balik menatapnya 'heran' dan juga memikirkan berbagai hal

"omah saya pamit dulu ya" pamit sati sopan ke sang majikan

"kamu hati hati ya, jaga diri maafin elias" sahut omah tanpa bangkit dari duduknya lalu.

Sati menghampiri omah yang duduk di samping elias lalu menyalami tangan omah, kemudian menatap elias namun elias tidak balik menatapnya seperti tadi walau begitu sati tetap menyalami tangan elias.

"apa ini" ucap elias dalam hatinya, mulutnya tetap enggan bersuara hanya tatapan aneh yang teraut di wajahnya

"jaga diri kamu elias" ucap sati berbisik, sangat pelan hampir tidak bersuara tapi elias bisa mendengarnya Mungkin omah juga

Satipun pergi meninggalkan rumah itu, elias terdiam....
Merenung, lalu membuka tangan nya yang sejak tadi tetap tergenggam setelah bersalaman dengan sati
Ia menatap dalam bungkusan putih yang tergenggam di tangan nya lalu membukanya

'sebuah kalung emas berliontin bambu kuning, itu benar benar bambu asli untuk apa sati memberikan kalung seperti ini'

"karena aku tahu elias akan lebih membutuhkan ini daripada aku, pakai dan jangan lepaskan" tulisan yang ku baca pada kertas itu membuatku semakin heran, apalagi ini kenapa dia memberikan benda semacam ini padaku maksudnya apa.

'aaarrgghh' kenapa orang gila itu semakin aneh saja, lalu buat apa aku mengikuti keinginan nya.
Dia sudah menuduh keluarga ku menyembah iblis itu sudah cukup penghinaan besar lalu untuk apa aku memikirkan kata katanya....
Aku memukuli kepala ku sendiri memukulkan nya ke tembok lalu ada cairan merah kental yang menetes dari keningku

"cukup elias, lu gak sebodoh itu oke? Kedatangan dia kesini itu cuma buat lu menderita jadi sekarang dia udah pergi lu gak boleh lagi mikirin apa yang udah terjadi" seperti Kebiasaan lamaku, ketika aku lost control ketika aku sedang banyak memikirkan sesuatu atau bahkan tidak mau memikirkan sesuatu itu aku selalu melakukan nya, menenangkan diriku sendiri setelah menyakitinya.
Jika kau ingin tahu itulah aku seperti orang gila bukan?

"el, cukup.. Demi omah berhenti elias berhenti" omah berteriak dari luar lalu berlari memeluku dan menjauhkanku dari tembok yang tercecer darahku, omah menangis sambil memeluku erat

"lihat omah sayang, lihat omah sini nak elias... Kamu itu sudah dewasa kamu harus belajar menyayangi diri kamu sendiri kalo dirimu sendiri tidak kau sayangi lalu bagaimana kamu bisa menyayangi orang lain, hilangkan kebiasaan buruk ini elias omah mohon" racau omah memohon padaku memegang kedua pipiku yang terkena darah lalu mengusapnya dengan tissue, ini gila aku gila aku memang gila

Omah mendudukan ku lalu menyenderkan kepalaku di bahunya dan mengelus elusnya pelan

"omah boleh nanya sama elias" tanya omah setengah berbisik

"apa omah" jawabku penasaran

"kamu ada masalah apa sama sati" tanya omah membuatku teringat lagi dengan nya

"gak ada omah, gimanasih perasaan omah kalo orang yang kita percaya malah menuduh keluarga kita melakukan hal yang bahkan kita sendiri membencinya" jawabku setengah jujur

"maksudnya apa elias nanya kaya gitu? Apa coba yang mba sati bilang ke elias" omah mulai menunjukan ekspresi heran dan 'sedikit takut' entah kenapa itu yang ku lihat

"gak ada omah, itu urusan aku sama mba sati " Sebenarnya aku ingin sekali mengatakan nya tapi aku tidak tahu sepertinya ini bukan saat yang tepat

"elias, kalo elias ragu sama seseorang lebih baik jangan percayai kata katanya lagian mba sati itu baru kemarin kerja di sini jangan mudah percaya sama ucapan orang yang belum terlalu kita kenal" racau omah lagi menasehatiku

"karena orang yang udah kenal bahkan deket sama kita juga bisa berdusta kan omah" jawabku menatap omah, entah kenapa ekspresi omah berbeda.
Seakan akan kata kataku menyinggunya padahal aku sama sekali tidak berniat

Omah hanya tersenyum lalu dia pamit keluar dan menyuruhku istirahat saja, aku berbaring omah menutup pintu ......

Suasana hening seketika, mataku hanya memandangi langit langit kamar masih terasa buram akibat benturan tadi ku usap luka di kepalaku 'perih' sesaat aku terdiam Pikiranku mulai bekerja kembali memikirkan kehadiran mba sati yang terlalu cepat berlalu.
Pertama ia datang sebagai orang biasa lalu membuatku takut dengan tatapannya lalu semakin membuatku takut dengan kejadian yang terjadi Sesaat setelah ia memasuki rumah ini lalu dengan ceritanya lalu aku mulai di ganggu oleh mahkluk yang menjijikan dan juga mimpi menyeramkan itu dan akhirnya dia menuduh keluarga ku menyembahnya ini sungguh luar biasa, jika di lihat dari awal bukankah dia yang harusnya di curigai sebagai penyembahnya karena dia adalah awal dari semuanya bukan?

Hay guys, gimana nih sampai sini masih mau lanjutin baca ngga? Ayolah tinggalkan komentar author juga butuh krisar dong votenya banyakin share klo suka terus apalagi? Ya tambahin ke reading list lah... 😋😋😋 .
Aku tunggu ya kalo banyak yang suka aku kasih alur konflik cinta nih kalo gk ya gk jadi deh; v author ngambek? Biyarin wleee

SATI (Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang