9. Terlintang-lintang

836 49 3
                                    

"Lintang!" panggil Davit membuat Lintang yang asik makan menolehkan kepalanya ke belakang. Lintang menatap Pak Davit yang tengah siap ke kampus seraya menenteng tasnya.

"Cuci tangan!" titah Davit dengan tegas. Lintang yang sudah selesai makan pun segera meletakkan piringnya di meja yang ada di teras dan mencuci tangan di kran air yang tidak jauh dari sana.

Pandangan Davit menusuk ke arah Bayu yang ia lihat mencuri-curi pandang ke arah istrinya. Bahkan Bayu pun sampai salah mengelap, seharusnya yang dilap kaca mobil malah tangannya sendiri yang dilap.

"Lintang, cepetan!" titah Davit.

"Sabar, Pak. Pak Davit kalau mau berangkat ya berangkat saja. Mau apa lagi urusannya sama saya?" tanya Lintang.

"Salim dulu sama suami!" titah Davit yang membuat Lintang membeo. Apa Lintang tidak salah dengar? Ia dan Davit hanya nikah kontrak, tapi Davit seolah memperlakukannya sebagai istri sungguhan.

"Saya tidak mau," jawab Lintang.

Bayu hampir menyemburkan tawanya saat mendengar pertengkaran rumah tangga tetangga sekaligus teman kuliahnya dulu.

"Lintang, ikuti perintah saya!" desis Davit dengan lirih. Lintang menghentakkan kakinya kesal, perempuan itu mengelap tangannya dengan bajunya dan bergegas mendekati Davit.

"Kenapa saya harus salim? Ingat ya, Pak, pernikahan ini hanya sementara," ketus Lintang.

"Lihat di sana ada Pak Bayu. Kamu mau Pak Bayu curiga kalau pernikahan ini pernikahan kontrak? Cepat salim, turuti titah saya!" oceh Davit.

Lintang menatap Pak Bayu, yang ditatap pun tersenyum menghadap Lintang. Namun belum sempat Lintang membalas senyum Pak Bayu, kepala Lintang sudah dicengkram Davit dan dipaksa menghadap pria itu.

"Aww ...." ringis Lintang.

"Cepat salim!" titah Davit menyodorkan tangannya pada Lintang. Karena percaya dengan ucapan Davit, Lintang pun menyalami punggung tangan suaminya. Davit tersenyum puas, Lintang sangat mudah dikibuliin.

"Eh, Pak. Tunggu!" ucap Lintang.

"Kenapa?"

"Pak Bayu sudah tahu kalau kita menikah kontrak. Jadi kita tidak perlu salim-saliman begini. Saya hanya akan salim sama suami saya yang benar-benar suami yang mencintai saya, bukan suami kontrak. Pak Davit yang sudah menarik saya di pernikahan ini, kalau nanti saya punya pacar atau suami, Pak Davit harus menjelaskan semuanya biar tidak ada kesalahpahaman," oceh Lintang. Tanpa melihat raut wajah Davit, Lintang segera mengambil piringnya dan memasuki rumah suaminya. Lintang memukul kepalanya pelan, kenapa tadi ia menurut saja disuruh salim sama Davit, padahal Lintang tahu kalau Pak Bayu sudah paham dengan pernikahan kontrak antara dirinya dan suaminya.

Davit tercenung di tempatnya. Pria itu dengan susah payah meneguk ludahnya. Tanggung jawab bila Lintang punya pacar atau suami? Davit tidak memikirkan sampai ke situ.

Bila suatu saat pernikahan ini berakhir, Davit memang sudah seharusnya bertanggung jawab pada Lintang untuk menjelaskan secara detail duduk permasalahannya kepada calon suami Lintang nanti. Bagaimanapun status janda tidak mudah bagi seorang wanita. Davit mengepalkan tangannya dengan erat, mengetahui kenyataan ia akan secepatnya pisah dengan Lintang membuat sisi lain Davit tidak terima.

Laki-laki memang aneh dan egois. Kemarin awal pernikahan, Davit dengan tidak berdosanya bilang pada Lintang kalau dalam dua bulan isu sudah mereda, mereka akan berpisah. Namun sekarang, Davit sendiri tidak rela dihadapkan oleh perpisahan.

"Pak Davit, mau ke kampus, Pak?" tanya Pak Bayu memeras kanebonya.

"Enggak, Pak. Kebetulan saya mau panen jagung," jawab Davit.

Belah Duren Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang