31. Membuktikan Pada Lintang

655 29 1
                                    


 Davit memakan martabaknya dengan kesal. Pria itu sungguh tidak bisa menahan amarahnya tatkala mengingat kelakuan mamanya yang mencegah ia bertemu sang istri. Kini tiga martabak jumbo di hadapannya langsung ludes dimakan Davit. Karena amarah, membuat Davit makan dengan lahap. Cita-cita Davit menjadi kekar dan sixpack, tapi hobinya makan banyak.

"Awas saja, Ma. Awas," ucap Davit di sela-sela makannya. Ingin rasanya Davit menerjang rumah mamanya dan menjemput Lintang dengan paksa.

Davit menuju ke televisi, pria itu menghidupkan layar kotak di hadapannya berharap kekesalannya memudar. Davit memutar televisi luar negeri, tapi yang ia lihat malah adegan tidak senonoh.

Davit menelan martabak dagingnya dengan susah payah saat melihat adegan seorang laki-laki dan perempuan tengah berciuman panas. Davit memundurkan duduknya, pria itu tidak ingin melihat adegan yang membuatnya ingin melakukannya, tapi matanya tidak bisa diajak kerja sama, mata Davit malah melotot untuk melihat dengan jelas.

Jakun Davit mulai naik turun karena terbawa suasana dengan adegan di hadapannya, "Astagfirullah, ciuman lama banget apa gak sesak napas," batin Davit mengusap bibirnya sendiri. Bayangan ia mencium Lintang pun memasuki piran Davit.

"Ahhh sialaan!" maki Davit mematikan sambungan televisinya.

"Kalau sendiri terus lama-lama bisa gila," ucap Davit lagi dengan kesal.

Davit tahu ini salahnya sendiri yang berbicara tidak disaring hingga membuat Lintang pergi. Andai saat itu Davit bisa lebih lembut, mungkin saat ini hubungan mereka sudah ada kemajuan.

Davit mengambil air mineral di depannya dan meminumnya hingga habis. Tubuh Davit terasa memanas karena masih terbayang adegan tidak senonoh. Pria itu memilih melepas bajunya dan memposisikan dirinya tengkurap di lantai. Pilihan Davit jatuh pada olahraga malam agar dirinya tidak lagi membayangkan hal yang belum bisa dia gapai.

Davit melakukan push-up berkali-kali, pria itu tampak semangat mengangkat tubuhnya dengan bertumpu pada kedua tangannya.

"Ayo sixpack ... Ayo sixpack ...." Ucap Davit menyemangati dirinya sendiri.

Davit sangat penasaran dengan Aidan yang sekarang, pria itu sempat men-stalk akun sosial media milik Aidan. Tubuh Aidan sangat atletis, beda dengan tubuhnya yang tampak biasa saja. Davit obsesi menjadi kekar dan sixpack karena Lintang. Davit juga berjanji pada dirinya sendiri untuk berusaha lebih keras.

Namun karena terlalu bersemangat, Davit merasa pinggangnya sangat sakit.

"Akhhh!" pekik Davit dengan kencang. Davit menjatuhkan dirinya di lantai, pria itu memegangi pinggangnya yang terasa sangat sakit.

"Ini keju linu kenapa kumat sekarang sih," ucap Davit meringis. Davit berusaha berdiri seraya memegangi pinggangnya. Karena tidak pemanasan dan baru makan, Davit juga merasa perutnya menjadi kram dan mual.

Davit bersusah payah menuju ke sofa, pria itu mengambil hpnya untuk menghubungi sang adik. Di dering pertama langsung dijawab oleh Hukma.

"Hukma, kakak minta tolong ke apotik sebentar beli obat sakit pinggang," ucap Davit.

"Kakak sakit pinggang lagi?" tanya Hukma berteriak di seberang sana.

"Iya, cepetan gih. Kamu mau kakak kamu kesakitan semalaman di sini?" tanya Davit.

Hukma mematikan sambungan teleponnya dengan sepihak, Davit sudah kebakaran jenggot. Pria itu merutuki adiknya yang kalau minta sesuatu pasti kepadanya, kalau dimintai tolong balik kadang banyak alasan.

Di sisi lain, Hukma menyeret Lintang dengan paksa. Perempuan itu juga menyambar jaket dan kunci mobilnya.

"Kak Hukma, mau ke mana sih? Aku sudah mengantuk," ucap Lintang yang sejak tadi rebahan di ranjang. Tadi Lintang mendengar pertengkaran suami dan mertuanya di bawah. Namun tadi Lintang sangat enggan untuk turun. Lintang masih malas berbincang dengan suaminya yang kadar kewarasannya hanya sedikit.

Belah Duren Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang