18. Fitnes dan Tutor

604 22 1
                                    


Pagi ini Davit sudah diperbolehkan pulang karena keadaannya sudah membaik. Lintang pun membantu Pak Davit turun dari ranjang. Masih terlihat jelas wajah sembab Lintang, Semalaman ia menangis di taman rumah sakit sampai tidak sadar tertidur di bawah pohon. Pagi tadi dia dibangunkan oleh petugas kebersihan. Lintang sudah mencuci wajahnya, tapi matanya yang membengkak tidak bisa bohong.

Lintang sudah berjanji pada dirinya sendiri, setelah ia menangis semalaman, maka esok paginya ia harus baik-baik saja. Saat ini pun Lintang juga berusaha baik-baik saja di hadapan Davit.

"Pak hati-hati jalannya. Semua administrasi sudah diurus sama Kak Hukma. Kak Hukma juga sudah menanti di parkiran," ucap Lintang. Davit menganggukkan kepalanya, ia melepas cekalan tangan Lintang dari tangannya karena ia merasa sudah baik-baik saja. Davit berjalan terlebih dahulu yang diikuti Lintang. Sepanjang perjalanan Lintang terus menundukkan kepalanya, ia sudah mencoba untuk senyum, tapi ia tidak bisa saat hatinya memang tengah berada di titik paling rapuh. Sedangkan Davit memilih berjalan terlebih dahulu karena tidak enak dengan Lintang. Ia lebih baik bertengkar dengan Lintang daripada harus seperti ini.

Davit masuk di kursi belakang, sedangkan Lintang di depan di samping Hukma yang tengah menyetir.

"Kak Hukma, nanti mampir dulu ya ke rumah. Biar aku masakkan sarapan buat kak Hukma," ucap Lintang.

"Nanti biar aku yang masak, kamu kelihatan lelah," ucap Hukma.

"Baiklah," jawab Lintang.

Sesampainya di rumah, mereka bergegas keluar. Tanpa sengaja Lintang menatap Pak Bayu yang tengah angkat barbel di depan rumah pria itu.

"Pak Bayu sudah sehat?" tanya Lintang.

"Hai Lintang, sudah dong saya kan kuat," jawab Bayu menekan kata Kuat untuk menyindir Davit.

"Dasar jomblo," sinis Davit yang bisa didengar Bayu. Davit merutuki Bayu kenapa pria itu bisa tebar pesona saat Lintang datang.

"Saya hanya jomblo, bukan berarti saya tidak punya uang," jawab Bayu. Davit ingin sekali menghajar Bayu, tapi Lintang menahannya.

"Pak, masuk sini. Pak Davit harus istirahat biar besok bisa mengajar lagi di kampus," ucap Lintang.

"Iya, nanti usapin perut saya ya biar sembuh-nya cepet," ucap Davit yang sengaja suaranya dikeraskan. Bayu mengacungkan barbelnya tinggi-tinggi ingin melemparnya pada Davit. Namun Davit segera menarik Lintang untuk masuk ke rumah.

Bayu benar-benar tidak habis pikir dengan kelakuan Davit. Katanya tidak mencintai Lintang, tapi saat Lintang dekat dengannya, Davit sudah kalang kabut.

"Lintang, kamu tidak usah masak. Beli di go-food saja. Saya masih ada urusan," ucap Davit segera masuk ke kamarnya.

"Pak Davit mau ngajar?" tanya Lintang.

"Enggak, saya ada urusan paling penting. Kamu tidak usah kerja, istirahat saja di rumah. Telfon tuh bos kamu," ucap Davit dari dalam kamar. Davit segera mengganti pakaiannya dengan pakaian olahraga. Setelahnya pria itu keluar dengan tergesa-gesa.

Lintang dan Hukma menatap Davit dengan pandangan bingung. Davit hanya mengenakan celana panjang dan kaos olahraga.

"Pak, Pak Davit mau lari-lari?" tanya Lintang menyusul Davit.

"Tidak," jawab Davit.

"Pak Davit mau ke mana? Pak Davit masih sakit nanti malah sakit lagi."

"Saya kuat Lintang!" tegas Davit yang sama seperti Bayu, menekan kata Kuat. Lintang menghela napasnya saat melihat Davit menaiki mobilnya dan segera melajukan keluar dari pekarangan rumah.

Belah Duren Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang