10. Datang tak Diundang

782 57 9
                                    

Davit mendudukkan tubuh Lintang di sofa. Tidak mempedulikan tubuhnya yang saat ini basah kuyip, Davit segera mengambil kotak P3K untuk mengobati kaki Lintang yang terkena paku. 

"Pak, saya bisa sendiri. pak Davit tidak perlu repot-repot," ucap Lintang saat Davit menarik kakinya dan menumpukan pada kaki pria itu. Lintang merasa ini kurang sopan. Bagaimanapun Davit adalah dosennya, dan sekarang ia memberikan kakinya pada Davit. Iya sih dulu Lintang sangat ingin menendang Pak Davit, tapi melihat kebaikan Pak Davit membuatnya merasa tidak enak. 

"Diamlah. Bisa gak hati-hati dengan diri sendiri? Untung pakunya gak nancep, kalau pakunya nancep bisa infeksi," ucap Davit membersihkan darah segar yang keluar dari kaki Lintang. Davit mengerutkan alisnya saat melihat beberapa bekas luka yang ada di telapak kaki Lintang. 

"Kamu sering menginjak paku?" tanya Davit. 

"Enggak, Pak. Hanya beberapa kali, kadang juga kerikil lancip," kata Lintang. 

"Kamu gak pernah pakai alas kaki?" 

"Pernah, Pak. Tapi kalau musim penghujan kan ya dilepas. Takut sandalnya cepat rusak kena air," jelas Lintang. 

Davit menghela napasnya, pria itu menutup luka Lintang dengan kasa yang dililitkan ke telapak kaki Lintang. Mendengar penuturan Lintang yang sangat ceroboh membuat Davit kesal. Davit mengikat kasa di kaki Lintang dengan kencang membuat Lintang memekik. Namun Davit sama sekali tidak merasa bersalah. 

"Sudah, cepat mandi sana!" titah Davit. 

"Bukannya Pak Davit yang seharusnya mandi duluan?" tanya Lintang. 

"Saya bilang sama kamu cepat mandi, tandanya kamu dulu yang mandi. Saya heran kenapa kamu bisa naik sampai semester enam kalau memahami kata-kata saja kamu tidak bisa," kata Davit yang bibir pedasnya sudah kembali mode on. 

Lintang mendengkus, cewek itu segera berdiri dengan tertatih-tatih untuk menuju ke kamar mandi. Davit ingin membantu, tapi ia mengurungkan niatnya. Jangan sampai ia dicap sebagai dosen yang mesuum beneran oleh Lintang. 
Lintang segera mandi, ia tidak peduli bila luka yang dibalut kain kasa oleh suaminya harus basah lagi. Luka kecil seperti ini sudah biasa Lintang dapatkan, ia sudah tidak kaget lagi.

Setelah selesai mandi, Lintang teringat sesuatu. Ia belum membawa baju gantinya. Lintang menyambar handuk dan melilitkan di tubuhnya. 
Kemarin dan pagi tadi, Lintang mandi dengan membawa baju sekalian ke kamar mandi. Ia sadar sudah tinggal dengan seorang pria. Batasan-batasan seperti ini harus Lintang terapkan. Namun kesialan menimpanya saat melupakan bajunya. 

Lintang mengintip di lubang pintu, perempuan itu menghela napasnya lega saat tidak mendapati Davit di sekitar kamar mandi. Lintang berjinjit pelan keluar dari kamar mandi, perempuan itu juga merapatkan handuknya.

"Semoga dosen galak sudah masuk kamar," kata Lintang dalam hati. Saat tidak mendapati Davit di mana pun, Lintang segera berlari menuju kamarnya. Namun naas, lagi dan lagi kesialan itu harus Lintang terima dengan lapang dadaa. 

Buggghhh!

"Akhhh ...." Tubuh Lintang terpental hingga terjatuh saat ia menabrak sesuatu yang keras. Lintang terduduk di lantai dengan handuk yang sudah terbuka lebar. Mata Lintang mendongak, bibirnya tercekat saat melihat Davit tengah berdiri di hadapannya dengan pandangan yang melotot juga bibir yang menganga lebar. 

"Pak Davit tutup mata!" teriak Lintang segera membungkus kembali tubuhnya dengan handuk. 

Davit tidak menanggapi perintah Lintang yang menyuruhnya tutup mata. Davit masih terpaku di tempatnya, mengagumi bentuk tubuh istrinya yang sangat indah. Sekarang Davit menghapus penilaiannya tentang Lintang yang jelek, kalau sedang tidak pakai baju, Lintang sangat cantik. 

Belah Duren Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang