27. Suka dan Rindu

519 32 5
                                    


 Davit terbaring lemah di kamarnya, Bayu lah yang setia mengurus Davit yang terlihat sangat menyedihkan. Bayu sungguh merasa apes saat harus basah kuyup karena menolong Davit. Namun di sisi lain ia pun tidak tega melihat Davit yang rapuh seperti ini. Davit pun ingin dibawa ke kamar Lintang, saat ini pria itu pun memeluk guling Lintang dengan erat.

Bayu menelfon orang tua Davit, tidak menunggu waktu lama, Pak Seno dan Hukma lah yang datang. Pak Seno membantu Bayu mengganti pakaian Davit. Wajah Davit juga pucat pasi seolah hidup segan mati tak mau.

Saat ini Davit sudah berganti pakaian, pria itu kembali berbaring sembari memeluk guling yang biasa dipeluk Lintang. Harum khas Lintang, Davit hirup dalam-dalam. Ia sangat merindukan istrinya. Tenaga Davit benar-benar sudah habis untuk semalaman mencari istrinya ditambah bertemu preman yang menghajarnya.

"Kak Davit, makanya jadi orang jangan sok-sokkan. Istri ada diusir, istri minggat dicariin," ujar Hukma dengan marah. Hukma mengompres lebam kakaknya dengan menekan-nekannya kasar.

"Heh, jangan KDRT sama kakak sendiri," tegur Bayu menepis tangan Hukma.

"Kamu juga, pasti kalian lah yang membuat Lintang minggat," kata Hukma yang kini menuduh Bayu,

"Kok jadi saya yang disalahin?" tanya Bayu yang mulai ngegas.

"Saya sudah baik hati menolong Davit dari preman-preman itu, dan sekarang saya mengantarnya pulang masih disalahin?" ulang Bayu lagi.

"Kamu kenapa nempel terus sama Kak Davit? Atau jangan-jangan kamu?" Hukma bertanya sembari memelototkan matanya. Saat pemikirannya mengarah pada Bayu 'Gayy; membuat Hukma menutup mulutnya rapat-rapat. Hukma juga menatap bayu yang tampak perhatian kepada kakaknya. Hukma menggelengkan kepalanya, sedangkan Bayu menatap Hukma dengan bingung.

"Kamu kenapa, sih?" tanya Bayu pada Hukma.

Hukma masih menutup mulutnya, mata Hukma menatap Bayu dan Davit bergantian. Sejak kembalinya Bayu ke Indonesia, Hukma selalu melihat Bayu menempel pada kakaknya.

"Pak Bayu, saya gak menyangka Pak bayu melenceng, Istighfar, Pak," ucap Hukma lagi.

Mengerti apa yang dipikiran Hukma, Bayu pun segera berdiri menatap Hukma dengan garang, "Kamu pikir saya belok?" teriak Bayu dengan kencang.

"Kan Bapak belok, kan. Kenapa bapak terus nempel sama pak Davit? Pak sadar, Pak," oceh Hukma dengan bertubi-tubi.

"Keterlaluan kamu Hukma," desis Bayu mendorong tubuh Hukma hingga tubuh perempuan itu terbentur tembok.

"Kamu bilang saya belok? Kamu gak lihat otot saya kekar-kekar begini, kalau saya belok ga mungkin saya begini. Saya laki-laki tulen, suka sama yang punya dadaa dan lubang daripada yang punya pedang," desis Bayu lagi merapatkan tubuhnya dengan tubuh Hukma. Bayu menundukkan kepalanya melihat tubuh Hukma yang sedikit berisi.

Tahu arah pandangan Bayu, membuat Hukma dengan sekuat tenaga mendorong tubuh Bayu, "Dasar mesuum!" teriak Hukma dengan kencang.

"Saya akan perlihatkan betapa mesum-nya saya," ucap bayu mencengkram tangan Hukma lagi dengan kencang. Bayu merendahkan wajahnya sampai di hadapan Hukma. Wajah Hukma terasa memanas saat hembusan napas Bayu menerpanya.

"Pak, Pak Bayu mau apa?" tanya Hukma yang sedikit gugup.

"Kenapa gugup? Saya akan memperlihatkan betapa mesum-nya saya," kata Bayu mendekatkan bibirnya ke bibir Hukma, Belum sempat menempel, Hukma menendang tubuh bawah Bayu dengan kencang.

Duaghhh!

"Akhhhh!" teriak Bayu dengan kencang. Bayu jatuh terduduk mengenaskan di lantai, pria itu memegangi area bawahnya yang sangat sakit.

Belah Duren Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang