33. Gila Karena Cinta

690 27 1
                                    


Di malam yang sungguh gelap ini, Hukma memegang lilin seraya menjaganya agar tidak padam. Sedangkan Bayu sibuk mengulek bawang putih, bawang merah, dan bumbu lainnya untuk membuat nasi goreng. Pria itu tampak lihai memasak. Untuk sejenak, Hukma berhalusinasi dengan lengan Bayu yang sangat kekar. Andai ia bersandar di sana, pasti rasanya akan menyenangkan. Hukma mencecap bibirnya sendiri seolah membayangkan Bayu adalah santapan yang sangat lezat. Pria idaman Hukma seperti di drama romansa yang selalu ia tonton, bisa segalanya dan yang pasti sangat pengertian. Seketika Hukma menggelengkan kepalanya, Bayu bukan pria pengertian. Bayu adalah pria gila yang ternyata diam-diam suka ngepet.

"Hukma, bawa lilinnya ke sini. Aku mau ambil garam," ucap Bayu. Hukma segera mendekati Bayu.

"Pak Bayu, sudah yakin kalau bisa masak?" tanya Hukma yang sangat penasaran.

"Apa sih yang gak saya bisa," jawab Bayu dengan sombong.

"Narsis amat jadi orang," ketus Hukma.

"Bukan narsis, memang itu kenyataannya. Kalau saya ikut ajang master chef, jurinya insecure melihat saya," kata Bayu sembari meraih garam dari toples bekas sosis.

"Sekarang kamu duduk anteng di sana, saya buatkan nasi goreng yang bikin lidah kamu goyang," ucap Bayu. Hukma pun menurut seraya duduk di ruang makan.

Hukma seolah sudah lupa kalau ia meninggalkan kakak iparnya di sebelah. Kini Hukma menatap nasi goreng buatan Bayu. Harum bumbu yang ditumis menggunakan minyak panas membuat perut Hukma keroncongan.

"Ahhh wangi sekali," ucap Hukma tanpa sadar. Bayu hanya tersenyum kecil. Pria berotot itu kini tengah memasak nasi goreng, menggoyangkan wajan seperti seorang ahli.

"Pak Bayu bisa aja goyangin wajan-nya," celetuk Hukma.

"Sering goyang pinggul, makanya jago goyang wajan," jawab Bayu.

"Ih Pak Bayu suka rusuh," cibir Hukma.

"Kamu mau nyoba?" tanya Bayu.

"Enak saja, jijik sama Pak Bayu yang bekas goyang sama banyak cewek."

"Saya cowok baik-baik, Hukma. Saya memang rusuh di mulut, aslinya polos banget aku tuh," ucap Bayu yang membuat Hukma mencebikkan bibirnya.

"Polos atau sok polos. Dasar gak tahu diri."

"Saya memang polos. Kamu gak tau karena belum PDKT sama saya."

"Ogah banget PDKT sama Pak Bayu. Mending saya sama Lee Min Ho."

"Lee Min Ho yang ogah sama kamu."

Hukma tidak membalas lagi ucapan Bayu, perempuan itu memilih diam daripada nanti semakin berkepanjangan.

"Nih nasi goreng ala Bayuaji Sang Dosen Tipologi Bangunan multitalenan," ucap Bayu saat nasi gorengnya sudah matang.

"Multi talenta, Pak," ralat Hukma ingin menggetok kepala Bayu dengan spatula.

Bayu terkekeh pelan, pria itu mengambil dua piring dan menuangkan nasi goreng dengan sama rata.

"Nih silahkan makan. Kurang baik apa saya jadi orang. meski saya selalu dizolimi sama kakak kamu, saya tetap memperlakukan kamu dengan baik," ujar Bayu. Bayu mengambil toples kerupuk dan mendekatkan pada Hukma.

"Makan tanpa kerupuk seperti eek tanpa pipis," ucap Bayu. Hukma menarik napasnya dalam-dalam. Sabar ... Sabar ... orang sabar jodohnya anak tunggal kaya raya, batin Hukma.

Hukma memakan masakan Bayu dengan lahap. Untungnya masakan Bayu memang enak dan sangat pedas membuat selera makan Hukma meningkat.

Di sisi lain, Lintang tidak bisa tidur meski Davit sudah ngorok-ngorok. Davit benar-benar tidak tahu diri. Sudah memaksanya tidur, menindihnya, dan kini membiarkannya tidak bisa tidur karena degupan jantungnya yang bertalu-talu. Hati Lintang seolah bermekaran bunga matahari yang sangat menghangatkan. Biasanya tidur Lintang gelisah karena mengingat kecelakaan ibu dan ayahnya, tapi kini kegelisahan saat malam hari hilang menguap entah kemana. Namun tetap saja Lintang tidak bisa tidur. Ia sudah mencoba memejamkan matanya berkali-kali, tapi tidak kunjung berhasil.

Belah Duren Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang