35. Cinta Sejati

476 21 5
                                    


 "Kalian kenapa harus ke sini malam ini?" tanya Lintang yang sudah lelah dengan kelakuan Bayu, dan sekarang ditambah lagi CEO Pesona Jaya yang seharusnya saat malam istirahat di rumah sambil nonton bocah kembar gundul, malah keluyuran sampai rumah mertuanya.

"Lintang, saya datang ingin mengajak kamu ke pasar malam. Katanya kalau pasangan naik bianglala dan saat di atas melakukan ciuman, cintanya akan berlayar terus menjadi cinta sejati," jawab Bayu.

"Kamu lupa kalau Lintang istri saya?" tanya Davit memelototkan matanya.

"Kontraknya akan segera berakhir," jawab Bayu.

"Baji-"

"Sudah, diam!" teriak Lintang saat suaminya akan mengeluarkan umpatan.

"Lintang, aku tahu pernikahan kita kontrak. Dan kita sudah sepakat untuk pacaran saling mengenal satu sama lain," kata Davit mengeratkan rangkulannya pada Lintang.

Aidan mencerna kata-kata Davit, pria itu menganggukkan kepalanya tatkala sudah mengerti dengan garis besar hubungan Lintang.

"Terus kenapa Mas Aidan ke sini? Mas Aidan juga tidak mengirimi aku pesan," tanya Lintang.

"Aku mau ajak kamu ketemu temanku yang arsitek, biar kamu sekalian belajar," jawab Aidan.

"Tapi Pak Bayu dan Mas Aidan datang di saat yang tidak tepat. Sekarang aku sudah janjian mau keluar sama Pak Davit," ucap Lintang.

"Bukan Pak, Lintang," tegur Davit yang membuat Lintang, Bayu dan Aidan melongo menatap Davit.

"Kalau bukan Pak Davit, lalu siapa?" tanya Lintang.

"Mas," jawab Davit.

"Hah?" tanya Lintang, Bayu dan Aidan dengan kompak. Davit mengernyitkan dahinya.

"Mas Davit, bukan Pak Davit. Saat di kampus kamu mahasiswi saya, tapi saat di luar kamu adalah istri saya," jelas Davit.

Sontak ucapan Davit membuat Lintang, Bayu dan Aidan tertawa terbahak. Sedangkan Davit menatap ketiga orang di sebelahnya dengan raut bingung.

"Hahaha ... Mas? Mas-alah yang ada," ujar Bayu yang masih tertawa. Davit yang merasa ditertawakan pun maju ingin menendang Bayu, tapi Lintang segera menahannya.

"Haishh, diam!" titah Lintang memegang perut Davit.

"Kamu gak pantes dipanggil Mas. Kalau Mas Aidan itu lebih pantas daripada Mas Davit," ucap Aidan.

"Aidan, aku belum memberimu pelajaran saat terakhir kali kita bertemu di kampus," ujar Davit dengan galak. Davit juga menyugar rambutnya siap menerjang Aidan, tapi Lintang semakin mengeratkan pelukannya pada Davit.

"Pak Davit, tahan. Jangan pakai emosi," bisik Lintang.

"Gak boleh emosi gimana coba? Mereka berdua sudah menghancurkan kencan pertama kita. Dan kini mereka juga mengawali keributan. Kamu pikir kesabaran saya sampai mana? Kesabaran saya ada batasnya, Lintang," desis Davit.

"Lintang, mama menyuruh kamu membawa masuk tiga pria itu," teriak Hukma yang keluar dari rumah.

Bayu yang melihat Hukma segera mendatangi perempuan itu. Hukma menatap tidak berkedip ke arah depan, matanya melotot dan bibirnya menganga lebar.

"Oh Tuhan, sekarang di depanku ada cowok sangat tampan seperti pangeran di negeri dongeng, alisnya tebal, hidungnya mancung, bentuk tubuhnya sangat bagus," ujar Hukma masih menatap ke depan.

Bayu yang merasa ditatap Hukma pun menyugar rambutnya dengan gaya slow motion. Bayu juga membenarkan bajunya seolah-olah pria itu adalah model busana.

Belah Duren Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang