16. Suka Atau Tidak Suka

617 34 5
                                    

Hukma membelikan obat diare untuk Pak Davit dan Pak Bayu. Sedangkan Lintang mengambilkan air hangat untuk kedua dosen yang saat ini kehilangan wibawanya. 

"Pak Bayu, Pak Davit, silahkan minum dulu biar sakitnya reda," ucap Lintang menyerahkan air minum satu-satu. 

"Lintang, panas," rengek Davit setelah menempelkan bibirnya ke gelas. Pria itu menyodorkan gelasnya lagi pada Lintang. 

"Pak ini hangat. Air hangat cocok untuk penderita diare," ucap Lintang menyerahkan kembali gelasnya. 

"Tapi panas, bibirku semakin panas ini, tiupin!" pinta Davit. 

Lintang menahan dirinya untuk tidak menghujat Davit. Saat makan ramen pedas saja sok-sokkan kuat, tapi setelahnya langsung lemas kayak kerupuk disiram air. Lintang mengambil gelas Davit dan meniupnya perlahan. 

"Maksudnya tiupin bibirku yang panas," ucap Davit yang membuat Lintang semakin memelototkan matanya. 

"Pak, Pak Davit apa-apaan sih kayak gitu? Tadi saja sok bisa makan pedas, sekarang sakit perut rewelnya minta ampun," ucap Lintang dengan kesal. Bukannya takut dengan kemarahan Lintang, Davit malah semakin merengek. 

"Lintang, panas ...." rengek Davit yang persis anak usia lima tahun yang sedang manja dengan emaknya. Lintang menarik napasnya dalam-dalam, emosinya benar-benar dipermainkan oleh Davit. Dengan kesal Lintang mendekatkan bibirnya dengan bibir Davit, perempuan itu meniup-niup bibir Davit dengan pelan. Davit melirik Bayu yang juga meliriknya, dalam hati Davit tersenyum penuh kemenangan. Ia merasa satu langkah lebih hebat dari Bayu. 

"Rasain jomblo ngenes," batin Davit.
 
"Awas saja kamu. Saat ini kamu tersenyum di atas penderitaaku, ada gilirannya aku tertawa melihat kesedihanmu," ucap Bayu yang juga dalam hati. Mereka seolah bisa bicara via telepati. Sembari melirik, Davit mencebikkan bibirnya dengan sinis ke arah Bayu, begitu pun dengan Bayu. Kedua pria dewasa itu tengah perang dalam diam.

Hanya karena satu perempuan, wibawa kedua dosen itu sudah runtuh. Davit sang dosen yang terkenal galak dan pelit nilai saat ini mati-matian mencari perhatian Lintang, begitupun sang dosen Tipologi Bangunan bernama Bayu yang turut haus perhatian Lintang.  
 
"Lintang, aku bawain nih obatnya!" teriak Hukma yang datang tergesa-gesa menghampiri Lintang. 

Lintang segera menerima obat itu, ia memberikan satu persatu pada Davit dan Bayu. "Ini silahkan diminum. Aku akan ambilkan handuk buat kompres perut biar lebih enakan. Pak Bayu punya handuk kecil apa enggak?" oceh Lintang. 

"Ada di kamar mandi, tapi hanya satu," jawab Bayu. Lintang mengangguk, perempuan itu segera mengambil handuk dan air hangat untuk mengompres suami dan pak Bayu. 

Setelah mendapat apa yang ia butuhkan, Lintang segera menghampiri dua pria dewasa yang kelakuannya persis seperti bocah itu. 

"Pak Davit, duduk yang tegak biar aku kompres," ucap Lintang. Davit duduk dengan tegak yang memperlihatkan perutnya one pack alias rata dan punya satu belut yang sangat memalukan.

"Lintang, saya juga mau dikompres," ucap Bayu melepas bajunya dengan cepat dan memperlihatkan bentuk tubuhnya yang ber-abs, sangat kotak-kotak dan pelukable. Lintang membulatkan matanya seraya bibirnya menganga lebar. Tahu arah padangan Lintang membuat Davit ikut memandang ke arah Bayu.

Hidung Davit kembang kempis melihat Bayu yang melepas bajunya memperlihatkan perut bagusnya. Bayu menatap Davit dengan senyum penuh kemenangan seolah berkata 'Perut gue lebih bagus'.

Dengan spontan Davit menutup mata Lintang dengan telapak tangannya, "Kita kompres-kompresan di rumah," ucap Davit segera menarik Lintang keluar dari rumah Bayu. 

Belah Duren Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang