15. Aksi Tonjok

635 38 10
                                    

Davit menghampiri Lintang, pria itu menarik tangan istrinya dan membawanya keluar kamar mandi, "Kamu kenapa sih pakai ngintip? Apa maksud kamu kalau kamu suka yang perkasa?" tanya Davit dengan kesal. 

"Lah, Pak Davit memfitnah saya kalau saya suka yang banyak duitnya. Saya kan gak begitu meski begitu juga," kata Lintang mengoceh. 

"Apa maksud kamu, sih? Gak suka yang banyak duitnya tapi juga suka?" tanya Davit. 

"Ehehe ... kadang suka yang banyak duitnya, kadang suka yang perkasa," jawab Lintang cengengesan. 

Davit menatap tajam istrinya, dengan Lintang ia berhasil jungkir balik sampai koprol-koprol. Hatinya juga berhasil diporak-porandakan Lintang, terlebih ia rela balapan makan cabai dengan si pengganggu, Pak Bayu. 

"Ayo kita pulang!" ajak Davit menarik tangan Lintang. 

"Tapi Pak Bayu masih di dalam," kata Lintang. 

"Jangan pikirkan Pak Bayu. Pak Bayu punya kaki sendiri buat jalan," jawab Davit. 

"Tapi mobil Pak Bayu masih di kampus." 

"Dia punya uang untuk memesan taksi," jawab Davit. Davit menarik Lintang sampai keluar dari restoran ramen. sedangkan Hukma sudah menunggu di sana setelah membayar.
 
"Kak Davit, kak Davit baik-baik saja kan makan pedas?" tanya Hukma yang khawatir. 

"Baik," jawab Davit. 

"Kalau baik kenapa bibirnya sampai jontor begitu?" tanya Hukma. Davit menutup bibirnya dengan spontan, Lintang menatap wajah Davit yang masih berkeringat. 

"Lain kali gak usah makan pedas kalau gak bisa makan, Pak," ucap Lintang. 

"Lintang, saya nebeng pulang, ya," ucap Pak Bayu yang datang menyusul mereka. Davit mengepalkan tangannya. Bisakah Bayu musnah saja dari dunia ini? Setiap saat Bayu mengganggu hidupnya. 

"Pak Bayu, apa Pak Bayu tidak malu nebeng di mobil suami istri?" tanya Davit. 

"Pak, kita teman kuliah kalau Pak Davit lupa. Dan lagi, Lintang hanya istri kontrak. Istri kontrak jangan Pak Davit anggap serius, kasihan Lintang yang terus Bapak kekang. Mulai saat ini Lintang harus dekat dengan pria lain, supaya kalau Pak Davit menceraikannya nanti, Lintang bisa mendapatkan pria yang bisa menyayanginya apa adanya," bisik Bayu di telinga Davit. Davit tercekat, bibir pria itu terasa kelu. 

"Pak, jadi kita pulang?" tanya Lintang. Davit mengangguk, pria itu segera menuju ke mobilnya dan duduk di kursi kemudi. Lintang pun menyusul suaminya duduk di bangku depan, sedangkan Hukma dan Bayu di belakang. Tanpa sepatah kata pun Davit segera melajukan mobilnya membelah jalanan. Beda dengan saat berangkat tadi yang riuh karena Bayu yang menggoda Lintang, sekarang suasana sangat awkward saat Davit menampilkan raut datarnya. Lintang yang merasakan perubahan mood Davit yang sangat kentara pun hanya bisa diam. Ia beberapa kali ingin membuka suaranya, tapi ia tahan dan mengatupkan bibirnya lagi.  

Suasana canggung berlangsung hingga mereka sampai ke rumah. Bayu segera turun dan menuju ke rumahnya. Lintang menatap Bayu dan Davit yang tampak aneh. Setelah Bayu berbisik pada Davit, kedua pria dewasa itu sama-sama bungkam. Davit keluar dari mobilnya dan membanting pintunya kencang, hingga membuat Lintang tersentak. 

Perasaan Davit tidak terima dengan ucapan Bayu, tapi itulah adanya. Ia tidak boleh egois, tapi ia pun tidak bisa membiarkan Lintang berdekatan dengan pria lain selain dirinya. Davit harus apa? Ia tidak tahu juga apa yang harus ia lakukan. 

"Pak, Pak Davit. Apa saya salah ngomong sama Pak Davit?" tanya Lintang mendekati Davit. Melihat keterdiaman Davit, membuat Lintang takut dan was-was. 

"Tidak. Kamu istirahatlah, saya mau ke kamar mandi dulu," ucap Davit. 

Belah Duren Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang