Bosan bosan bosan bosan bosan bosan bosan bosan bosan bosan bosan bosan bosan bosan bosan bosan bosan bosan bosan bosan bosan bosan bosan bosan bosan bosan bosan bosan bosan bosan bosan bosan bosan bosan bosan bosan bosan bosan bosan bosan bosan bosan bosan bosan bosan bosan bosan bosan bosan bosan bosan bosan bosan bosan bosan bosan bosan bosan bosan bosan bosan bosan bosan bosan bosan bosan bosan bosan bosan bosan bosan bosan bosan bosan bosan bosan bosan bosan bosan bosan bosan bosan bosan bosan bosan bosan bosan bosan bosan bosan bosan bosan bosan bosan bosan bosan bosan bosan.
Sebuah alat pemintal alternatif yang sudah susah payah ku buat selama menahan diri agar tak tertawa di depan Tsukasa pun pada akhirnya hancur sendiri karna ku genggam, padahal aku sudah nyuruh bebeb taiju untuk ga pegang biar ga hancur, ujung ujungnya malah ku hancurkan sendiri.
Pembicaraan mereka berdua lumayan lama, bahkan mungkin sampai ke arah tempatnya Senku, alias tempat ku tengah memintal kain sekarang, sudah jelas mereka ada di rumah pohon dan aku ada di area bawah rumah pohon yang sudah sejak kemarin kemarin ku jadikan base camp. Bahkan aku tak sengaja mendengar seluruh rencana Tsukasa dan si manusia sus itu.
Muka muka Asagiri gen, padahal hanya firasat ku dulu, tapi sekarang ketahuan dia tipikal cowo sampah yang kuat kaga tapi imajinasi nya gede, joni nya kecil tapi imajinasi nya lebih liar. Ngaku nya lurus padahal tingkahnya lebih sus dari pada diriku sendiri, atau pasangannya yang akan sus ya? Ah bodo lah aku juga kurang peduli, untuk sekarang aku ambil saja ranting kayu yang baru dan membuat alat pemintal sederhana dan mudah di buat.
Kalau Yuzu tau aku berleha leha disini bukan hanya sebuah gigi taring yang dijadikan jarum, akan terlempar ke arah ku, melainkan sebuah tengkorak utuh bisa saja melayang.
"Sudah ku duga kau tetap melanggar aturan, bukankah sudah ku bilang agar tak pergi ke daerah sini?"
Ah muncul sudah, si primata ini langsung mengaum begitu si mentalist pergi. Aku bahkan cuma bisa menguap bosan didalam batin karna harus berpura pura menurut dan menjadi sister figure yang lucu untuk dirinya sendiri, menyedihkan tapi mau gimana lagi, toh sejak awal aku juga anak bungsu, menjadi seorang adik ideal itu paling mudah, paling mudah untuk ku tangisi dalam diam karna aku aja belum pernah ketemu Abang kakak ku lagi sekitaran satu dekade sebelum pembatuan.
Ini lebih menyedihkan. Terlalu menyedihkan karna aku ingatnya ditengah tengah gendongan Tsukasa kemarin. Lagian kenapa ingatan kayak gini yang lebih penting dari arsip negara dan arsip orang orang hilang secara misterius bisa muncul begitu saja ditengah tengah akting ku?! SETIDAKNYA MUNCULLAH SEBELUM RENCANA KU DIMULAI!
KEBERUNTUNGAN KU SEJELEK INI KAH, WALAU AKU SELALU BERADA DI UJUNG MAUT SEKITARAN 90 KALI SELAMA SETAHUNAN DAN BERAKHIR TIDAK JADI MATI SECARA TERUS MENERUS.
Ah sudahlah Dewi Fortuna mungkin saja membenci ku karna aku pernah menyangkal mempercayai hal begituan seumur hidup, bahkan sampai sekarang pun aku ga percaya dia ada, yang palingan tu Dewi juga membatu, bodo amat dah sama apa yang namanya dewa Dewi toh aku Kristen, kena tulah mampus sendiri.
Kira kira apa yang tengah senku lakuin ya? Apa dia langsung dapat istri di sana? Ah mana mungkin, tebakan ku juga biasanya selalu salah padahal aku sampai dapat kompetisi sains nasional modal cap cip cup dari pensil, apa apaan ini masa iya roh penjaga betulan ada dan membuat ku masuk kompetisi dan kalah di semi final tingkat internasional.
Ah imajinasi ku jadi mangkin liar karna ga ada kamera ataupun hp, jangan kan itu buku buku sejarah atau seni budaya pun tampaknya ga mungkin selamat dari sini, lagian siapa yang mau memberikan hal gituan ke aku ya. Rasanya pengen peluk Lucy, andai dia masih di Jepang.
Ah iya nyaris lupa mau balas ucapan ni human yang punya rambut ala ala Tarzan.
"Gomen, habisnya ditempat ini aku sedikit tenang. Dulu, ini taman bermain yang ku kunjungi bersama kakak dan Abang ku."
Ga boong, betulan, dengan segala letak geografis apalagi dengan patokan pohon kamper yang melindungi Yuzuriha dengan sepenuh hati padahal aku yang menyiramnya dan memotret tiap pertumbuhannya setiap hari. Perhitungan ku secara tebak tebakkan maka kemungkinan ini betulan taman bermain dekat sekolah, emangnya kapan aku berbohong soal apapun? gender ku ke Tsukasa? Dia sendiri yang berasumsi aku cewe, sebagai sesama manusia maka aku kabulkan bahwa tebakannya ga salah, biar dia senang sendiri.
"Ah..."
Lihat lihat! Mukanya langsung tanpa cahaya lagi, walau biasanya udah suram kali ini tambah suram. Shishio Tsukasa, andai kita ketemu lebih awal, mungkin kau akan bertingkah seperti senku saat aku bilang hal begitu.
Apa yang akan tu manusia lakukan? Sudah jelas lah, menendang ku sampai mampus atau memukul ku memakai sapu. Karna aku sendiri sudah benci kakak Abang ku sejak dulu kala, memasang muka sok sedih hanya akan menambah jijik yang sejijik jijiknya. Hanya Lucy dan kaa-san yang ku sayang, untuk tou-san harap dia baca ini dan segera balik ke dunia sini, jangan kelayapan di dunia orang apalagi nyasar seperti sebuah karakter anime.
Yang jelas ayahku bukan Zoro.
Kalo muridnya mungkin saja.
"Kalau begitu aku pergi dulu. Pakai saja tempat ini sesuka mu, tapi hanya kau sendiri, jika terdapat tingkah mencurigakan maka kau akan ku pukul seperti cara aku membunuh Senku" Ucap Tsukasa dengan penuh penekanan.
Kau kira aku takut? Nyeh, kaga, lebih seram saat kaa-san kumat dan mendandani ku seperti perempuan, atau seperti saat Lucy yang tiba tiba membawa undangan pernikahannya ke kediaman ku dan memaksa ku menjadi penata riasnya.
Selain dua hal itu belum ada hal lain yang mampu menakuti ku, tiga hal tersebut benar benar menyeramkan dari lahir batin sampai sekarang.
Skian.
(Name) POV End
Begitulah sebuah kain mulai dilipat kembali dan benang lainnya mulai ditarik untuk kembali dijadikan sebuah kain dalam sekejap.
Seluruh benang yang sebelumnya telah diseleksi oleh Yuzuriha pun pada akhirnya langsung dalam sekejap kembali ke tangan (Name) yang sudah membuat alat pemintal sederhana miliknya sendiri.
Pandangan pemuda dengan selimut keberuntungan yang bahkan tak pernah ia sadari seumur hidup itu pun mulai menatap lurus dengan apa yang ada di depannya, seekor kucing hitam.
KAMU SEDANG MEMBACA
Shankara (Dr. STONE x Male! Reader)
FanficBukan sihir bukan juga sebuah sains. INI CUMA HOKI HOKIAN AJA DUDE!_(Name) ..... Keknya salah sih w ngarep elu berguna._Senku not a bl or bxb. Just a normal stories with some cringe joke inside.