07. Kandas Juga

217 42 16
                                    

Terima kasih atas vote dan komentarnya ...

- 𝘼𝙔𝘼𝙍𝘼 𝘿𝘼𝙉 𝙍𝘼𝙃𝘼𝙎𝙄𝘼𝙉𝙔𝘼 -

"Keenan?"

"Hai."

Ayara mengerutkan dahinya tidak percaya, bagaimana pun Keenan Mahendra ini merupakan putra tunggal dari Pak Mahendra, seorang pengusaha. Kehadirannya dengan pakaian seragam karyawan resto di sini jelas membuat Ayara bingung dan terheran-heran.

Sebut saja Keenan sebagai anak paling beruntung di muka bumi ini. Lahir di keluarga berkecukupan, apa-apa bisa dia dapatkan, kasih sayang orang tua mengalir, juga telah dipersiapkan jodoh tanpa perlu mencari. Enak sekali cowok satu ini.

"Lo kenapa kerja?" tanya Ayara masih tidak percaya. "Enggak, ini pasti cuma mimpi, iyakan?"

"Bukannya lagi sakit, ya?" Keenan balik bertanya.

"Tadi pagi doang," jawab Ayara. "Lebih ke males sekolah aja kayaknya."

"Tolol."

"Lo ngapain kerja, Ken?" tanya Ayara gemas sendiri.

"Kata Ayah gue harus memulai dari nol," jawab Keenan. "Soalnya dulu Ayah juga begitu."

Ayara membuka mulutnya tidak percaya, ia melipat kedua tangan di bawah dada sambil tak lupa untuk geleng-geleng kepala. Dia pikir menjadi anak pengusaha itu akan enak, tapi rupanya setiap orang tua mempunyai cara tersendiri untuk membangun karakter seorang anak.

"Keren!" seru Ayara, ia tak segan mengacungkan kedua jari jempolnya. "Hebat lo."

Keenan tersenyum sedetik. "Biasa aja."

"Dengar gue baik-baik, ya. Gue ini senior elo di resto ini, jadi lo harus nurutin saran gue," oceh Ayara dengan semangat membara. "Harus full senyum kalo nyapa pelanggan, terus kalo ada kesalahan jangan lupa minta maaf, pokoknya walau yang salah bukan kita, kita harus tetap berusaha ramah."

"Ribet," kata Keenan.

"Ken!" Ayara memanggilnya tegas. "Biar pelanggannya balik lagi ke sini, berikan pelayanan terbaik supaya pelanggan gak kecewa."

Keenan menaikan sebelah alisnya. "Gue punya wajah gue."

"A-apa?"

Keenan mengambil nampan berisi satu paket pesanan yang baru selesai dibuat, ia melangkahkan kakinya menuju ke tempat tujuan. Menaruh satu persatu pesanan di meja tersebut, membuat pelanggan gadis itu terkagum-kagum hingga tak berkedip melihatnya.

"Curang, sih," ujar Ayara sambil berkacak pinggang. "Cih, cewek murahan!"

"Dijaga ekspresinya, tuh!" sindir Keenan saat melihat ekspresi julid Ayara timbul begitu saja. "Gimana?"

"Keren, sih," kata Ayara. "Tapi kalo menurut gue itu jijik. Kenapa? Karena kalo sampe Anjani cemburu dan sakit hati, gue pites tangan lo, ya."

"Ternyata benar, ya."

"Apa?"

"Lo sangat peduli sama teman-teman lo."

Ayara tertawa, dia menepuk-nepuk lengan Keenan sebagai cara untuk melampiaskan tawanya. Keenan sempat mundur karena risih dipukuli, tapi Ayara malah maju tak mau memberhentikan pukulannya.

"Ra, stop!"

Ayara berhenti tertawa. "Sahabat itu ibarat organ tubuh, kalo salah satunya gak ada, ya jelas gak lengkap."

"Iyain aja, deh."

- 𝘼𝙔𝘼𝙍𝘼 𝘿𝘼𝙉 𝙍𝘼𝙃𝘼𝙎𝙄𝘼𝙉𝙔𝘼 -

Ayara dan RahasianyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang