26. Masih Ada Yang Peduli

185 47 20
                                    

- 𝘼𝙔𝘼𝙍𝘼 𝘿𝘼𝙉 𝙍𝘼𝙃𝘼𝙎𝙄𝘼𝙉𝙔𝘼 -

"Gak perlu." Anjani mendahului Ayara yang bersiap untuk menjelaskan. "Gue gak butuh penjelasan apapun dari cewek gila, gak tahu diri, gak punya hati kayak lo. Cewek yang berlagak sok baik tapi ternyata nusuk."

Keenan mencengkram lengan Anjani, sorotnya menajam memberi peringatan kepada perempuan yang sudah lama tinggal se-atap dengannya. Menerima perlakuan seperti ini membuat Anjani semakin yakin, bahwa ada hubungan di antara Keenan dan Ayara.

Dengan kasar Anjani menghempas cengkraman Keenan, tak bisa dipungkiri bahwa cowok itu mencengkramnya begitu kuat sehingga ada bekas kemerahan di sana.

"Lo brengsek, Ken!"

"Lo yakin gak mau dengarin penjelasan sahabat lo?" tanya Keenan. "Gue rasa lo pada harus dengarin dulu apa yang sebenarnya terjadi, deh."

"Gak perlu," tolak Anjani. "Gue gak bakalan percaya. Cewek busuk macam Ayara pasti ngebuat skenarionya sendiri."

"Dengar gua!" tukas Keenan bernada tegas. "Lo pada sahabatan berapa hari? Kemarin sore? Sadar, kalian sahabatan dari masih kecil. Masa, perkara spele begini kalian mau pecah."

"Lo belain Ayara secara terang-terangan, Ken," ujar Adelia. "Gue gak nyangka. Ternyata ada yang lebih keji dari Nathan, dan ada yang lebih busuk dari Jovanka."

Keenan mengusap wajahnya frustasi, ia berbalik menghadap ke Ayara yang masih duduk di ranjang rumah sakitnya itu. Cewek bertubuh kurus dengan infusan di lengannya itu terlihat diam, dia kehilangan kekuatan untuk menjelaskan karena terlanjur diserang bersamaan.

"Oke, pergi aja," ujar Ayara pada akhirnya. "Semua yang gue jelasin juga bakalan percuma. Jadi lebih baik pergi aja, deh."

"Oke!" Anjani mengiakan, dia menjadi orang pertama yang pergi dari sana.

"Gue juga!" sahut Adelia menyusul kepergian Anjani.

"Maaf Ra, tapi gue kecewa," timpal Aruna, dia juga pergi.

Ayara menatap Ayu dan Alin bergantian, dia menunggu apakah mereka akan bersikap seperti ketiga sahabatnya itu atau justru menetap. Alin menggelengkan kepalanya, ia berbalik dan melenggang pergi tanpa bicara apapun.

"Ayu," panggil Ayara.

"Maaf Ra," ungkap Ayu, ia juga melenggang pergi dari sana.

Menghilang.

Tidak ada yang menetap.

Ketika Ayara berada di titik terendahnya, dia malah ditinggalkan. Sahabat-sahabat yang ia pastikan akan memberinya kekuatan itu, justru pergi dari hadapannya.

Keenan kebingungan, tapi dia tetap memaksa menghampiri Ayara yang terlihat menunduk dalam dengan bahu yang bergerak naik turun. Sebelah tangan Keenan terangkat dengan ragu, ia menepuk punggungnya sebelum pada akhirnya merengkuh tubuh Ayara ke dalam dekapannya.

"Lepas, Ken."

Keenan menggeleng. "Tenangkan diri lo dulu, baru gue lepas."

"Anjani yang lo tenangin, bukan gue."

"Gue pernah bilang sama lo, 'kan? Kalo ikatan kalian kuat, masalah segede apapun bakalan cepat kelarnya."

"GUE MAU MATI, KEN!"

"TUTUP MULUT LO, AYARA!"

Berani membentak maka harus menerima balasannya.

"Lo sendiri yang bilang bakalan sembuh, 'kan? Lo sendiri yang yakin bahwa lo bakalan sembuh. Tapi apakah hanya sampai di sini, Ra? Enggak, lo gak begitu."

Ayara dan RahasianyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang