18. Dia Ingin Melihat Senja

181 44 13
                                    

Terima kasih atas vote dan komentarnya ...

- 𝘼𝙔𝘼𝙍𝘼 𝘿𝘼𝙉 𝙍𝘼𝙃𝘼𝙎𝙄𝘼𝙉𝙔𝘼 -

Ayara tidak tahu bahwa rasa sakit di kepalanya akan timbul kapan saja, padahal dia sudah minum obat pereda nyeri sebelum pergi ke sini.

"Arga."

"Ya?"

"Aku boleh tidur sebentar?"

"Di kamar saja, aku gak akan nyamperin kamu, kok."

"Gapapa, aku tidur di sini aja."

"Ay, di kamar saja. Pintu sebelah pojok kanan, kunci juga pintunya kalau kamu gak percaya sama aku, hehe."

Ayara tersenyum kagum, dia tidak pernah menyangka bahwa masih masih ada laki-laki seperti Arga. Demi kenyamanan seorang perempuan Arga mengatakannya, dengan senyuman manisnya pula.

"Tapi aku ngantuk banget, Arga," ucap Ayara.

"Tapi di sini tidak akan nyaman, Ay," kata Arga. "Hanya beberapa langkah saja, gih."

Ayara memijat pangkal hidungnya mereda nyeri, tiba-tiba cairan kental berwarna merah mengalir dari hidungnya. Ia meringis, pandangannya pun mulai memburam.

"Ay?" Arga bertanya memastikan.

"Maaf aku ngerepotin kamu, ya," sesal Ayara. "Tapi aku ngantuk banget, biarin aku tidur di sini aja."

Arga dapat merasakan sesuatu menyentuh pahanya, tentu saja ketika diraba ia menyadari bahwa saat ini Ayara menjadikan pahanya sebagai bantalan. Ia menegang di tempatnya, pintu utama sudah dipastikan terbuka lebar sekarang, angin berhembus terasa sekali.

Dahinya berkeringat hebat, Arga yang meraskannya pun tak sungkan untuk mengelap keringatnya. Sedang Arga terdiam berusaha menahan suaranya, Ayara hilang kesadaran tanpa diketahui.

"Ay, sudah tidur, ya?" tanya Arga. "Cepet banget, kamu kepanasan, ya?"

Arga tidak tahu bahwa keringat yang sejak tadi ia usap merupakan pelepasan dari rasa sakit bagi Ayara. Dia juga tidak tahu tentang sebuah fakta bahwa Ayara sudah tak sadarkan diri.

"Malam ini mampir ke mimpi aku, ya."

"Aku mau melihat wajah kamu walau hanya sekali."

"Ay, tidurnya nyenyak banget."

"Mirip orang pingsan, hehe."

Gurauan Arga tidak salah, karena kini Ayara benar-benar tak sadarkan diri. Keningnya berkerut saat jiwanya kembali menempati raganya, Ayara mengerjap sambil menggigit bibir bawahnya menahan ringisan.

Orang pertama yang Ayara lihat setelah ia hilang kesadaran ialah Arga. Melihatnya yang sedang mengusap-usap dahi, menbuat Ayara sedikit melupakan rasa sakitnya.

"Ay?"

"Aku berisik, ya?"

"Kamu kebangun, 'kan?"

"Ay, tidur lagi saja."

Ayara tersenyum tipis. "Arga."

"Ay, tidur lagi. Aku banyak bicara, ya? Maaf, aku cuma—"

"Kenapa orang seperti kamu cuma satu?" tanya Ayara.

Arga terdiam kebingungan.

"Andai saja di dunia ini ada banyak laki-laki sebaik dan sepengertian kamu, pasti perempuan akan hidup dengan damai," ungkap Ayara membayangkan. "Karena kamu baik dan pengertian, jangan tinggalin aku, ya."

Ayara dan RahasianyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang