23. Istirahat Yang Tertunda

177 43 15
                                    

- 𝘼𝙔𝘼𝙍𝘼 𝘿𝘼𝙉 𝙍𝘼𝙃𝘼𝙎𝙄𝘼𝙉𝙔𝘼 -

Pesan kepada Keenan :
'Ken, datang ke taman waktu itu. Jemput gue.'

Ayara memandangi punggung Arga yang perlahan menjauh dari pandangan, acara piknik mereka berakhir sampai pukul empat sore. Sengaja Arga pulang tanpa diantar Ayara, dia memang sudah berjanji dengan abangnya akan pergi ke rumah sakit. Dia akan membuat kejutan kepada Ayara dengan tidak memberitahukan tentang operasinya nanti.

"Lemes banget, deh."

"Kok, daya tahan tubuh gue gak kayak dulu lagi, ya?"

Ayara sudah tidak tahu malu lagi sekarang, dia rebahan di atas karpet itu sambil memandangi langit sore. Beberapa kali ia mengusap matanya, menyesuaikan pandangan yang mendadak buram itu.

Sesuatu menghalangi cahaya dari pandangan Ayara, ketika dilihat lebih jelas lagi rupanya telapak tangan seseorang. Ayara segera beranjak, ia memicingkan matanya untuk mencaritahu siapa yang datang menghampirinya.

"Kenapa lo?" tanya cowok itu, Keenan.

"Gak tahu, tapi kepala gue pusing."

Keenan duduk di hadapan Ayara, ia meraih wajah cewek itu dan memeriksa suhu tubuhnya terlebih dahulu. Setelah dirasa bahwa dia kembali demam, Keenan berdecak sambil menyentil gemas keningnya.

"Sakit!"

"Lo bisa diem gak, sih?" tanya Keenan. "Istirahat sehari, kek. Apalagi ini hari minggu, jadi pake istirahat di rumah, ini malah keluyuran."

"Ih, jodoh orang baik banget, sih," kata Ayara sambil menjauhkan kedua tangan Keenan dari wajahnya. "Karena elo baik, nih."

Keenan memegang dada sebelah kirinya. "Perasaan gue gak enak, nih."

"Bisa bantu beresin semua ini, gak? Kepala gue pusing banget, masa."

"Kan!"

"Keenan, nanti gue kasih tahu elo kado terbaik buat Anjani, deh. Beresin, ya~"

"Iya anak orang," kata Keenan. "Tapi sebelum gue beresin semuanya, lo pindah dulu ke bangku, ya."

"Heem."

Ayara sudah siap untuk pindah ke bangku yang dimaksud, namun Keenan dengan cekatan memegangi kedua lengannya menahan.

"Apa, Ken?" tanya Ayara.

"Gue bantu."

"Ih!" Ayara menepisnya. "Gue bisa sendiri, kali."

"Ya terus lo ngapain ngechat gue?" tanya Keenan. "Katanya lagi pusing, udah diam."

Ayara membiarkan Keenan memapahnya ke bangku terdekat, setelah Ayara benar-benar mendapatkan tempat duduknya, Keenan mulai beraktivitas membereskan bekas piknik itu.

"Demi Anjani gue begini, ya," kata Keenan. "Gue udah bingung mau ngasih kado apalagi ke dia, soalnya udah bertahun-tahun gue sama dia dan idenya udah habis di otak gue."

"Iya," kata Ayara, ia mendongakan kepalanya memandangi langit sore. "Anjani sebenarnya suka dinner romantis, tapi katanya elo gak pernah ngelakuin itu."

"Dinner?"

"Yoi, yang duduk berseberangan gitu, terus di sampingnya ada hiasan-hiasan putih sama di jalanan ada taburan bunga mawar."

"Mawar hitam, kah?"

"Tolol sekali Anda, ya. Mawar merah, lah!"

Keenan manggut-manggut. "Bisa bantu gue ngelakuin semua itu, Ra? Lo tinggal nunjuk aja, biar gue yang kerja."

Ayara dan RahasianyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang