27. Menyebar Begitu Cepat

192 48 29
                                    

- 𝘼𝙔𝘼𝙍𝘼 𝘿𝘼𝙉 𝙍𝘼𝙃𝘼𝙎𝙄𝘼𝙉𝙔𝘼 -

Iris berdiri dengan kedua tangan yang melipat di bawah dada, raut wajahnya begitu datar. Di hadapannya seorang Ayara masih terlelap, dia memang sudah pulang ke rumah, tapi dia memutuskan untuk tidak sekolah. Benar-benar beristirahat total kali ini, sebab diagnosa kankernya semakin menyebar.

Sudah sampai stadium tiga.

Jika dia terus memaksakan beraktivitas berat dan banyak pikiran, maka penyakitnya akan sulit dikendalikan.

"Kenapa belum berangkat, Ris?" tanya Ayara serak.

"Sarapan lo di nakas, gue berangkat sekarang," kata Iris.

"Thanks!"

Iris berhenti di tempatnya, ia membalikan tubuh untuk kembali menghadap ke arah Ayara. Cewek itu berusaha beranjak duduk, menatap Iris yang masih berdiri padahal tadi akan pergi.

"Gimana keadaan lo?"

"Lebih baik."

"Gue masang kamera di sekitar kamar lo, jadi gue mantau lo."

Ayara tertawa kecil. "Lebay lo. Lagipula gue—"

"Gerak boleh, tapi jangan banyak tingkah!" potong Iris penuh peringatan. "Gerakan lo terbatas, cuma sampe di teras depan."

"Iya bawel."

"Oke."

Iris lantas berbalik, ia melanjutkan langkahnya untuk pergi ke sekolah. Tapi, ia kembali berhenti, kali ini dia berhenti tepat di ambang pintu.

"Satu lagi."

"Apaan?"

"Kalo ada apa-apa telepon gue."

Ayara mengulum senyumannya, seperti biasa dia akan menampilkan senyuman paling manis memberi kebahagiaan pada orang lain.

"Siap Kak!" seru Ayara sambil memberi hormat.

Iris mengulum senyuman sesaat setelah mendengarnya, ia pun menghilang dari pandangan Ayara. Kini Ayara sendirian di kamarnya, berteman sepi, tak punya teman untuk diajak bicara. Sudah hampir satu hari berlalu, tapi hubungannya dengan teman-teman masih belum pulih juga. Berantakan.

Ayara iseng mengecek ponselnya, mencaritahu pesan masuk dan semacamnya. Grup pesan dengan kelima temannya masih ada, tapi di sana menjadi sangat sepi. Tidak ada pesan masuk dari salah satu sahabatnya, entah itu menanyakan kabarnya atau curahan hati mereka. Biasanya kalau saling berjauhan begini Ayara selalu mendapatkan pesan dari mereka.

"Meskipun Mama udah gak ada, tapi gue harus tetap berusaha buat sembuh," ujar Ayara.

"Nanti kalo gue gak ada, temen-temen pasti bingung mau curhat ke siapa," lanjutnya.

Ayara menghembuskan napas panjang, saat hampir mematikan daya ponsel ia menerima pesan masuk dari Arka.

Pesan dari Arka :
'Cantikku. Aku pamit, ya. Aku mau bilang kalau aku bukan anak tunggal, aku punya adik. Namanya Arga. Kalian berteman dekat, bahkan mungkin Arga sudah menggantikan posisiku di hati kamu. Bagus. Selamat tinggal Cantikku.'

Ayara mengerutkan dahinya bingung membaca pesan masuk tersebut, saat dia ingin membalas pesan nomornya sudah diblokir.

"Arga."

"Arga adiknya Kak Arka?"

"Why?"

Ayara menarik napas dalam-dalam, dia harus mengatur dirinya agar tidak terkena serangan sakit kepala lagi. Mencoba untuk tetap tenang, merebahkan tubuhnya sambil memandang langit-langit kamar.

Ayara dan RahasianyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang